INDIVIDU KELUAGA DAN MASYARAKAT
PERTUMBUHAN INDIVIDU
A. PENGERTIAN INDIVIDU
merupakan suatu sebutan yang dapat dipaka untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling
kecil dan terbatas. Individu bukan berart manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat
dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan.
Setiap individu corak sifat dan tabiat yang berbeda.
lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribaian serta pola tingkah laku spesifik
lainnya. Hasil pengamatan manusia dengan segala maknanya merupakan suatu keutuhan
ciptaan Tuhan yang mempunyai tiga aspek melekat pada dirinya, yaitu aspek organik
jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan aspek-sosial kebersamaan. Ketiga aspek tersebut
saling mempengaruhi, keguncangan pada suatu aspek akan membawa akibat pada aspek
lainnya.
sendiri, disebut proses individualisasi atau aktualisasi diri. Konflik mungkin terjadi karena
pola tingkah laku spesifik dirinya bertentangan dengan peranan yang dituntut oleh
masyarakat sekitarnya.
menyimpang dari norma kolektif kehilangan indvidualitasnya atau takluk terhadap kolektif,
dan mempengaruhi masyarakat setiap adanya tokoh pahlawan atau pengacau.
B. PENGERTIAN PERTUMBUHAN
dan lebih dewasa, perubahan ini dsebut juga dengan proses. Timbul beberapa pendapat
mengenai pertumbuhan dari berbagai aliran, yaitu:
1. Aliran Asosiasi
“individu” berasal dari kata latin, “individuum” artinya “yang tak terbagi”. Individu
Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas didalam
Proses yang meningkatkan ciri-ciri individualitas pada seseorang sampai pada dirinya
Individu dalam bertingkah laku menurut pola pribadinya ada tiga kemungkinan:
Pertumbuhan merupakan suatu perubahan yang menuju ke arah yang lebih maju
2. Aliran Psikologis Gestalt
Pertumbuhan pada dasarnya adalah proses asosiasi. Pengertian tentang proses
asosiasi yaitu terjadinya perubahan pada seseorag secara tahap dei tahap karena
pengaruh baik dari pengalaman atau empiri luar melalui panca indra yang menimbulkan
sensations maupun pengalaman dalam mengenai keadaan batin sendiri yang
menumbulkan reflextions.
Kedua macam kesan (sensation dan reflections) merupakan pengertian yang
sederhana yang kemudian dengan proses asosiasi membentuk pengertian yang lebih
kompleks.
Pertumbuhan adalah proses diferensasi. Dalam proses ini yang menjadi hal pokok
adalah keseluruhan, sedang bagian-bagian hanya mempunyai arti sebagai bagian dari
keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-bagian yang lain.
Kesimpulannya pertumbuhan itu adalah proses perubahan secara perlahan-lahan pada
manusia dalam mengenal suatu yang semula mengenal suatu secara keseluruhan baru
kemudian mengenal bagian-bagian dari lingkungan yang ada.
menganggap bahwa pertumbuhan itu adalah proses sosialisasi yaitu proses perubahan
dari sifat mula-mula yang asosial atau juga sosial kemudian tahap demi tahap
disosialisasikan.
C. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN
Dalam pertumbuhan itu ada bermacam-macam aliran, namun pada garis besarnya dapat
digolongkan ke dalam tiga golongan, yaitu:
1. Pendirian Nativistik
semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir.
Para ahli dari golongan ini mennjukkan berbagai kesempatan atau kemiripan antara
orang tua dengan anaknya. Misalnya seorang ayah memiliki keahlian dibidang seni lukis
maka kemungkinan besar anaknya juga menjadi pelukis. Tetapi hal ini akan
menimbulkan keragu-raguan apakah kesamaan antara orang tua dan anaknya benar-
benar disebabkan oleh pembawaan sejak lahir ataukan mungkin karena adanya fasilitas-
fasilitas atau hal-hal lain yang dapat memberikan dorongan kearah kemajuannya.
2. Pendirian Emperistik dan Environmentalistik
pertumbuhan individu semata-mata tergantung pada lingkungan sedang dasar tdak
berperan sama sekali.
menekankan pada lingkungan dan konsekuensinya hanya lingkunganlah yang banyak
dibicarakan. Pendirian semacam ini biasa disebut pendirian yang environmentalistik.
Sehingga dapat dikatakan bahwa pendirian ini pada hakikatnya adalah kelanjutan dari
paham emperisme.
asalkan dapat disediakan kondisi yang dibutuhkan untuk usaha itu. Tetapi dalam
kenyataan sering dijumoa lain, banyak diantara anak-anak orang kaya atau orang
pendai mengecewakan orang tuanya, karena tidak berhasil dalam belajar, walaupun
fasilitas yang diperlukan telah tersedia secara lengkap dan sebaliknya ada anak-anak
dari orang tua yang kurang mampu sangat berhasil dalam belaja, walaupun fasilitas
belajar yang dimiliki sangat minimal, jauh dari mencukupi.
lingkungan keduanya memegang peranan penting. Bakat atau dasar sebagai
kemungkinan ada pada masing-masing individu namun bakat dan dasar yang dipunyai
itu perlu diselaraskan dengan lingkungan yang dapat tumbuh dengan baik. Misalnya
pada anak yang normal memiliki dasar atau bakat untuk berdiri tegak diatas kedua kaki,
bila anak ini diasuh dalam lingkungan masyarakat manusia. Tetapi apabila anak yang
normal ini kebetulan terlantar disebuah hutan kemudian diasuh oleh serigala sudah
tentu anak itu tidak dapat berdiri tegak pada kedua kakinya dan dia akan merangkak
seperti serigala yang mengasuhnya.
Kemudian kita mengenal konsepsi aliran sosiologi dimana ahli dari pengikut aliran ini
Menurut para ahli dari golongan ini berendapat, bahwa pertumbuhan individu itu
Pendirian ini berlawanan dengan pendapat nativistik. Para ahli berpendapat, bahwa
Jadi menurut pendirian ini menolak dasar dalam pertumbuhan individu dan lebih
Apabila konsepsi ini dapat tahan uji (benar) akan dihasilkan menusia-manusia ideal
Menurut paham ini didalam pertumbuhan individu itu baik dasar maupun
Disamping harus adanya dasar, juga oerlu dipertimbangkan masalah kematangan
(readiness), misalnya anak yang normal berusia enam bulan, walaupun anak tersebut
hidup diantara manusia-manusia lain ada kemungkinan juga anak itu tak akan dapat
berjalan karena belum matang untuk melakukan hal itu.
3. Pendirian Konvergensi dan Interaksionisme
Kebanyakan para ahli mengakui pendirian konvergensi dengan modifikasi
seperlunya. Suatu modifikasi yang terkenal yang sering dianggap sebagai perkembangan
lebih jauh konsepsi konvergensi ialah konsepsi interaksionisme yang berpandangan
dinamis yang menyatakan bahwa interaksi dasar dan lingkungan dapat menentukan
pertumbuhan individu. Nampak lain dengan konsepsi konvergensi yang berpandangan
statis yaitu menganggap pertumbuhan individu itu ditentukan oleh dasar (bakat) dan
lingkungan.
4. Tahap Pertumbuhan Individu berdasar Psikologi
Pertumbuhan individu sejak lehir sampai masa dewasa atau masa kematangan itu
melalui beberapa fase sebagai berikut:
a. Masa vital yaitu dari 0,0 sampai kira-kira 2,0 tahun.
b. Masa estetik dari umur kira-kira 2,0 tahun sampai kra-kira 7,0 tahun.
c. Masa intelektual dari kira-kira umur 7,0 tahun sampai kira-kira umur 13,0 tahun atau
14,0 tahun.
d. Masa sosial, kira-kira umur 13,0 tahun atau 14,0 tahun sampai kira-kira umur 20,0
tahun atau 21,0 tahun.
a. Masa Vital
b. Masa Estetik
Pada masa vital ini individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk
menemukan berbagai hal dalam dunianya. Menurut Freud tahun pertama dalam
kehidupan individu itu sebagai masa oral, karena mulut dipandang sebagai
sumber kenikmatan dan ketidak-nikmatan.
Pendapat semacam ini mungkin beralasan kepada kenyataan, bahwa pada masa
ini mulut memainkan peranan terpenting dalam kehidupan individu. Bahwa
anak memasukkan apa saja yang dijumpai kedalam mulutnya itu tidak karena
mulutnya merupakan sumber kenikmatan utama, melainkan karena pada waktu
itu merupakan alat utama untuk melakukan eksplorasi dan belajar. Pada tahun
kedua anak belajar berjalan, dan dengan berjalan itu anak mulai pula belajar
menguasai ruang. Disamping itu terjadi pembiasaan tahu akan kebersihan.
Melalui tahu akan kebersihan itu anak belajar mengontrol impuls-impuls yang
datang dari dalam dirinya.
Masa estetik ini dianggap sebagai masa pertumbuhan rasa keindahan.
Sebenernya kata estetik diartikan bahwa masa ini pertumbuhan anak yang
terutama adalah fungsi pancaindera. Dalam masa ini pula tampak unculnya
gejala kenakalan yang umumnya terjadi anatara umur 3,0 tahun sampai umur
5,0 tahun. Anak sering menentang kata-kata kasar, dengan sengaja melanggar
apa yang dilarang dan tidak meakukan apa yang seharusnya untuk dilakukan.
Adappun alasan anak berbut kenakalan dalam usia-usia tersebut adalah
sebagai berikut:
Berkat pertumbuhan bahasanya yang merupakan modal utama bagi anak
dalam maenghadapi dunianya maka sampailah anak pada penyadaran “aku”nya
atau tahap menemukan “aku”nya yaitu suatu tahap ketika anak menemukan
dirinya sebagai subyek.
Kalau pada masa-masa sebelumnya anak masih merasa satu dengan
dunianya belum mampu mengadakan pemisahan secara sadara antara dirinya
sendiri sebagai subyek dan yang lain sebagai obyek maka kemampuan itu kini
dimilikinya. Berarti dia menyadari bahwa dirinya juga subyek seperti yang lain.
Sebagai subyek dia mempunyai pula kebebasan untuk menolak sesuatu. Karena
jarang menemukan kenyataan tersebut maka anak seakan-akan ingin
mendapatkan pengalaman sebagai subyek yang bebas menentukan
keinginannya itu.
Pada masa ini terjadi apa yang kita sebut demam menghendai, dan
kehendak yang dimiliki tidak dapat ditahan-tahan, akan tetapi kalau dia telah
memperolehnya maka dia tidak lagi memperdulikan, dan menghendaki benda
yang lain dan seterusnya. Dalam hal ini kadang-kadang dia melanggar apa yang
dilarang dan tidak mengerjakan hal yang diharuskan. Hal yang demikian itu
dilakukannya bukan karna ingin mengalami dan ingin menyaksikan akibatnya.
Lalu bagaimana sikap kita dalam menghadapi anak yang sedang mengalami
masa kegoncangan ini yaitu yang paling bijaksana mengambil jalan tengah tidak
terlalu menekan dan tidak terlalu menonjol.
c. Masa Intelektual (masa keserasian bersekolah)
Setelah anak melewati masa kegoncangan yang pertama, maka proses
sosialisasinya telah berlangsung dengan lebih efektif, sehingga menjadi matang
untuk dididik daripada masa-masa sebelum dan sesudahnya.
Ada beberapa sifat khas pada anak-anak pada masa ini antara lain:
1. Adanya korelasi posistif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan
2. Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan, permainan yang tradisional
3. Adanya kecenderungan memuji didi sendiri
4. Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu saol amka soal itu dianggap
5. Senang membangdingkan-bandingkan dirinya dengan anak lain, bila hal
prestasi sekolah.
tidak penting.
itu menguntungkan, dalam hubungan ini ada kecenderungan untuk
merehkan anak lain.
6. Adanya minat kepada kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit.
7. Amat realistik, ingin tahu, ingin belajar.
8. Gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain
bersama-sama. Di dalam permainan ada kecenderungan anak tidak lagi
terikat kepada aturan permainan tradisional, mereka membuat aturan-
aturan sendiri, setelah anak memasuki masa kelas-kelas tinggi sekolah
dasar.
Masa keserasian bersekolah diakhiri dengan suat masa pueral. Masa ini
demikian khasnya sehingga menarik perhatian, sifat-sifat khas anak-anak
masa pueral itu dapat diringkas ke dalam dua hal yaitu :
1. Ditujukan untuk berkuasa yang menimbulkan tngkah laku dan perbuatan
2. Tingkah laku ekstovers yaitu perbuatan yang berorientasi ke luar dirinya,
yang ditujukan berkuasa ; apa yang diinginkan, yang dijadikan idam-
idaman adalah sekuat, sejujur, semenang dan seterusnya.
yang dapat mendorong untuk menyaksikan keadaan-keadaan dunia
diluar dirinya dan untuk mencari meraka dorongan bersaing besar sekali
sehingga dalam persaingan itulah anak-anak puer mendapatkan
sosialisasi lebih lanjut. Dan nampak anak puer dapat melakukan ini dan
itu (si tukang jual aksi) tetapi disamping itu tidak berani berbuat begini
atau begitu (si pengecut) sehingga pada anak puer seringkali dijuluki si
“tukang jual aksi”. Sementara juga dijuluki si “si pengecut”.
Suatu hal yang penting pada masa ini anak menerima otoritas orang tua
dan guru sebagai suatu hal yang wajar karena itu pada anak-anak ini
mengharapkan adanya sikap yang obyektif dan adil pada pihak orang tua
dan guru sebagai pemegang otoritas sehingga sikap pilih kasih akan
mudah menimbulkan problem dikalangan mereka.
d. Masa remaja
Masa remaja meruakan masa yang banyak menarik perhatian masyarakat
karena mempunyai sifat-sifat khas yang menentukan dalam kehidupan
individu dalam masyarakatnya. Karena manusia dewasa harus hidup dalam
alam kultur dan harus dapat menempatkan dirinya diantara nilai-nilai
(kultur) itu maka perlu mengenal dirinya sebagai pendukung maupun
pelaksana nilai-nila. Untuk inilah maka ia harus mengarahkan dirinya agar
dapat menemukan diri, meneliti sikap hidup yang lama dan mencoba-coba
yang baru agar dapat menjadi pribadi yang dewasa. Pada dasarnya ini masih
dirinci kedalam beberapa masa, yaitu :
1. Masa pra remaja
Penggunaan isitilah pra remaja ini hanya untuk menunjukan satu masa
yang mengikuti masa pueral yang berlangsung secra singkat. Masa ini
ditandai oleh sifat-sifat negatif sehingga disebut juga masa negatif.
Pada masa ini terdapat beberapa gejala yag dianggap sebagai gejala
negatif misalnya tidak tenang, kurang suka bekerja, kurang suka
bergerak, lekas lelah, kebutuhan untuk tidur besar, hati sering murung,
pesimitik dan non sosial. Aau dapat dikatakan secara ringkasnya sifat-
sifat negatif dalam prestasi, baik prestasi jasmani maupun prestasi
mental. Negatif dalam sikap sosial baik dalam bentuk pasif maupun
dalam bentuk apresif terhadap masyarakat.
Terjadinya gejala-gejala negatif itu pada umumnya berpangkal pada
biologis yaitu mulai bekerjanya kelenjar-kelenjar kelamin, yang dapat
membawa perubahanperubahan cepat dalam diri si remaja yang sering
kali perubahan-perubahan yang cepat ini belum mereka fahami
sehingga dapat menimbulkan rasa ragu-ragu, kurang pasti dan bersifat
malu.
2. Masa Remaja
Sebagai gejala pada masa ini adalah merindu puja. Dala fase ini (masa
negatif) untuk pertama kalinya remaja sadar akan kesepian yang tidak
pernah dialaminya pada masa-masa sebelumnya.
Kesejukan didalam penderitaan yang nampaknya tidak ada orang yang
dapat mengerti dan memahaminya dan menerangkannya. Sebagai
reaksi pertama-tama terhadap gangguan ketenangan dan keamanan
batinnya ialah protes terhadap sekitarnya yang dirasanya tiba-tiba
bersikap menterlantarkan dan memusuhinya. Sebagai tingkah
berikutnya ialah kebutuhan akan teman yang dapat memaham dan
menolongnya serta yang dapat merasakan suka dan dukanya.
Disinilah mulai timbul dalam diri remaja itu dorongan untuk mencari
pedoman hidup yaitu mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai,
pantas dijujung tinggi, dan dipuja-puja. Pada masa ini mereka
mengalami kegoncangan batin, sebab pada masa ini mereka sudah tidak
mau memakai pedoman hidup kekanak-kanakan, tetapi juga belu
mempunyai pedoman hidup baru.oleh karena itu si remaja merasa tidak
tenang, banyak kontradiksi dalam dirinya, mengeritik karena merasa
dirinya mampu, tetapi mereka ini juga masih mencari pertolongan
karena belum dapat mewujudkan keinginannya.
Proses terbentuknya pendirian hidup atau cita-cita hidup itu dapat
dipandang sebagai penemuan nilai-nilai hidup tersebut melewati tiga
langkah, yaitu :
Karena tiadanya pedoman hingga mereka merindukan
sesuatu yang dapat dianggap bernilai, pantas hidupnya.
Pada taraf ini sesuatu yang dipuja itu belum mempunyai
bentuk tertentu, sehingga seringkali mereka hanya tahu
bahwa mereka itu menginginkan sesuatu, tetapi tidak tahu
apa yang diinginkan itu.
Obyek pemujaan itu telah menjadi lebih jelas yaitu pribadi-
pribadi yang dipandangnya mendukung nilai-nilai tertetu.
Dala pemujaan terhadap orang-orang tertentu ini umumnya
terdapt perbedaan antara anak laki-laki dan anak
perempuan. Pada laki-laki sering nampak aktif sedang anak
perempuan cenderung pasif, mengagumi dan memuja
dalam khayal. Sehingga pada masa ini pulalah umumnya
rasa kebangsaan tumbuh dengan subur.
Para remaja lebih dapat menghargai nilai-nilai lepas dari
pendukungnya, niali dapat ditangkap dan dipahaminya
sebagai ssuatu yang abstrak. Oleh karena itu pada saat ini
para remaja mulai dapat menentukan pilihan atau
pemikiran hidupnya.
Penentuan pilihan dan pemikiran hidup mengalami jatuh bangun, tidak
dapat satu kali. Jadi karena mereka harus menguji nilai-nilai yang dipilihnya
dalam kehidupan praktis dimasyarakat.
Setelah diketahui bahwa nilai nilai yang dipilihnya itu tahan uji, maka
mereka pilihlah pendirian hidupnya. Pendirian tersebut tiap kali di
modifikasi agar dapat mengikuti perubahan dan perkembangan masyarakat
dalam lingkungan remaja ini berbeda. Setelah mereka dapat menemukan
pendirian hidup dan telah terpenuhi tugas-tugas pertumbuhan masa remaja
maka mereka telah mencapai masa remaja akhir dan mulailah inividu ini
memasuki masa dewasa awal.
3. Masa usia mahasiswa
Masa umur mahasiswa dapat digolongkan pemuda-pemuda yang
berusia sekitar 18,0 tahun sampai 30,0 tahun. Meeka dapat
dikelompokkan pada masa remaja akhir sampai dewasa awal atau
dewasa madya.
Pada masa usia mahasiswa banyak operistiwa-peristiwa yang perlu
diperhatikan, antara lain yaitu : bila dilihat dari segi pertumbuhan, tugas
perkembangan pada mahasiswa ini adalah pemantapan pendirian hidup,
yaitu pengujian lebih lanjut pendirian hidup serta penyiapan diri dengan
keterampilan dan kemampuan-kemampuan yang digunakan untuk
merealisasikan pendirian hidup yang telah dipilohnya. Mahasiswa ini
termasuk kelompok khusus dalam masyarakat maka mereka mulai
mempersiapkan diri untuk menerima tugas-tugas pimpinan dimasa
mendatang. Oleh karena itu mereka mulai mempelajari berbagai aspek
kehidupan. Sebagai remaja pimpinan dipelajari dan dipersiapkan selama
usia mahasiswa ini, misalnya kebudayaan keluarga, kemampuan
memimpin, kemampuan mengambil keputusan, kemampuan
menyesuaikan diri secara sosial.
Mahasiswa akan mengalami perubahan secara perlahan demi sikap
hidup yang idealistik ke sikap hidup yang realistik. Dengan demikian
keinginan-keinginan yang kurang realistik dalam dirinya dan realitas
dalam lingkungannya telah terganti dengan yang lebih berdasar kepada
realistis. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa dikalangan mahasiswa tidak
ada idealisme, justu pada mahasiswa ini banyak terdapat idealisme
tetapi idealisme yang realistik yaitu yang dapat diterapkan dalam
tindakan.
Dengan uraian-uraian ini diharapkan adanya suatu pemahaman
mengenai manusia sebagai individu. “manusia merupakan makhluk
individual tidak hanya dalam arti makhluk keseluruhan jiwa raga,
melainkan juga dalam arti bahwa tiap-tiap itu erupakan pribadi yang
khas, menurut corak kepribadiaannya, termasuk kecakapannya sendiri.”
Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu masyarakat
yang menjadi latar keberadaannya. Karena dari sinilah kita akan baru
bisa memahami seseorang individu seperti kata johnson.
“.......person are what they are always in social context..... the
solitary person is unreal, abstract, artifical, abnormal........”
Kehadiran individu dalam suatu masyarakat ditandai oleh perilaku
individu yang berusaha menempatkan dirinya dihadapan individu-
individu lainnya yang telah mempunyai pola-pola perilaku yang sesuai
dengan norma-norma dan kebudayaan ditempat ia merupakan
bagiannya. Disini individu akan berusaha mengambil jarak dan
memproses dirinya untuk membentuk perilaku yang selaras dengan
keadaan dan kebiasaan yang ada. Perilaku yang telah ada pada dirinya
bisa adjustable, artinya ia bisa menyesuaikan diri. Namun ia bisa juga
mengalami maladjustment, yaitu gagal menyesuaikan diri. Mengapa
terjadi kegagalan? Kita bisa menelusuri kembali bentukan perilaku itu.
Kepribadian mewujudkan perikelakuan manusia.
Manusia sebagai individu selalu berada di tengah-tengah kelompok
individu yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi. Proses
dari individu untuk menjadi pribadi, tidak hanya didukung dan dihambat
oleh drinya, tetapi juga didukung dan dihambat oleh kelompok
sekitarnya.
B. FUNGSI KELUARGA
Keluarga ialah unit satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil
dalam masyarakat. Kelompok ini, dalam hubungannya dengan perkembangan individu, sering
dikenal dengan sebutan primary group. Kelompok inilah yang melahirkan individu dengan berbagai
macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat. Tidaklah dapat dipungkiri, bahwa sebenarnya
keluarga mempunyai fungsi yang tidak hanya terbatas selaku penerus keturunan saja. Banyak hal-hal
mengenai kepribadaian yang dapat dirunut dari keluarga, yang pada saat-saat sekarang ini sering
silupakan orang. Perkembangan intelektual akan kesadaran lingkungan seorang individu seringkali
dilepaskan dan bahkan dipisahkan dengan masalah keluarga. Hal-hal semacam inilah yang sering
menimbulkan masalah-masalah sosial, karena kehilangan pijakan. Keluarga sudah seringkali terlihat
kehilangan peranannya.oleh karena itu adalah bijaksanalah jika dilihat dan dikembalikan peranan
keluarga dan proporsi yang sebenarnya dengan skala prioritas yang pas. Keluarga, pada umumnya,
diketahui terdiri dari seorang individu (suami) individu lainnya (istri) yang selalu berusaha menjaga
rasa aman dan ketentraman ketika menghadapisegala suka duka hidup dalam eratnya arti ikatan
luhur hidup bersama.
Keluarga biasanya terdiri dari suami, isteri dan anak-anaknya. anak anak inilah yang nantinya
berkembang dan mulai bisa melihat dan mengenal arti diri sendiri dan kemudian belajar melalui
pengenalan itu. Apa yang dilihatnya, pada akhirnya akan memberinya suatu pengalaman individual.
Dari sinilah mulai dikenal sebagai individu. Individu ini pada tahap selanjutnya mulai merasakan
bahwa telah ada individu-individu lainnya yang berhubungan secara fungsional. Individu-individu
tersebut adalah keluarganya yang memelihara cara pandang dan cara menghadapi masalah-
masalahnya, membinanya dengan cara menelusuri dan meramalkan hari esoknya, mempersiapkan
pendidikan, keterampilan dan bidipekertinya. Akhirnya keluarga menjadi semacam model untuk
mengidentifikasikan sebagai keluarga yang broken home, moderate dan keluarga sukses.
Keluarga sebagai kelompok pertama yang dikenal individu sangat berpengaruh secara langsung
terhadap perkembangan individu sebelum maupun sesudah terjun langsung secara individual di
masyarakat.
a. Pengertian fungsi keluarga
b. Macam-macam fungsi keluarga
Dalam kehidupan keluarga sering kita jumpai adanya pekerjaan-pekerjaan yang harus
dilakukan. Suatu oekerjaan atau tugas yang harus dilakukan itu biasa disebut dengan
fungsi. Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan-pekerjaan atau tugas-tugas yang harus
dilaksanakan didalam atau oleh keluarga itu.
Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh keluarga itu dapat digolongkan
kedalam beberapa fungsi, yaitu:
Fungsi biologis
Fungsi pemeliharaan
Fungsi ekonomi
Fungsi keagamaan
Fungsi sosial
Fungsi biologis
Dengan fungsi ini diharapkan agar keluarga dapat menyelenggarakan persiapan-
persiapan perkawinan bagi anak-anaknya. karena dengan perkawinan akan terjadi proses
kelangsungan keturunan. Dan setiap manusia pada hakikatnya terdapat semaca, tuntutan
biologi bagi kelangsungan hidup keturunannya, melalui perkawinan.
Persiapan perkawinan yang perlu dilakukan oleh orang tua bagi anak-anaknya dapat
berbentuk antara lain pengetahuan tentang kehidupan sex bagi suami isteri, pengetahuan
untuk mengatur rumah tangga bagi isteri, tugas dan kewajiban bagi suami, memelihara
pendidikan bagi anak anak dan lain-lain. Persiapan ini dilakukan sejak anak menginjak
kedewasaan. Sehingga tepat pada waktunya ia sudah matang menerima keadaan baru
dalam mengatungi hidup rumah tangganya.
Dengan persiapan yang cukuo matang ini dapat mewujudkan suatu bentuk kehidupan
rumah tangga yang baik dan harmonis. Kebaikan rumah tangga ini dapat membawa
pengaruh yang baik pula dalam kehidupan bermasyarakat.
Fungsi pemeliharaan
Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya dapat dapat
terlindungi dari gangguan-gangguan sebagai berikut:
1. Gangguan udara dengan berusaha menyediakan rumah
2. Gangguan penyakit dengan berusaha menyediakan obat obatan.
3. Gangguan bahaya dengan berusaha menyediakan pagar tembok dan lainlain
Bila dalam keluarga fungsi ini telah dijalankan dengan sebaik-baiknya sudah
barang tertentu akan membantu terpeliharanya keamanan dalam
masyarakat pula. Sehingga terwujudsuatu masyarakat yang
telepas/terhindar dari segala gangguan apapun yang terjadi.
Keluarga berusaha menyelenggarakan kebutuhan manusia yang pokok yaitu:
1. Kebutuhan makan dan minum
2. Kebutuhan pakaian untuk menutupi tubuhnya
3. Kebutuhan tempat tinggal
Berhubung dengan fungsi penyelenggaraan kebutuhan pokok ini maka orng
tua mewajibkan untuk berusaha keras agar setiap anggota keluarga dapat
cukup makan dan minum, cukup pakaian serta tempat tinggal.
Sehubungan dengan fungsi ini keluarga juga berusaha melengkapi
kebutuhan jasmani dimana keluarga (orang tua) diwajibkan berusaha agar
anggotanya mendapat perlengkapan hidup yang bersifat jasmaniah baik
yang bersfat umum maupun yang bersifat individual. Perlengkapan
jasmaniah keluarga yang sifatnya umum misalnya meja, kursi, tempat tidur,
lampu dan lain-lain. Sedangkan perlengkapan jasmaniah yang bersifat
bersifat individual misalnya alat-alat sekolah, pakaian, perhiasan dan lain-
lain
Juga dapat termasuk kedalam golongan perlengkapan jasmani adalah
permainan anak. Permainan anak ini memiliki nilai bagi anak-anak untuk
mengembangkan daya cipta disamping sebagai alat-alat rekreasi anak.
Fungsi keagamaan
Dinegara indonesia yang berideologi pancasila berkewajiban pada setiap
warganya (rakyat) untuk menghayati, mendalami dan mengamalkan pancasila
didala perilaku dan kehidupan keluarganya sehingga benar-benar dapat
diamalkan P4 ini dalam kehidupan keluarga yang pancasila.
Dengan dasar pedoman ini keluarga diwajibkan untuk menjalani dan mendalami
serta mengamalkan ajaran-ajaran agama dalam pelakunya sebagai manusia yang
taqwa kepada Tuhan yang maha esa. Dengan demikian akan tercermin bentuk
masyarakat yang Pancasila semua keluarga melaksanakan P4 dan fungsi keluarga
ini.
Fungsi sosial
Dengan fungsi ini keluarga berusaha untuk mempersiapkan anak-anaknya bekal
selengkapnya dengan memperkenalkan nilai-nilai dan sikap-sikap yang dianut
oleh masyarakat serta mempelajari peranan-peranan yang diharapkan akan
merek jalnkan kelak bila sudah dewasa. Dengan demikian terjadi apa yang
disebut dengan istilah sosialisasi.
Dengan fungsi ini diharapkan agar didalam keluarga selalu terjadi pewarisan
kebudayaan atau nilai-nilai kebudayaan. Kebudayaan yang diwariskan itu adalah
kebudayaan yang telah dimiliki oleh generasi tua yaitu ayah dan ibu, diwariskan
kepada anak anaknya dalam bentuk antara lain sopan santun, bahasa, cara
bertingkah laku, ukuran tentang baik buruknya perbuatan dan lain-lain.
Dengan melalui nasihat dan larangan, orang tua menyampaikan norma-norma
hidup tertentu dalam bertingkah laku.
Dalam buku ilmu sosial dasar karangan Drs. Soewaryo Wangsanegara dikatakkan
bahwa fungsi-fungsi keluarga meliputi beberapa hal sebagai berikut:
a. Pembentukan kepribadian, dalam lingkungan keluarga, para orang tua
meletakkan dasar-dasar kepribadian kepada anak-anaknya, dengan tujuan
untuk memprduksikan serta melestarikan kepribadian mereka dengan anak
cucu dan dengan keturunannya. Mulai sejak anak-anak bertatih-tatih belajar
berjalan sampai dengan usia sekolah dengan penuh kesadaran dan rasa
tanggung jawab, lingkungan keluarga yang bertitiktitik sentral pada ayah dan
ibu secara intensif membentuk sikap dan kepribadian anak-anaknya.
Contoh : pada keluarga suku jawa atau suku sunda, seoarang anak yang
menerima sesuatu pemberian dari orang tua atau kerabat-kerabat keluarga,
harus menerima dengan tangan kanan. Bila anak menerima dengan tangan
kiri, pemberian itu ditarik surut dan baru setelah anak menerima dengan
tangan kanan pemberian itu benar-benar diberikan. Tindakan semacam ini
merupakan suatu proses mendidik dan membentuk kepribadian dengan
penuh kesadaran dan berencana. Secara bertahap anak-anak juga diajari dan
diberi pengertian mendasar, bagaimana harus bersopan santun, bertingkah
laku serta bertutur kata yang baik dan tept terhadap teman-teman sebaya,
orang tua,dan kepada mereka yang patut dihormati. Apa bila terjadi
penyimpangan-penyimpangan yang telah digariskan, orang tua akan
langsung menegur dan spontan memberitahu anaknya bahwa hal-hal yang
menyimpang dari tata cara yang telah digariskan adalah tidak benar, tidak
sopan.
Demikianlah lingkungan keluarga, khususnya orang tua membentuk
kepribadian anak-anaknya secara sadar dan terencana sesuai dengan
kepribadian suku jawa atau suku sunda khususnya. Dan sesuai dengan
kepribadian bangsa indonesia pada umumnya. Pengalaman-pengalaman
dalam interaksi sosial dalam lingkungan keluarga adalah suatu modal dasar
dalam membentuk kepribadian seseorang, dan turut menentukan pula
tingkah laku seseorang terhadap orang lain, dalam pergaulan di luar
lingkungan keluarganya.
b) Erat kaitannya dengan butir a, keluarga juga berfungsi sebagai
alat reproduksi kepribadian-kepribadian yang berakar dari etika, estetika,
moral keagamaan, dan kebudayaan yang berkorelasi fungsional dengan
struktur masyarakat tertentu.
Contoh : Dari keluarga seniman tari Bali, diwariskan ketrampilan seni patung
atau seni tari Bali kepada anak keturunannya, trampil pula sebagai seniman
patung atau sebagai seniman tari Bali, sebagai hasil reproduksi seni patung
dan seni tari dalam lingkup keluarga tersebut.
Akan berlaku serupa proses reproduksi dari materi-materi
kebudayaan dari keluarga lain dari berbagai suku bangsa di Republik
Indonesia khususnya, dan masyarakat dunia pada umumnya.
c) Keluarga merupakan eksponen dari kebudayaan masyarakat,
karena menempati posisi kunsi. Keluarga adalah sebagai jenjang dan
perantara pertama dalam transmisi kebudayaan.
Pada kelompok masyarakat primitif, peranan keluarga adalah maha
penting sebagai tranmisi kebudayaan, sekalipun pada masyarakat primitif,
peranan keluarga sebagai penyaluran (transmisi) kebudayaan sudah tidak
memadai lagi. Lembaga-lembaga nonformal ataupun formal seperti sekolah-
sekolah adalah perantara-perantara dalam bentuk lain dalam transmisi
kebudayaan. Semakin maju dan dinamis suatu kelompok masyarakat makin
banyak memerlukan sekolah-sekolah. Sejalan dengan itu tranmisi
kebudayaan. Sebaliknya fungsi keluarga sebagai lembaga transmisi
kebudayaan secara relatif semakin mundur.
Contoh : Televisi sebagai produk teknolgi modern udah sedemikian besar
berperan sebagai transmisi kebudayaan. Bahkan menurut Margaret Mead
(antroplog dari Amerka Serikat) menyatakan bahwa peranan televisi sebagai
transmisi kebudayaan sudah melebihi peranan transmisi kebudayaan
lainnya. (Mayor Polak, 1979: 108).
d) Keluarga berfungsi sebagai lembaga perkumpulan perekonomian.
Dalam masyarakat primitif biasanya terdapat sistem kekeluargaan yang
sangat luas. Akan tetapi kehidupan perekonomian masih belum
berkembang. Pada kelompok-kelompok masyarakat yang lebih kompleks
tetapi belum masuk pada era masyarakat industri, perekonomian mereka
sudah mulai berkembang. Namun begitu ikatan-ikatan kekeluargaan masih
terjalin kuat dan sering mempengaruhi atau menguasai bidang
perekonomian mereka. Contoh : Dalam lingkungan “keluarga besar” suku
Batak Karo maupun Simalungun di Sumatera Utara, hutan atau kuta yang
memegang hak ulayat atas penguasaan tanah pertanian yang dikuasai huta
atau kuta dapat diolah anggota-anggota keluarga laki-laki. Mereka dapat
menggarap tanah pertanian itu seperti tanah milik sendiri. Akan tetapi tidak
dapat menjual tanpa persetujuan dari huta yang diputuskan dengan
musyawarah adat. Dalam lingkungan suku Batak Karo dan Simalungun, ada
perbedaan antara golongan keturunan dari para pendiri huta atau kuta
disebut marga tanah memiliki tanah paling luas. Sedanngkan golongan yang
memiliki tanah hanya cukup untuk hidup (Koetjaraningrat, 1979 101).
Kendatipun demikian, tanah pertanian yang dimiliki setiap individu juga ada.
Pada keluarga dimiliki seorang laki-laki atas pemberian orang tuanya, seera
sesudah berumah tangga. Sebaliknya dalam masyarakat yang
berindustrialisasi, perekonomiannya berkembang pesat. Perkembangan
perekonomian itupun tidak mutlak sepenuhnya didukung oleh para
pengelola dari sanak keluarga, namun cenderung dari ikatan-ikatan
kekluargaan.
e) Keluarga berfungsi sebagai pust pengasuhan dan pendidikan
anak-anak (baik anak laki-laki ataupun perempuan) dibangun balai
pendidikan. Balai pendidikan akan dimiliki oleh “keluarga besar” (terdiri dari
beberapa keuarga baih) atau juga dimiliki oleh keluarga batih. Dalam masa
pendidikan, anak laki-laki atau perempuan mempunyai tempat sendiri-
sendiri, namun harus tetap tinggal di balai pendidikan yang terpisah.
Pelaksanaan pendidikan anak laki-laki ditangani oleh ayah atau paman dari
pihak ayah. Untuk anak perempuan biasanya ditangani oleh bibi dari pihak
ibu. Materi-materi pendidikan harus diketahui dan harus di kuasai oleh
seorang anak laki-laki dalam masa pendidikan dan seterusnya hingga
dewasa, misalnya : mambuat api, mene
bang pohon, membuat kapak, memperbaiki peralatan, termasut alat-alat
berburu, menangkap ikan , berdagang bahkan pengetahuan mengenai seks
juga harus diketahui dan dikuasai. (koentjaraningrat,et.al., 1963 : 228 ).
Pada umumnya, pendidikan diawali dengan pengetahuan
kerohanian, antara lain tentang mitologi nenek moyang yang keramat. Lebih
lanjut diajarkan pengetahuan ilmu-ilmu gaib berupa mantera-matera
penolak bala, penolak sihir, dan mantera-mantera untuk melemahan musuh
(Koentjraningrat,et.al., 1963 : 187).
Pengasuhan dan pendidikan anak-anak perempuan lebih
dititikberakan kepada penguasaan tata cara kehidupan dalam rumah tangga.
Selain iu diajarkan pula bagaimana bekerja mencari bekerja diladang.
Sistem pendidikan semacem ini berlaku dala lingkungan masyarakat
suku pedalaman atau pesisir di Irian jaya, sebelum tahun 1960-an. Dalam
peradaban modern dewas ini, sistem pendidikan yang berlangsung dibalai
pendidikan(laki-laki atau perempuan) seperti itu sudah jarang didapat.
Secara merata sistem pendidikan serupa itu telah diganti oleh sekolah-
sekolah.
C. INDIVIDU, KELUARGA dan MASYARAKAT
1) Pengertian Individu
Individu berasal dari kata latin, “individumm” yang artinya yang tak terbagi. Kata individu
merupakan sebutan yang dapat untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas.
Kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi
melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai anusia perseorangan, demikian pendapat
Dr.A.Lysen.
2) Pengertian Keluarga
Ada beberapa pandangan atau anggapan mengenai keluarga. Menurut Sigmun Freud
keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan wanita. Bahwa perkawinan itu menurut
belia adalah berdasarkan libido sesksualis.dengan demikian keluarga merupakan manifestasi
daripada dorongan seksual sehingga landasan keluarga itu adalah kehidupan seksual suami istri.
Perlu kita ketahui bahwa kasus seksual memang harus dijuruskan dengan cara-cara yang
ditrima oleh norma hidup. Namun hidup seksual itu tidak langgeng sebab seksuaitas manusia akan
mati sebelum manusi aitu sendiri mati. Kehidupan seksual manusia itu berubah ubah dari masa ke
masa, dari umur ke umur dari keadaan satu ke adaan yang lainya.
Oleh karena itu apabila keluarga ini benar-benar dibangun atas dasar hidup seksual,maka
keluarga itu kana lebih goyah terus dan akan segeara pecah setelah kehidupan seksual suami itu
berkurang. Hal ini kurang realistis. Lain halnya dengan Adler perpendapat bahwa maligai keluarga
dibangun berdasarkan hasrat atau nafsu berkuasa. Tetapi inipun tidak realistis sebab menurut nalar
keluarga yang dibangun di atas dasar nafsu menguasai itu tidak pernah sejahtera. Padahal yang
dicita-citakan adalah keluarga bahagia sejahtera.
Durkheim berpendapat bahwa keluarga adalah lembaga sosial sebagai hasil faktor-faktor
politik, ekonomi dan lingkungan.
Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan berpendapat bahwa keluarga adalah
kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri
sendiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan berkehendak bersama-sama
memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya.
3) Pengertian Masyarakat
Drs. JBAF Mayor Polak menyebut masyarakat (Society) adalah wadah segenap antar
hubungan sosial terdiri atas banyak sekali kolektiva-kolektiva serta kelompok dan tiap-tiap kelompok
terdiri atas kelompok-kelompok lebih baik atau sub kelompok.
Kemudian pendapat dari Prof. M.M.Djojodiguno tentang masyarakat adalah suatu kebulatan
daripada segala perkembangan dalam hidup bersama antara manusia dengan manusia. Akhirnya
Hasan Sadily berpendapat bahwa masyarakat adalah suatu keadaan badan atau kumpulan manusia
yang hidup bersama.
Jelasnya: Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan
kehiduapn, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya.
Tatanan kehidupan, norma-norma yang mereka memiliki itulah yang menjadi dasar
kehidupan sosial dalam lingkungan mereka, sehingga dapat membentuk suatu kelompok manusia
yang memiliki ciri-ciri kehidupan yang khas. Dalam lingkungan itu, antara orang tua dan anak, antara
ibu dan ayah, antara kakek dan cucu, antara kaum laki-laki atau sesama kaum wanita, atau antara
kaum laki-laki dan kaum wanita, larut dalam suatu kehidupan manusia, yang disebut masyarakat.
Menilik kenyataan dilapangan, suatu kelompok masyarakat dapat berupa suatu suku bangsa.
Bisa juga berlatar belakang dari berbagai suku.
Contoh : yang disebut masyarakat jakarta atau orang betawi, pada hakikatnya berakar dan
bernenek moyang dari berbagai suku. Salah satu diantaranya adalah suku sunda, jawa barat. Erat
kaitannya dengan itu tatanan kehidupan, norma-norma dan adat istiadat yang memberi warna
kepribadian orang betawi, salah satu diantaranya berakar dan berasal dari kebudayaan dan
kepribadian suku sunda dan jawa barat. Dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu masyarakat,
dapat digolongkan menjadi masyarakat sederhana dan masyarakat maju (masyarakat modern).
a.) Masyarakat sederhana. Dalam lingkungan masyarakat sederhana (primitif) pola
pembagian kerja cenderung dibedakan menurut jenis kelamin. Pembagian kerja dalam
bentuk lain tidak terungkap dengan jelas, sejalan dengan pola kehidupan dan pola
perekonomian masyarakat primitif atau belum sedemikian rupa seperti pada masyarakat
maju.
Pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin, nampaknya berpangkal tolak dari latar belakang
adanya kelemahan dan kemampuan fisik antara seorang wanita dan pria dalam menghadapi
tantangan-tantangan alam yang buas pada saat itu. Berburu atau menangkap ikan di laut misalnya,
merupakan pekerjaan berat yang menuntut keberanian, keterampilan, serta kemampuan daya tahan
fisik yang kuat. Oleh karena itu, kedua bidang pekerjaan ini tercatat sebagai monopoli pekerjaan
kaum lelaki, di samping pekerjaan-pekerjaanlain, misalnya menebang pohon, mempersiapkan serta
membersihkan lahan pertanian untuk berladang, dan memelihara ternak besar. Mengurus rumah
tangga, menyusui, dan mengasuh anak-anak, merajut, membuat pakaian, dan bercocok tanam
adalah pekerjaan orang perempuan. Demikian maka kaum wanita tidak bisa mengurus anak-anak
tetapi juga membuat barang-barang anyaman, seperti keranjang, dan mengumpulkan sayuran liar,
buah-buahan, dan binatang-binatang kerang(M. Amir Sutaarga, 1960 : 41-42).
Kalaulah pada saat mengolah tanah pertanian (ladang atau kebun) dikerjakan bersama-
sama, maka pekerjaan yang berat seperti : membuka lahan, menyingkirkan pohon-pohon yang
tumbang, dikerjakan oleh laki-laki. Kaum wanita mengerjakan yang ringan-ringan, misalnya.
Menyebar benih, menyiangi rumput (Raymond Firth, et. Al.,1961 ; 107). Karena dirasakan perlu
menambahkan tenaga kerja , ada kalanya pada beberapa masyarakat primitif, seorang istri maminta
kepada suaminya supaya mengambil seorang isteri lain untuk meringankan pekerjaan rumah
tangganya (Raymond Firth, 1961 : 120). Pada suku Nehe, jika seorang laki-laki mempunyai lebih
banyak isteri, dia terhindar dari pekerjaan pertanian yang berat.
Dengan latar belakang seperti itu, jelas bahwa antara sang suami dan sang isteri, dan antara
sang sesama isteri, terjadi pembagian kerja dengan kesepakatan yang dapat diterima satu sama lain.
b.) Masyarakat maju. Masyarakat maju memiliki aneka ragam kelompok sosial, atau lebih
akrab dengan sebutan kelompok organisasi kemasyarakatan yang tumbuh dan
berkembang berdasarkan kebutuhan serta tujuan tertentu yang akan dicapai organisasi
kemasyarakatan itu dapat tumbuh dan berkembang dalam lingkungan terbatas sampai
pada cangkupan nasional, regional maupun internasional. Dalam lingkungan masyarakat
maju, dapat dibedakan sebagai kelompok masyarakat non industri dan masyarakat
industri.
(1) Masyarakat Non Industri
Secara garis besar, kelompok nasional atau organisasi kemasyarakatan non industri dapat
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu kelompok primer (primary group) dan kelompok
sekunder (secondary group).
(a) Kelompok primer
Dalam kelompok primer, interaksi antar anggota terjalin lebih intensif, lebih erat, lebih
akrab. Kelompok primer ini disebut juga kelompok “face to face group”, sebab anggota
kelompok sering berdialog, bertatap muka, karena itu saling mengenal lebih dekat, lebih
akrab. Sifat interaksi dalam kelompok-kelompok priimer bercorak kekeluargaan dan lebih
berdasarkan simpati. Pembagian kerja atau pembagian tugas pada kelompok menerima
serta menjalankan tugas tidak secara paksa, lebih dititik beratkan pada kesadaran, tanggung
jawab para anggota dan berlangsung atas dasar rasa simpati dan secara sukarela.
Contoh-contoh kelompok primer, antara lain : keluarga, rukun tetangga, kelompok
kerja, kelompok agama, dan lain sebagainya.
(b) Kelompok Sekunder
Antara anggota kelompok sekunder, terpaut saling hubungan tak langsung, formal, juga
kurang bersifat kekeluargaan. Oleh karena itu, sifat interaksi, pembagian kerja, pembagian
kerja antar anggota kelompok diatur atas dasar pertimbangan-pertimbangan rasional,
obyektif.
Para anggota menerima pembagian kerja/pembagian tugas atas dasar kemampuan,
keahlian tertentu, disamping dituntut dedikasi. Hal-hal semacam itu diperlukan untuk
mencapai target dan tujuan tertentu yang telah di flot dalam program-program yang telah
sama-sama disepakati. Contoh-contoh kelompok sekunder, misalnya : partai politik,
perhimpunan serikat kerja/serikat buruh, organisasi profesi dan sebagainya. Berlatar
belakang dari pengertian resmi dan tak resmi, maka tumbuh dan berkembang kelompok
formal (formal group) atau lebih akrab dengan sebutan kelompok resmi, dan kelompok tidak
resmi (informal group). Inti perbedaan yang terjadi adalah : kelompok tidak resmi (informal
group) tidak berstatus resmi dan tidak didukung oleh Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran
Ruah Tangga (ART) seperti yang lazim berlaku pada kelompok resmi.
Namun demikian, kelompok tidak resmi juga mempunyai pembagian kerja, peranan-
peranan serta hirarki tertentu, norma-norma tertentu sebagai pedoman tingkah laku para
anggota beserta konvensi-konvensinya. Tetapi hal ini tidak dirumuskan secara tegas dan
tertulis seperti para kelompok resmi (W.A. Gerungan, 1980 : 91).
Contoh : Semua kelompok sosial, perkumpulan-perkumpulan, atau organisasi-organisasi
kemasyarakatan yang memiliki anggota kelompok tidak resmi.
Seringkali dalam tubuh kelompok resmi juga terbentuk kelompok tak resmi. Anggota-
anggota terdiri atas beberapa individu atau keluarga saja. Sifat interaksinya berlangsung
saling mengerti yang lebih mendalam, karena latar belakang pengalaman-pengalaman,
senasib sepenanggungan dan pandangan-pandangan yang sama.
(2) Masyarakat Industri
Durkheim mempergunakan variasi pembagian kerja sebagai dasar untuk
mendeklasifikasikan dasar masyarakat, sesuai dengan taraf perkembangannya. Akan tetapi ia
lebih cenderung mempergunakan dua taraf klasifikasi, yaitu yang sederhana dan kompleks.
Masyarakat-masyarakat yang berada di tengah kedua ekstrim tadi diabaikannya (Soerjono
Soekanto, 1982 : 190).
Jika pembagian kerja bertambah kompleks, suatu tanda bahwa kapasitas masyarakat
semakin tinggi. Solidaritas didasarkan pada hubungan saling ketergantungan antara kelompok-
kelompok masyarakat yang telah mengenal pengkhususan. Otonomi sejenis, juga menjadi ciri
dari bagian/kelompok-kelompok masyarakat. Otonomi sejenis dapat diartikan dengan
kepandaian/keahlian khusus yang dimiliki seseorang secara mandiri, sampai pada batas-batas
tertentu.
Contoh-contoh : tukang roti, tukang sepatu, tukang bubut, tukang las, ahli mesin, ahli listrik
dan ahli dinamo, mereka dapat bekerja secara mandiri. Dengan timbulnya spesialisasi
fungsional, makin berkurang pula ide-ide kolektif untuk diekpresiasikan dan dikerjakan
bersama. Dengan demikian semakin kompleks pembagian kerja, semakin banyak timbul
kepribadian individu. Sudah barang tentu masyarakat sebagai keseluruhan memerlukan derajat
integrasi yang serasi. Akan tetapi hanya akan sampai pada batas tertentu, sesuai dengan
bertambahnya individualisme.
Abad ke-15 sebagai pangkal tolak dari berkembang pesatnya industrialisasi, terutama
didaratan eropa. Hal tersebut telah melahirkan bentuk pembagian kerja antara majikan dan
buruh. Semula pembagian kerja antara majjikan dan buruh atau mereka yang magang bekerja
berjalan serasi, sehingga konflik jarang terjadi.
Laju pertumbuhan industri-industri membawa konsekuensi memisahkan pekerja dengan
majikan lebih nyata. Majikan sebagai pemilik modal monopoli posisi-posisi tertentu, sehingga
menimbulkan konflik. Sejalan dengan kompleksitas pembagian kerja, pekerjaan menjadi
tambah rumit dan terlalu khusus. Akibat terjadi konflik-konflik yang tak dapat dihindari, kaum
pekerja membentuk serikat-serikat kerja/serikat buruh. Awal perjuangan tersebut ditandai
dengan keinginan untuk memperbaiki kondisi kerja dan upah. Perjuangan kaum buruh semakin
meningkat, terutama di persahaan-perusahaan besar. Ketidak puasan kaum buruh terhadap
kondisi kerja dan upah semakin meluas. Akumulasi ketidak puasan buruh menjadi bertambah,
karena kaum industrialis mengganti tenaga manusia dengan mesin-mesin. Hal ini berakibat
membawa stagnasi mental para buruh, lambat laun menjadi luntur, kebanggaan memiliki
keterampilan dan spesialisasi semakin meningkat. Dengan demikian, pembagian kerja semakin
timpang dan tidak adil.
4. HUBUNGAN ANTAR INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT
a. Makna Individu
Manusia adalah makhluk individu. Makhluk individu berarti makhluk yang
tidak dapat dibagi-bagi, tidak dapat dipisah-pisahkan antara jiwa dan raganya.
Para ahli Psikologi modern menegaskan bahwa manusia itu merupakan suatu
kesatuan jiwa raga yang kegiatannya sebagai keseluruhan, sebagai kesatuan.
Kegiatan manusia sehari-hari merupakan kegiatan keseluruhan jiwa raganya.
Bukan hanya kegiatan alat-alat tubuh saja, atau bukan hanya aktivitas dari
kemampuan-kemampuan jiwa satu persatu terlepas daripada yang lain.
Contoh : Manusia sebagai makhluk individu mengalami kegembiraan atau
kecewa akan terpaut dengan jiwa raganya. Tidak hanya dengan mata, telinga,
tangan, kemauan, dan perasaan saja. Dalam kegembiraannya manusia dapat
mengagumi dan merasakan suatu keindahan, karena ia mempunyai rasa
keindahan, rasa estetis dalam individunya. Suatu rasa keindahan, rasa estetis
dalam individunya. Suatu keindahan ia kagumi dan ia nikmati melalui indera
mata dan indera mata dan indera perasaan yang berbaut menjadi satu kesatuan.
Tegasnya, apabila kita mengamati sesuatu, maka kita bukan hanya melihat
sesuatu dengan alat mata kita saja, melainkan juga seluruh minat, dan perhatian
yang kita curahkan kepada objek yang kita amati itu. Minat dan perhatian ini
sangat dipengaruhi oleh niat dan kebutuhan kita pada waktu itu. Dalam
pengamatan suatu objek tersebut keseluruhan jiwa raga kita terlibat dalam
proses pengamatan itu, dan tidak hanya indera mata saja.
Pendapat lain bahwa manusia sebagai makhluk individu, tidak hanya dalam
arti makhluk keseluruhan jiwa raga, melainkan juga dalam arti bahwa tiap-tiap
orang itu merupakan pribadi (individu) yang khas menurut corak kepribadiannya,
termasuk kecakapan-kecakapan serta kelemahan-kelemahannya. Sehubungan
dengan itu, Fallport merumuskan kepribadian manusia sebagai makhluk individu
adalah sebagai berikut : kepribadian adalah organisasi dinamis daripada sistem-
sistem psy-cho-physik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang
unik (khas) dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan (W.A. Gerungan,
1980 : 28).
Kenyataan-kenyataan yang kita dapati dalam kehidupan sehari-hari setiap
individu berkembang sejalan dengan ciri-ciri khasnya, walaupun dalam
kehidupan lingkungan yang sama. Contohnya yang sangat tepat adalah anak
kembar. Dua individu manusia yang berasal dari satu keturunan yang sama.
Bersumber dari satu indung telur, tetapi toh-tetap memiliki karakter ramah,
tamah, periang, dan mudah bergaul dengan teman-teman sebaya dalasm
lingkungannya. Anak yang satu lagi bersifat tertutup, pemalu, sukar bergaul
dengan teman-teman sebaya dan lingkungannya.
Untuk menjadi suatu individu yang “mandiri” harus melalui proses. Proses
yang dilaluinya adalah proses pemantapan dalam pergaulan di lingkugan
keluarga pada tahan pertama. Karakter yang khas itu terbentuk dalam
lingkungan keluarga secara bertahap dan akan mengedap melalui sentuhan-
sentuhan interaksi : etika, estetika, dan moral agama. Sejak anak manusia
dilahirkan ia membutuhkan proses pergaulan dengan orang-orang lain untuk
memenuhi kebutuhan batiniah dan lahiriah yang membentuk dirinya. Menurut
Sigmund Freud, superego pribadi manusia sudah mulai terbentuk pada saat
manusia berumur 5-6 tahun (W.A Gerungan. 1980 : 29).
b. Makna keluarga
Keluarga adalah merupakan kelompok primer yang paling penting di dalam
masyarakat. Keluarga menurupakan sebuah group yang terbentuk dari
perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan mana sedikit banyak
berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi
keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial ini
mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama, di mana saja dalam satuan
masyarakat manusia.
Di sini kita sebutkan 5 macam sifat yang terpenting yaitu :
1. Hubungan suami – isteri :
2. Bentuk perkawinan di mana suami-isteri itu diadakan dan dipelihara.
3. Susunan nama-nama dan istilah-istilah termasuk cara menghitung
Hubungan ini mungkin berlangsung seumur hidup dan mungkin dalam
waktu yang singkat saja. Ada yang berbentuk monogomi, ada pula yang
poligami. Bahkan masyarakat yang sederhana terdapat “group married”,
yaitu sekelompok wanita kawin dengan sekelompok laki-laki.
Dalam pemilihan jodoh dapat kita lihat, bahwa calon suami-isteri itu
dipilihkan oleh orang-orang tua mereka. Sedang pada masyarakat lainnya
diserahkan pada orang-orang yang bersangkutan. Selanjutnya perkawinan
ini ada yang berbentuk indogami (yakni kawin di dalam golongan sendiri,
ada pula yang berbentuk exogami (yaitu kawin di luar golongan sendiri).
keturunan.
Di dalam beberapa masyarakat keturunan dihitung melalui garis laki-
laki misal : Di batak. Ini disebut patrilineal. Ada yang melalui garis wanita,
4. Milik atau harta benda keluarga
di Minangkabau. Ini disebut : Matrilineal, di mana kekuasaan terletak
pada wanita. Di Minangkabau wanita tidak mempunyai hak apa-apa,
bahkan hartanya pun tidak diurusi oleh wanita itu, melainkan diurus oleh
adik atau saudara perempuannya.
Di manapun keluarga itu pasti mempunyai milik untuk kelangsungan
hidup para anggota-anggotanya.
5. Pada umumnya keluarga itu tempat bersama/rumah bersama.
c. Makna Masyarakat
Seperti halnya dengan definisi sosiologi yang banyak jumlahnya kita dapati
pula definisi-definisi tentang masyarakat yang juga tidak sedikit. Definisi adalah
sekedar alat ringkat untuk memberikan batasan-batasan mengenai sesuatu
persoalan atau pengertian ditinjau daripada analisa. Analisa inilah yang
memberikan arti yang jernih dan kokoh dari sesuatu pengertian.
Mengenai arti masyarakat ini, baiklan di sini kita kemukakan beberapa
definisi mengenai masyarakat itu, seperti misalnya :
1. R. Linton : Seorang ahli antropologi mengemukakan, bahwa masyarakat
2. M.J. Herskovist : menulis bahwa masyarakat adalah kelompok individu
3. J.L. Gillin dan J.P. Gillin : mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok
4. S.R. Steinmets : seorang sosiologi bangsa Belanda, mengatakan bahwa
5. Hasan Shadily : mendefinisikan masyarakat adalah golongan besar atau
adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan
bekerjasama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya
berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas
tertentu.
yang diorganisasikan dan mengikuti suatu cara hidup tertentu.
manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan
perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokan-
pengelompokan yang lebih kecil.
masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar, yang meliputi
pengelompokan-pengelompokan manusia yang lebih kecil, yang
mempunyai perhubungan yang erat dan teratur.
kecil dari beberapa manusia, dengan atau karena sendirinya, bertalian
secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.
Kalau kita mengikuti definisi Linton, maka masyarakat itu timbul dari
setiap kumpulan individu, yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama
dalam waktu lama.
Kelompok manusia yang dimaksud di atas yang belum
terorganisasikan mengalami proses yang fundamental, yaitu :
a. Adaptasi dan organisasi dari tingkah laku para anggota.
b. Timbul perasaan berkelompok secara lambat laun atau lespirit de
corps.
Proses ini biasanya bekerja tanpa disadari dan diikuti oleh semua
anggota kelompok dalam suasana trial dan error. Dari uraian tersebut di
atas dapat kita lihat bahwa masyarakat dapat mempunyai arti yang luas
dan dalam arti yang sempit. Dalam arti yang luas masyarakat dimaksud
keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama tidak dibatasi
oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya. Atau dengan kata lain:
kebetulan dari semua perhubungan dalam hidup bermasyarakat. Dalam
arti smpit masyarakat dimaksud sekelompok manusia yang dibatasi oleh
aspek-aspek tertentu mislanya territorial, bangsa golongan mahasiswa
masyarakan jawa, masyarakat sunda, masyarakat minang, masyarakat
jawa, masyarakat tani dan sebagainya, dipakailah kata masyarakat itu
dalam arti yang sempit.
Mengingat definisi-defisini masyarakat tersebut di atas , maka dapat
ambil kesimpulan, bahwa masyarakat harus mempunyai syarat-syarat
sebagai berikut:
a. Harus ada pengumpulan manusia, dan harus banyak, bukan
pengumpulan manusia binatang.
b. Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama dalam suatu
daerah tertentu.
c. Adanya aturan-aturan atau undang-undang yang mengatur
mereka untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.
Di dalam hubungan antara manusia dengan manusia hubungan
tadii. Reaksi ini yang menyebabkan hubungan-hubungan manusia
bertambah luas. Misalnya seorang yang menyanyi ia memerlukan
reaksi berupa pujian atau celaan guna mendorong tindakan
selanjutnya. Di dalam memberikan reaksi tersebut ada
kecenderungan untuk mensereasikan dengan tindakan orang lain.
Hal ini disebabkan manusia sejak lahir mempunyai 2
hasrat/keinginan, yakni:
- Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain
- Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana sekililingnya.
untuk dapat menyusuaikan diri dengan kedua lingkungan tersebut
manusia menggunakan oikiran untuk dapat menghadapo udara
dingin, alam yang kejam dan sebagainya manusia menciptakan
rumah, pakaian, dan lain-lainnya. Manusia juga harus makan agar
tetap sehat : untuk itu ia mengambil makanan sebagai hasil dari
alam sekitarnya dengan menggunakan akal. Untuk mencari
makanannya manusia di laut mencari ikan sebagai nelayan di
hutan manusia terbaru.
Kesemuanya itu ditimbulkan kelompok-kelompo sosial (Sosial
grups) dalam kehidupan manusia karena tak mungkin hidup
sendiri.
Menurut ellwod, faktor-faktor yang menyebabkan manusia hidup
bersama, adalah:
disekililingnya (yaitu masyarakat), milieu sosial.
a. Dorongan untuk mencari makan : penyelenggaraan untuk
mencari makanan itu lebih mudah di lakukan dengan
bekerjasama.
b. Dorongan untuk mempertahankan diri : terutama pada
keadaan primitif : dorongan ini merupakan cambuk untuk
kerjasama
c. Dorongan untuk melangsunkan jenis.
Manusia sebagai makhluk sosial manapun tersusun dalam
kelompok-kelompok. Fakta ini menunjukan manusa mempunyai
sosial akan pembawaan dalam pergaulan dengan sesamanya)
seperti hasrat bergaul dan sebagainya.
Kecenderungan sosial ini merupakan keanehan, yaitu perasaan yang lain. Misalnya harga diri. Rasa
tetapi juga kelihatan berharga. Orang yang gila hormat misalnya sebetulnya bertindak karena
dorongan penghargaan orang lain. Kadang-kadang rasa harga dri berhubungan juga dengan suatu
keompok sosial tertentu, misalnya seseorang dapet menunjukan prestasi yang baik. Kerapkali rasa
harga diri menjerma menjadi nafsu untuk berkuasa.
Suatu himpunan manusia supaya merupakan kelompok sosial harus memenuhi syarat-syarat, antara
lain:
1. Setiap anggota harus sadar bahwa ia merupakan bagian lain kelompoknya
2. Ada hubungan timbal balik antara anggota-anggotaya.
3. Ada suatu faktor yang di miliki bersama, seperti nasib yang sama, kepentingan yang sama,
tujuan yang sama, ideologi yang sama dan sebagainya,
Jadi masyarakat itu di bentuk oleh individu-indivdu yang beradab dalam ke adaan sadar. Indiivdu
yang fikiran nya rusak, individu individu type pertama tidak dapat menjadi anggota masyarakat yang
permanen,saling mengikatkan dirinya dengan individu-individu lain nya . membentuk sati kesatuan
dapet di sebut individu sebagai anggota masyarakat.
Dapatkah kita membedakan pengertian antara ondividu sebagai perseorangan dan individu sebagai
mahluk sosial. Individu perseorangan berarti individu berbeda dalam keadaan tidak berhubungan
dengan individu lainnya. Atau dengan kata lain : individu
Sesungguhnya telah kita bedakan dua pengertian yang contras, namun kodratnya manusia iyu
adalah “makhluk sosial” bukan makhluk individual. Kenyataan ini sesuai dengan rumus Aristoteles :
man is by nature a political animal, yang artinya : manusia pada kodratnya adalah makhluk yang
berkumpul-kumpul. Atau dengan singkat manusia itu adalah zoon politicon.
Bila rumusan tersebut kita terima dengan sungguh-sungguh sesuai dengan kenyataannya, maka
tak ada jalan lain untuk mengatakan, bahwa manusia sebagai makhluk sosial adalah sudah pada
kodratnya. Auguste Comte tersendiri di dalam ilmu pengetahuan sosiologi berpendapat bahwa :
Kehendak berkumpul itu memang terkandung di dalam sifat manusia. Nyatalah bahwa manusia
pada kodratnya adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang bertindak seirama dengan kehendak
umum yaitu masyarakat.
Pertumbuhan adalah suatu perubahan ke arah yang lebih maju dan lebih dewasa.
Pertumbuhan dapat di tinjau dari tiga aliran yaitu Asosiasi, Psikologi Gestalt, Sosiologi. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dapat di lihat dari tiga pendirian,yaitu: Nativistik, Empiristik dan
environmentalistik, Konvergensi dan interaksionisme.
Fungsi-fungsi keluarga yaitu:
a. Sebagai tempat atau wahana pembentukan kepribadian anak-anak dari anak keturunan
keluarga tersebut.
b. Berfungsi sebagai alat reproduksi kepribadian-kepribadian
c. Sebagai eksponen dan perantara (transmisi) kebudayaan masyarakat, sebab keluarga
menempati posisi kunci.
d. Sebagai lembaga perkumpulan ekonomi dan,
e. Sebagai pusat-pusat pengasuhan dan pendidikan anak-anak sebagai penerus generasi
bangsa.
Pembagian kerja pada kelompok-kelompok masyarakat sederhana lebih di titikberatkan
pada keterbatasan dan kemampuan fisik ( antara orang wanita dan pria). Oleh karena itu
pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan kekuatan fisik di lakukan oleh orang laki-laki.
Sebaliknya perkerjaan yang ringan di kerjakan oleh orang wanita.
Dalam lingkungan kelompok masyarakat maju, yang terbagi menjadi masyarakat non
industri dan masyarakat industri, pembagian kerja menjadi lebih kompleks, lebih rumit dan
lebih khusus. Sejalan dengan perkembagannya industri, lahirlah kelompok masyarakat
pemilik modal (di sebut majikan)dan kelompok pekerja. Berpangkal tolak dari penggolongan
kelas-kelas pekerja, dapat di bedakan : pekerja kasar, pekerja kelas menengah, dan pekerja
kelas tinggi.
Individu, Keluarga dan Masyarakat :
a. Individu di artikan kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan.
b. Mengenai pengertian keluarga ada beberapa pendapat antara lain :
c. Mengenai pengertian masyrakat antara lain menurut :
1. Sigmund Freud berpendapat bahwa keluarga adalah perwujudan dari adanya
perkawinan antara pria dan wanita, sehingga keluarga itu merupakan perwujudan
dorangan seksual.
2. Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa keluarga itu adalah kumpulan beberapa
orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri
sebagai satu gabungan yang hakiki, eksensial enak dan berkehendak bersama-sama
memperteguh golongan itu untuk memuliakan masing-masing angotanya.
1. Drs.JBAF.MAJOR Polak berpendapat bahwa masyarakat adalah wadah segenap antar
hubungan sosial terdiri dari kolektiva-kolektiva serta kelompok-kelompok dan sub-
sub kelompok.
2. Prof.M.M.Djojodiguno berpendapat bahwa masyrakat adalah suatu kebulatan dari
segala perkembangan dalam hidup bersama antara manusia dengan manusia.
3. Hasan Sadily berpendapat bahwa masyrakat adalah suatu keaadan badan atau
kumpulan manusia yang hidup bersama.
Individu mempunyai makna langsung apabila konteks situsional adalah keluarga
atau lembaga sosial, sedangakan individu dalam konteks lingkungan sosial yang lebih
besar, seperti masyarakat atau nasion, posisi dan peranannya semakin abstrak.
BAB IV
PEMUDA DAN SOSIALISASI
1. INTERNALISASI BELAJAR DAN SPESIALISASI
Internalisasi adalah proses norma-norma kemasyarakatan yang tidak berhenti sampai
institusionalisasi saja,akan tetapi mungkin norma-norma tersebut sudah mendarah daging dalam
jiwa anggota-anggota masyarakat.
Norma-norma ini kadang-kadang dibedakan antara norma-norma :
1) Norma-norma yang mengatur pribadi yang mencakup norma-norma kepercayaan yang
betujuan agar manusia beriman,dan norma kesusilaan yang bertujuan agar manusia berhati
nurani yang bersih.
2) Norma-norma yang mengatur hubungan pribadi, mencakup kaidah kesopanan dan kaidah
hokum serta mempunyai tujuan agar manusia bertingkah laku yang baik dalam pergaulan
hidup dan bertijuan untuk mencapai kedamaian hidup.
a. Masalah-masalah kepemudaan
generasi dalam hubungan dengan generasi yang lebih tua. Problema ini disebabkan karena
sebagai akibat dari proses pendewasaan seorang, penyesuaian dirinya dengan situasi yang
baru timbullah harapan setiap pemuda akan mempunyai masa depan yang (kalau bisa) lebih
baik.
Daripada orang tuanya. Proses perubahan terjadi secara lambat dan teratur (evolusi) atau
dengan besar-besaran sehingga orang sukar mengendalikan perubahan yang terjadi,bahkan
seakan-akan tidak diberi kesempatan untuk menyesuaikan dengan situasi (obyektif)
perubahan tadi.
Massalah pemuda merupakan masalah yang abadi dan selalu dialami oleh setiap
Di Negara-negara berkembang anak-anak yang higga beberapa waktu yang lalu
memperoleh pendidikan tradisional yaitu pendidikan berupa penerusan kebiasaan dan nilai-
nilai budaya dari orang tuanya,dewasa Ini mengalami suatu situasi dimana mereka sebanyak
mungkin harus menemukan jalannya untuk dirinya sendiri.
dari orang tuanya hal mana merupakan inti berkurangnya pengertian antara orang tua
dengan anak. Dalam masyakat tradisional maka orang tua dan para sesepuh sebagai peer
group memberikan bimbingan pengarahan kepada anak-anaknya, merupakan norma-norma
masyarakatnya sehingga dapat dipergunakam dalam hidupnya dalam zaman perubahan
Sebagian besar pemuda mengalami/menikamati suatu pendidikan yang lebih tinggi
masyarakat seringkali orang tua sendiri tidak dapat memahami apa yang terjadi disekitarnya.
Banyak masalah tidak terpecahkan oleh mereka karena kejadian yang menimpa mereka
belum pernah dialami oleh siapa pun dalam ligkungan nya dan karena itu dank arena itu
anak-anak juga dapat menikmati bimbingan yang akan memudahkan masa depan mereka
seperti sedia kala.
sudah dewasa akan tetapi secara ekonomis, psikologis masih kurang dewasa. Seringkali
diketemukan pemuda-pemuda telah menikah, mempunyai keluarga menikmati hak
politiknya sebagai warga Negara tetapi dalam segi ekonominya masih tergantung dari orang
tua yang tinggal agak jauh dari tempat belajar/studinya.
dahulu kala. Yang dipermasalahkan adalah nilai-nilai masyarakat. Bagaimana serasi atau
kurang serasi hubungan ini akan tampak dalam saat-saat kritis. Pada umumnya dapatlah
dikatakan bahwa masalah antar generasi mencerminkan kebudayaan masyarakat itu sendiri.
Dengan demikian, bagaimana masalah itu dipecahkan juga mencerminkan kebudayaan
masyarakat itu.
Sehubungan dengan ini , para ahli paedagogi social berpendapat bahwa masalah antar
generasi kurang dan hampir tidak terdapat dimasyarakat yang tertutup tradisional.
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa masalah antar generasi merupakan suatu
masalah modern.
tertutup/tradisional, pembinaan dan proses pendewasaan terjadi secara kontinyu, diawasi
oleh social control masyarakat.
generasi” berjalan dengan baik, sehingga terbentuklah personifikasi, identitas- indentitas
dan solidaritas sebagaimana diharapkan oleh generasi sebelumnya.
b. Hakikat Kepemudaan
Kiranya disadari bahwa ada berbagai tafsiran yang bisa diberikan terhadap pemuda/generasi
muda. Untuk itu kiranya perlu diperjelas bahwa pengertian pemuda disini adalah mereka yang
berumur diantara 15-30 tahun. Hal ini sesuai dengan pengertian pemuda/generasi muda
sebagaimana yang dimaksudkan dengan pembinaan generasi muda dan dilaksanakan dalam repelita
IV.
Pendekatan klasik tentang pemuda melihat bahwa masa muda merupakan masa perkembangan
yang enak dan menarik. Kepemudaan merupakan suatu fase dalam pertumbuhan biologis seseorang
yang bersifat seketika, dan sekali waktu akan hilang dengan sedirinya sejalan dengan hokum biologis
itu sendiri: manusia tidak dapat melawan proses ketuaan. Maka keanehan-keeanehan yang menjadi
ciri khas masa muda akan hilang sejalan dengan berubahnya usia.
Menurut pendekatan yang klasik ini, pemuda dianggap sebagai suatu kelompok yang mempunyai
aspirasi sendiri yang bertentangan dengan aspirasi mayarakat, atau lebih tepat aspirasi orang tua
atau generasi tua. Selanjutnya muncullah persoalan-persoalan frustasi dan kecemasan pemuda
karena keinginan-keinginan mereka tidak sejalan dengan kenyataan (keinginan) generasi tua. Dalam
Dewasa ini umum ditemukan bahwa secara biologi, politis dan fisik seorang pemuda
Masalah antar generasi merupakan masalah suatu masyarakat yang dikenal sejak
Adapun inti pokok adalah bahwa dalam masyarakat dengan system
Suatu masyarakat akan mengalami stabilitas social apabila “proses reproduksi
hubungan ini kemungkinan timbul konflik dalam berbagai bentuk protes, baik yang terbuka maupun
yang terselubung. Di sinilah pemuda bergejolak untuk mencari identitas mereka.
Dalam hal ini hakikat kepemudaan dicari atau ditinjau dari dua asumsi pokok:
Pertama, penghayatan mengenai proses perkembangan manusia bukan sebagai suata kotinum yang
sambung menyambung tetapi fragmentaris, terpecah-pecah, dan setiap fragmen mempunyai artinya
sendiri. Pemuda di bedakan dari anak dan orang tua dan masing-masing fragmen itu mewakili nilai
sendiri.
Oleh sebab itu, arti setiap masa perkembangan hanya dapat dimengerti dan dinilai dari masa itu
sendiri. Masa kanak-kanak hanya dapat diresapi karena keanakannya, masa pemuda karena sifat-
sifatnya yang khas pemuda, dan masa orang tua yang diidentikan dengan stabilias hidup dan
kemapanan.
Tidak mengherankan kalau romantisme akan tumbuh subur dalam pendekatan ini. Karena “mahkota
hidup” adalah masa tua yang disamakan dengan hidup bermasyarakat, maka tingkah laku anak dan
pemuda tidak lebih dari riak-riak kecil yang tidak berartidalam gelombang perjalan hidup manusia.
Dinamika pemuda tidak lebih dari usaha untuk menyesuaikan diri dengan pola-pola kelakuan yang
sudah tersedia, dan setiap bentuk kelakuan yang menyimpang akan dicap sebagai sesuatu yang
anomalis, yang tak sewajarnya. Dan jika itu ditantang oleh kaidah-kaidah sosial yang sudah
melembaga, maka hal itu akan terjelma dalam bentuk adanya jurang pemisah antara generasi muda
dan generasi tua.
Seyogyangalah penilaian bertolak dari suatu asumsi kehidupan yang bersifat kontinum, yang
melihat pemuda dan kepemudaan sebagai suatu tonggak dari “wawasan kehidupan”, yang dengan
sendirinya mempunyai potensi serta romantisme dalam suatu kesatuan untuk mengisi hidupnya.
Pendekatan klasik melihat potensi dan romantisme pemuda sebagai suatu yang berdiri
sendiri, baik pemuda sebagai perorangan maupun pemuda sebagai anggota kelompok da anggota
dari suatu masyarakat. Demikian pula usaha-usaha untuk menyalurkan potensi pemuda kerapkali
bersifat fragmentaris, karena potensi itu dilihat bukan merupakan sebagai dari aktivitas dalam
wawasan kehidupan, tetapi tidak lebih sebagai penyaluran tenaga yang berlebihan dari pemuda itu.
Asumsi pokok yang kedua yang merupakan tambahan dari asumsi wawasan kehidupan ialah
posisi pemuda dalam arah kehidupanitu sendiri. Tafsiran-tafsan klasik didasarkan pada anggapan
bahwa kehidupan mempunyai pola yang banyak sedikitnya sudah tertentu dan ditentukan oleh
mutu pemikiran yang diwakili oleh generasi tua yang bersembunyi dibalik tradisi. Dinamika pemuda
tidak dilihat sebagai sebagian dari dinamika kehidupan atau lebih tepat sebagian dari dinamika
wawasan kehidupan
Hal ini disebabkan oleh suatu anggapan bahwa pemuda tidak mempunyai andil yang berarti
dalam ikut mendukung proses kehidupan bersama dalam masyarakat. Pemuda dianggap sebagai
objek dari penterapan pola-pola kehidupan dan bukan sebagai subjek yang mempunyai nilai sendiri.
2 asumsi yang mendasari pandangan di atas, kiranya tidak akan memberi jawaban terhadap
“kebinalan” pemuda dewasa ini. Baik gagasan mengenai “wawasan kehidupan” maupun konsep
mengenai tata kehidupan yang dinamis, akan menggugurkan pandangan klasik, yang menafsirkan
kelakuan pemuda dan hidup kepemudaan sebagai suatu yang abnormal.
Pemuda sebagai suatu subjek dalam hidup, tentulah mempunyai nilai sendiri dalam
mendukung dan menggerakan hidup bersama itu. Hal ini hanya bias terjadi apabila tingkah laku
pemuda itu sendiri ditinjau sebagai interaksi terhadap lingkunganya dalam arti luas. Penafsiran
menganai identifikasi pemuda seperti ini disebut sebagai sesuatu pendekatan ekosferis.
Ciri utama dari pendekatan ini melingkupi dua unsur pokok yaitu unsur lingkungan atau
ekolagi sebagai keseluruhan dan kedua, unsur tujuan yang menjadi pengarah dinamika dalam
lingkungan itu. Yang dimaksud dengan “lingkungan” dalam konsep ini melingkupi seluruh aspek dari
totalitas lingkungan yang dapat diidentifisir dalam unsur-unsur lingkungan fisik, social dan budaya
termasuk nilai nilai kehidupan. Tingkah laku manusia merupakan interaksi antra manusia dengan
lingkungan pesisir pantai akan bertingkah laku yang berbeda dengan hidup di pegunungan. Yang
hidup di kota metropolitan hingarbingar akan berbeda dengan hidup di dusun-dusun yang penuh
kedamaian.
Hubungan antara manusia sebagai subyek dengan lingkunganya adalah hubungan timbal
balik yang aktif. Artinya, bukan saja manusia itu mengubah, memperbaiki atau merusak
lingkunganya, tetapi juga akan ikut menentukan, mengubah atau merusak manusia sebagai akibat
pengrusakan manusia atas lingkunganya. Keseimbangan antara manusia dengan lingkunganya
adalah suatu keseimbangan yang dinamis, suatu interaksi yang bergerak. Arah gerak itu sendiri
mungkin kea rah perbaikan mungkin pula kea rah kehancuran. Hal itu tergantung pada tingkat
pengelolaan manusia terhadap lingkunganya, serta jawaban yang kreatif terhadap potensi
lingkunganya, baik potensi manusiawi maupun potensi fisik yang ekonomis.
Dua hal yang menonjol dari pendekatan ekosferis ini. Pertama, kepemudaan dan kehidupan
orang dewasa dan anak-anak merupakan totalitas. Dengan demikian tidak ada pertentangan antara
pemuda, orang dewasa (generasi tua) dan anak-anak, secara fundamental. Kalaupun perbedaan
dalam kematangan berfikir, dalam menghayati makna hidup dan kehidupan ini semata-mata
disebabkan oleh tingkat kedewasaannya.
Bertolak dari suatu kenyataan bahwa dalam masyarakat modern dimana perubahan social terjadi
begitu cepat, maka semua kelompok, termasuk generasi tua perlu mencari dan menginternalisasikan
atau menghayati ukuran-ukuran standar yang ternyata bersifat dinamis. Pendekatan ekosferis
mengenai tingkah laku manusia memperkuat dugaan diatas. Lingkungan hidup manuasia dalam arti
yang luas, seperti yang telah dijelasskan, merupakan suatu totalitas yang dinamis. Hal ini berarti,
bahwa bukan saja pemuda, juga generasi tua haruslah sensitive terhadap dinamika lingkungan
dengan ukuran-ukuran standar yang baru.
Dengan pendapat diatas jelas kiranya bahwa pendekatan ekosferis mengenai pemuda,
menempatkan masalah pemuda pada horizon yang lebih luas. Segala jenis “kelainan” yang hingga
kini seolah-olah telah menjadi hak paten pemuda, akan lebih dapat dimengerti sebagai suatu
keresahan dari masyarakat sendiri sebagai keseluruhan. Hal ini juga berarti bahwa keresahan
pemuda adalah juga suatu refleksi dari keresahan masyarakat secara keseluruhan. Secara lebih
spesifik, gejolak hidup pemuda dewasa ini, adalah respons terhadap lingkungan yang kini berubah
dengan cepat. Kerapkali unsur-unsur manusiawi dengan lingkungan social ekonomis ataupun
fisik,tidak berjalan seirama. Secara ideal irama ini hendaknya harmonis, namun kerapkali dalam
kenyataannya hal ini sukar dicapai karena keterbatasan-keterbatasan dalam lingkungan itu sendiri.
2. PEMUDA DAN IDENTITAS
Telah kita ketahui bahwa “pemuda atau generasi muda” merupakan konsep-konsep yang
selalu dikaitkan dengan masalah “nilai”, hal ini sering lebih merupakan pengertian ideologisdan
kultural daripada pengertian ilmiah. Misalnya “pemuda harapan bangsa”, “pemuda pemilik masa
depan” dan lain sebagainya yang kesemuanya merupakan bahwa moral bagi pe-
Hal 122
Muda. Tetapi dilain pihak pemuda menghadapi persoalan-persoalan sepetri kenakalan remaja,
ketidakpatuhan persoalan seperti kenakalan remaja, ketidak pahaman kepada orang tua/guru,
kecanduan narkotika,frustasi, masa depan suram , keterbatasan lapangan kerja dan masalah lainnya,
kesemuanya akibat adanya jurang antara keinginan dan harapan dengan kenyataan yang mereka
hadapi.
Diatas telah dikemukakan bahwa pemuda sering dibuat “generasi muda”, merupakan istilah
demografis dan sosiologis dalam konteks tertentu. Dalam pola dasar pembinaan dan pengembangan
generasi muda bahwa yang dimaksud pemuda adalah :
1). Dilihat dari segi biologis,terdapat istilah :
Bayi : 0 – 1 tahun
Anak : 1 – 12 tahun
Remaja : 12 – 15 tahun
Pemuda : 15 – 30 tahun
Dewasa : 30 tahun keatas
2). Dilihat dari segi budaya atau fungsional dikenal istilah :
Anak : 0 – 12 tahun
Remaja : 13 – 18 tahun – 21 tahun
Dewasa : 18 – 21 tahun keatas
Dimuka pengadilan manusia berumur 18 tahun sudah dianggap dewasa. Untuk tugas- tugas Negara
18 tahun sering diambil sebagai batas dewasa tetapi dalam menuntut hak seperti hak pilih, ada yang
mengambil 18 tahun da nada yang mengambil 21 tahun sebagai permulaan dewasa. Dilihat dari segi
psikologis dan budaya, maka pematangan pribadi ditentukan pada usia 21 tahun.
3). Dilihat dari angkatan kerja, ada istilah tenaga muda dan tenaga tua. Tenaga muda adalah calon-
calon yang dapat diterima sebagai tenaga kerja yang diambil antara 18 – 22 tahun.
4). Dilihat dari perencanaan modern, digunakan istilah sumber- sumber daya manusia muda (young
human resources ) .INDIVIDU KELUAGA DAN MASYARAKAT
PERTUMBUHAN INDIVIDU
A. PENGERTIAN INDIVIDU
merupakan suatu sebutan yang dapat dipaka untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling
kecil dan terbatas. Individu bukan berart manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat
dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan.
Setiap individu corak sifat dan tabiat yang berbeda.
lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribaian serta pola tingkah laku spesifik
lainnya. Hasil pengamatan manusia dengan segala maknanya merupakan suatu keutuhan
ciptaan Tuhan yang mempunyai tiga aspek melekat pada dirinya, yaitu aspek organik
jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan aspek-sosial kebersamaan. Ketiga aspek tersebut
saling mempengaruhi, keguncangan pada suatu aspek akan membawa akibat pada aspek
lainnya.
sendiri, disebut proses individualisasi atau aktualisasi diri. Konflik mungkin terjadi karena
pola tingkah laku spesifik dirinya bertentangan dengan peranan yang dituntut oleh
masyarakat sekitarnya.
menyimpang dari norma kolektif kehilangan indvidualitasnya atau takluk terhadap kolektif,
dan mempengaruhi masyarakat setiap adanya tokoh pahlawan atau pengacau.
B. PENGERTIAN PERTUMBUHAN
dan lebih dewasa, perubahan ini dsebut juga dengan proses. Timbul beberapa pendapat
mengenai pertumbuhan dari berbagai aliran, yaitu:
1. Aliran Asosiasi
“individu” berasal dari kata latin, “individuum” artinya “yang tak terbagi”. Individu
Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas didalam
Proses yang meningkatkan ciri-ciri individualitas pada seseorang sampai pada dirinya
Individu dalam bertingkah laku menurut pola pribadinya ada tiga kemungkinan:
Pertumbuhan merupakan suatu perubahan yang menuju ke arah yang lebih maju
2. Aliran Psikologis Gestalt
Pertumbuhan pada dasarnya adalah proses asosiasi. Pengertian tentang proses
asosiasi yaitu terjadinya perubahan pada seseorag secara tahap dei tahap karena
pengaruh baik dari pengalaman atau empiri luar melalui panca indra yang menimbulkan
sensations maupun pengalaman dalam mengenai keadaan batin sendiri yang
menumbulkan reflextions.
Kedua macam kesan (sensation dan reflections) merupakan pengertian yang
sederhana yang kemudian dengan proses asosiasi membentuk pengertian yang lebih
kompleks.
Pertumbuhan adalah proses diferensasi. Dalam proses ini yang menjadi hal pokok
adalah keseluruhan, sedang bagian-bagian hanya mempunyai arti sebagai bagian dari
keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-bagian yang lain.
Kesimpulannya pertumbuhan itu adalah proses perubahan secara perlahan-lahan pada
manusia dalam mengenal suatu yang semula mengenal suatu secara keseluruhan baru
kemudian mengenal bagian-bagian dari lingkungan yang ada.
menganggap bahwa pertumbuhan itu adalah proses sosialisasi yaitu proses perubahan
dari sifat mula-mula yang asosial atau juga sosial kemudian tahap demi tahap
disosialisasikan.
C. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN
Dalam pertumbuhan itu ada bermacam-macam aliran, namun pada garis besarnya dapat
digolongkan ke dalam tiga golongan, yaitu:
1. Pendirian Nativistik
semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir.
Para ahli dari golongan ini mennjukkan berbagai kesempatan atau kemiripan antara
orang tua dengan anaknya. Misalnya seorang ayah memiliki keahlian dibidang seni lukis
maka kemungkinan besar anaknya juga menjadi pelukis. Tetapi hal ini akan
menimbulkan keragu-raguan apakah kesamaan antara orang tua dan anaknya benar-
benar disebabkan oleh pembawaan sejak lahir ataukan mungkin karena adanya fasilitas-
fasilitas atau hal-hal lain yang dapat memberikan dorongan kearah kemajuannya.
2. Pendirian Emperistik dan Environmentalistik
pertumbuhan individu semata-mata tergantung pada lingkungan sedang dasar tdak
berperan sama sekali.
menekankan pada lingkungan dan konsekuensinya hanya lingkunganlah yang banyak
dibicarakan. Pendirian semacam ini biasa disebut pendirian yang environmentalistik.
Sehingga dapat dikatakan bahwa pendirian ini pada hakikatnya adalah kelanjutan dari
paham emperisme.
asalkan dapat disediakan kondisi yang dibutuhkan untuk usaha itu. Tetapi dalam
kenyataan sering dijumoa lain, banyak diantara anak-anak orang kaya atau orang
pendai mengecewakan orang tuanya, karena tidak berhasil dalam belajar, walaupun
fasilitas yang diperlukan telah tersedia secara lengkap dan sebaliknya ada anak-anak
dari orang tua yang kurang mampu sangat berhasil dalam belaja, walaupun fasilitas
belajar yang dimiliki sangat minimal, jauh dari mencukupi.
lingkungan keduanya memegang peranan penting. Bakat atau dasar sebagai
kemungkinan ada pada masing-masing individu namun bakat dan dasar yang dipunyai
itu perlu diselaraskan dengan lingkungan yang dapat tumbuh dengan baik. Misalnya
pada anak yang normal memiliki dasar atau bakat untuk berdiri tegak diatas kedua kaki,
bila anak ini diasuh dalam lingkungan masyarakat manusia. Tetapi apabila anak yang
normal ini kebetulan terlantar disebuah hutan kemudian diasuh oleh serigala sudah
tentu anak itu tidak dapat berdiri tegak pada kedua kakinya dan dia akan merangkak
seperti serigala yang mengasuhnya.
Kemudian kita mengenal konsepsi aliran sosiologi dimana ahli dari pengikut aliran ini
Menurut para ahli dari golongan ini berendapat, bahwa pertumbuhan individu itu
Pendirian ini berlawanan dengan pendapat nativistik. Para ahli berpendapat, bahwa
Jadi menurut pendirian ini menolak dasar dalam pertumbuhan individu dan lebih
Apabila konsepsi ini dapat tahan uji (benar) akan dihasilkan menusia-manusia ideal
Menurut paham ini didalam pertumbuhan individu itu baik dasar maupun
Disamping harus adanya dasar, juga oerlu dipertimbangkan masalah kematangan
(readiness), misalnya anak yang normal berusia enam bulan, walaupun anak tersebut
hidup diantara manusia-manusia lain ada kemungkinan juga anak itu tak akan dapat
berjalan karena belum matang untuk melakukan hal itu.
3. Pendirian Konvergensi dan Interaksionisme
Kebanyakan para ahli mengakui pendirian konvergensi dengan modifikasi
seperlunya. Suatu modifikasi yang terkenal yang sering dianggap sebagai perkembangan
lebih jauh konsepsi konvergensi ialah konsepsi interaksionisme yang berpandangan
dinamis yang menyatakan bahwa interaksi dasar dan lingkungan dapat menentukan
pertumbuhan individu. Nampak lain dengan konsepsi konvergensi yang berpandangan
statis yaitu menganggap pertumbuhan individu itu ditentukan oleh dasar (bakat) dan
lingkungan.
4. Tahap Pertumbuhan Individu berdasar Psikologi
Pertumbuhan individu sejak lehir sampai masa dewasa atau masa kematangan itu
melalui beberapa fase sebagai berikut:
a. Masa vital yaitu dari 0,0 sampai kira-kira 2,0 tahun.
b. Masa estetik dari umur kira-kira 2,0 tahun sampai kra-kira 7,0 tahun.
c. Masa intelektual dari kira-kira umur 7,0 tahun sampai kira-kira umur 13,0 tahun atau
14,0 tahun.
d. Masa sosial, kira-kira umur 13,0 tahun atau 14,0 tahun sampai kira-kira umur 20,0
tahun atau 21,0 tahun.
a. Masa Vital
b. Masa Estetik
Pada masa vital ini individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk
menemukan berbagai hal dalam dunianya. Menurut Freud tahun pertama dalam
kehidupan individu itu sebagai masa oral, karena mulut dipandang sebagai
sumber kenikmatan dan ketidak-nikmatan.
Pendapat semacam ini mungkin beralasan kepada kenyataan, bahwa pada masa
ini mulut memainkan peranan terpenting dalam kehidupan individu. Bahwa
anak memasukkan apa saja yang dijumpai kedalam mulutnya itu tidak karena
mulutnya merupakan sumber kenikmatan utama, melainkan karena pada waktu
itu merupakan alat utama untuk melakukan eksplorasi dan belajar. Pada tahun
kedua anak belajar berjalan, dan dengan berjalan itu anak mulai pula belajar
menguasai ruang. Disamping itu terjadi pembiasaan tahu akan kebersihan.
Melalui tahu akan kebersihan itu anak belajar mengontrol impuls-impuls yang
datang dari dalam dirinya.
Masa estetik ini dianggap sebagai masa pertumbuhan rasa keindahan.
Sebenernya kata estetik diartikan bahwa masa ini pertumbuhan anak yang
terutama adalah fungsi pancaindera. Dalam masa ini pula tampak unculnya
gejala kenakalan yang umumnya terjadi anatara umur 3,0 tahun sampai umur
5,0 tahun. Anak sering menentang kata-kata kasar, dengan sengaja melanggar
apa yang dilarang dan tidak meakukan apa yang seharusnya untuk dilakukan.
Adappun alasan anak berbut kenakalan dalam usia-usia tersebut adalah
sebagai berikut:
Berkat pertumbuhan bahasanya yang merupakan modal utama bagi anak
dalam maenghadapi dunianya maka sampailah anak pada penyadaran “aku”nya
atau tahap menemukan “aku”nya yaitu suatu tahap ketika anak menemukan
dirinya sebagai subyek.
Kalau pada masa-masa sebelumnya anak masih merasa satu dengan
dunianya belum mampu mengadakan pemisahan secara sadara antara dirinya
sendiri sebagai subyek dan yang lain sebagai obyek maka kemampuan itu kini
dimilikinya. Berarti dia menyadari bahwa dirinya juga subyek seperti yang lain.
Sebagai subyek dia mempunyai pula kebebasan untuk menolak sesuatu. Karena
jarang menemukan kenyataan tersebut maka anak seakan-akan ingin
mendapatkan pengalaman sebagai subyek yang bebas menentukan
keinginannya itu.
Pada masa ini terjadi apa yang kita sebut demam menghendai, dan
kehendak yang dimiliki tidak dapat ditahan-tahan, akan tetapi kalau dia telah
memperolehnya maka dia tidak lagi memperdulikan, dan menghendaki benda
yang lain dan seterusnya. Dalam hal ini kadang-kadang dia melanggar apa yang
dilarang dan tidak mengerjakan hal yang diharuskan. Hal yang demikian itu
dilakukannya bukan karna ingin mengalami dan ingin menyaksikan akibatnya.
Lalu bagaimana sikap kita dalam menghadapi anak yang sedang mengalami
masa kegoncangan ini yaitu yang paling bijaksana mengambil jalan tengah tidak
terlalu menekan dan tidak terlalu menonjol.
c. Masa Intelektual (masa keserasian bersekolah)
Setelah anak melewati masa kegoncangan yang pertama, maka proses
sosialisasinya telah berlangsung dengan lebih efektif, sehingga menjadi matang
untuk dididik daripada masa-masa sebelum dan sesudahnya.
Ada beberapa sifat khas pada anak-anak pada masa ini antara lain:
1. Adanya korelasi posistif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan
2. Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan, permainan yang tradisional
3. Adanya kecenderungan memuji didi sendiri
4. Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu saol amka soal itu dianggap
5. Senang membangdingkan-bandingkan dirinya dengan anak lain, bila hal
prestasi sekolah.
tidak penting.
itu menguntungkan, dalam hubungan ini ada kecenderungan untuk
merehkan anak lain.
6. Adanya minat kepada kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit.
7. Amat realistik, ingin tahu, ingin belajar.
8. Gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain
bersama-sama. Di dalam permainan ada kecenderungan anak tidak lagi
terikat kepada aturan permainan tradisional, mereka membuat aturan-
aturan sendiri, setelah anak memasuki masa kelas-kelas tinggi sekolah
dasar.
Masa keserasian bersekolah diakhiri dengan suat masa pueral. Masa ini
demikian khasnya sehingga menarik perhatian, sifat-sifat khas anak-anak
masa pueral itu dapat diringkas ke dalam dua hal yaitu :
1. Ditujukan untuk berkuasa yang menimbulkan tngkah laku dan perbuatan
2. Tingkah laku ekstovers yaitu perbuatan yang berorientasi ke luar dirinya,
yang ditujukan berkuasa ; apa yang diinginkan, yang dijadikan idam-
idaman adalah sekuat, sejujur, semenang dan seterusnya.
yang dapat mendorong untuk menyaksikan keadaan-keadaan dunia
diluar dirinya dan untuk mencari meraka dorongan bersaing besar sekali
sehingga dalam persaingan itulah anak-anak puer mendapatkan
sosialisasi lebih lanjut. Dan nampak anak puer dapat melakukan ini dan
itu (si tukang jual aksi) tetapi disamping itu tidak berani berbuat begini
atau begitu (si pengecut) sehingga pada anak puer seringkali dijuluki si
“tukang jual aksi”. Sementara juga dijuluki si “si pengecut”.
Suatu hal yang penting pada masa ini anak menerima otoritas orang tua
dan guru sebagai suatu hal yang wajar karena itu pada anak-anak ini
mengharapkan adanya sikap yang obyektif dan adil pada pihak orang tua
dan guru sebagai pemegang otoritas sehingga sikap pilih kasih akan
mudah menimbulkan problem dikalangan mereka.
d. Masa remaja
Masa remaja meruakan masa yang banyak menarik perhatian masyarakat
karena mempunyai sifat-sifat khas yang menentukan dalam kehidupan
individu dalam masyarakatnya. Karena manusia dewasa harus hidup dalam
alam kultur dan harus dapat menempatkan dirinya diantara nilai-nilai
(kultur) itu maka perlu mengenal dirinya sebagai pendukung maupun
pelaksana nilai-nila. Untuk inilah maka ia harus mengarahkan dirinya agar
dapat menemukan diri, meneliti sikap hidup yang lama dan mencoba-coba
yang baru agar dapat menjadi pribadi yang dewasa. Pada dasarnya ini masih
dirinci kedalam beberapa masa, yaitu :
1. Masa pra remaja
Penggunaan isitilah pra remaja ini hanya untuk menunjukan satu masa
yang mengikuti masa pueral yang berlangsung secra singkat. Masa ini
ditandai oleh sifat-sifat negatif sehingga disebut juga masa negatif.
Pada masa ini terdapat beberapa gejala yag dianggap sebagai gejala
negatif misalnya tidak tenang, kurang suka bekerja, kurang suka
bergerak, lekas lelah, kebutuhan untuk tidur besar, hati sering murung,
pesimitik dan non sosial. Aau dapat dikatakan secara ringkasnya sifat-
sifat negatif dalam prestasi, baik prestasi jasmani maupun prestasi
mental. Negatif dalam sikap sosial baik dalam bentuk pasif maupun
dalam bentuk apresif terhadap masyarakat.
Terjadinya gejala-gejala negatif itu pada umumnya berpangkal pada
biologis yaitu mulai bekerjanya kelenjar-kelenjar kelamin, yang dapat
membawa perubahanperubahan cepat dalam diri si remaja yang sering
kali perubahan-perubahan yang cepat ini belum mereka fahami
sehingga dapat menimbulkan rasa ragu-ragu, kurang pasti dan bersifat
malu.
2. Masa Remaja
Sebagai gejala pada masa ini adalah merindu puja. Dala fase ini (masa
negatif) untuk pertama kalinya remaja sadar akan kesepian yang tidak
pernah dialaminya pada masa-masa sebelumnya.
Kesejukan didalam penderitaan yang nampaknya tidak ada orang yang
dapat mengerti dan memahaminya dan menerangkannya. Sebagai
reaksi pertama-tama terhadap gangguan ketenangan dan keamanan
batinnya ialah protes terhadap sekitarnya yang dirasanya tiba-tiba
bersikap menterlantarkan dan memusuhinya. Sebagai tingkah
berikutnya ialah kebutuhan akan teman yang dapat memaham dan
menolongnya serta yang dapat merasakan suka dan dukanya.
Disinilah mulai timbul dalam diri remaja itu dorongan untuk mencari
pedoman hidup yaitu mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai,
pantas dijujung tinggi, dan dipuja-puja. Pada masa ini mereka
mengalami kegoncangan batin, sebab pada masa ini mereka sudah tidak
mau memakai pedoman hidup kekanak-kanakan, tetapi juga belu
mempunyai pedoman hidup baru.oleh karena itu si remaja merasa tidak
tenang, banyak kontradiksi dalam dirinya, mengeritik karena merasa
dirinya mampu, tetapi mereka ini juga masih mencari pertolongan
karena belum dapat mewujudkan keinginannya.
Proses terbentuknya pendirian hidup atau cita-cita hidup itu dapat
dipandang sebagai penemuan nilai-nilai hidup tersebut melewati tiga
langkah, yaitu :
Karena tiadanya pedoman hingga mereka merindukan
sesuatu yang dapat dianggap bernilai, pantas hidupnya.
Pada taraf ini sesuatu yang dipuja itu belum mempunyai
bentuk tertentu, sehingga seringkali mereka hanya tahu
bahwa mereka itu menginginkan sesuatu, tetapi tidak tahu
apa yang diinginkan itu.
Obyek pemujaan itu telah menjadi lebih jelas yaitu pribadi-
pribadi yang dipandangnya mendukung nilai-nilai tertetu.
Dala pemujaan terhadap orang-orang tertentu ini umumnya
terdapt perbedaan antara anak laki-laki dan anak
perempuan. Pada laki-laki sering nampak aktif sedang anak
perempuan cenderung pasif, mengagumi dan memuja
dalam khayal. Sehingga pada masa ini pulalah umumnya
rasa kebangsaan tumbuh dengan subur.
Para remaja lebih dapat menghargai nilai-nilai lepas dari
pendukungnya, niali dapat ditangkap dan dipahaminya
sebagai ssuatu yang abstrak. Oleh karena itu pada saat ini
para remaja mulai dapat menentukan pilihan atau
pemikiran hidupnya.
Penentuan pilihan dan pemikiran hidup mengalami jatuh bangun, tidak
dapat satu kali. Jadi karena mereka harus menguji nilai-nilai yang dipilihnya
dalam kehidupan praktis dimasyarakat.
Setelah diketahui bahwa nilai nilai yang dipilihnya itu tahan uji, maka
mereka pilihlah pendirian hidupnya. Pendirian tersebut tiap kali di
modifikasi agar dapat mengikuti perubahan dan perkembangan masyarakat
dalam lingkungan remaja ini berbeda. Setelah mereka dapat menemukan
pendirian hidup dan telah terpenuhi tugas-tugas pertumbuhan masa remaja
maka mereka telah mencapai masa remaja akhir dan mulailah inividu ini
memasuki masa dewasa awal.
3. Masa usia mahasiswa
Masa umur mahasiswa dapat digolongkan pemuda-pemuda yang
berusia sekitar 18,0 tahun sampai 30,0 tahun. Meeka dapat
dikelompokkan pada masa remaja akhir sampai dewasa awal atau
dewasa madya.
Pada masa usia mahasiswa banyak operistiwa-peristiwa yang perlu
diperhatikan, antara lain yaitu : bila dilihat dari segi pertumbuhan, tugas
perkembangan pada mahasiswa ini adalah pemantapan pendirian hidup,
yaitu pengujian lebih lanjut pendirian hidup serta penyiapan diri dengan
keterampilan dan kemampuan-kemampuan yang digunakan untuk
merealisasikan pendirian hidup yang telah dipilohnya. Mahasiswa ini
termasuk kelompok khusus dalam masyarakat maka mereka mulai
mempersiapkan diri untuk menerima tugas-tugas pimpinan dimasa
mendatang. Oleh karena itu mereka mulai mempelajari berbagai aspek
kehidupan. Sebagai remaja pimpinan dipelajari dan dipersiapkan selama
usia mahasiswa ini, misalnya kebudayaan keluarga, kemampuan
memimpin, kemampuan mengambil keputusan, kemampuan
menyesuaikan diri secara sosial.
Mahasiswa akan mengalami perubahan secara perlahan demi sikap
hidup yang idealistik ke sikap hidup yang realistik. Dengan demikian
keinginan-keinginan yang kurang realistik dalam dirinya dan realitas
dalam lingkungannya telah terganti dengan yang lebih berdasar kepada
realistis. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa dikalangan mahasiswa tidak
ada idealisme, justu pada mahasiswa ini banyak terdapat idealisme
tetapi idealisme yang realistik yaitu yang dapat diterapkan dalam
tindakan.
Dengan uraian-uraian ini diharapkan adanya suatu pemahaman
mengenai manusia sebagai individu. “manusia merupakan makhluk
individual tidak hanya dalam arti makhluk keseluruhan jiwa raga,
melainkan juga dalam arti bahwa tiap-tiap itu erupakan pribadi yang
khas, menurut corak kepribadiaannya, termasuk kecakapannya sendiri.”
Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu masyarakat
yang menjadi latar keberadaannya. Karena dari sinilah kita akan baru
bisa memahami seseorang individu seperti kata johnson.
“.......person are what they are always in social context..... the
solitary person is unreal, abstract, artifical, abnormal........”
Kehadiran individu dalam suatu masyarakat ditandai oleh perilaku
individu yang berusaha menempatkan dirinya dihadapan individu-
individu lainnya yang telah mempunyai pola-pola perilaku yang sesuai
dengan norma-norma dan kebudayaan ditempat ia merupakan
bagiannya. Disini individu akan berusaha mengambil jarak dan
memproses dirinya untuk membentuk perilaku yang selaras dengan
keadaan dan kebiasaan yang ada. Perilaku yang telah ada pada dirinya
bisa adjustable, artinya ia bisa menyesuaikan diri. Namun ia bisa juga
mengalami maladjustment, yaitu gagal menyesuaikan diri. Mengapa
terjadi kegagalan? Kita bisa menelusuri kembali bentukan perilaku itu.
Kepribadian mewujudkan perikelakuan manusia.
Manusia sebagai individu selalu berada di tengah-tengah kelompok
individu yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi. Proses
dari individu untuk menjadi pribadi, tidak hanya didukung dan dihambat
oleh drinya, tetapi juga didukung dan dihambat oleh kelompok
sekitarnya.
B. FUNGSI KELUARGA
Keluarga ialah unit satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil
dalam masyarakat. Kelompok ini, dalam hubungannya dengan perkembangan individu, sering
dikenal dengan sebutan primary group. Kelompok inilah yang melahirkan individu dengan berbagai
macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat. Tidaklah dapat dipungkiri, bahwa sebenarnya
keluarga mempunyai fungsi yang tidak hanya terbatas selaku penerus keturunan saja. Banyak hal-hal
mengenai kepribadaian yang dapat dirunut dari keluarga, yang pada saat-saat sekarang ini sering
silupakan orang. Perkembangan intelektual akan kesadaran lingkungan seorang individu seringkali
dilepaskan dan bahkan dipisahkan dengan masalah keluarga. Hal-hal semacam inilah yang sering
menimbulkan masalah-masalah sosial, karena kehilangan pijakan. Keluarga sudah seringkali terlihat
kehilangan peranannya.oleh karena itu adalah bijaksanalah jika dilihat dan dikembalikan peranan
keluarga dan proporsi yang sebenarnya dengan skala prioritas yang pas. Keluarga, pada umumnya,
diketahui terdiri dari seorang individu (suami) individu lainnya (istri) yang selalu berusaha menjaga
rasa aman dan ketentraman ketika menghadapisegala suka duka hidup dalam eratnya arti ikatan
luhur hidup bersama.
Keluarga biasanya terdiri dari suami, isteri dan anak-anaknya. anak anak inilah yang nantinya
berkembang dan mulai bisa melihat dan mengenal arti diri sendiri dan kemudian belajar melalui
pengenalan itu. Apa yang dilihatnya, pada akhirnya akan memberinya suatu pengalaman individual.
Dari sinilah mulai dikenal sebagai individu. Individu ini pada tahap selanjutnya mulai merasakan
bahwa telah ada individu-individu lainnya yang berhubungan secara fungsional. Individu-individu
tersebut adalah keluarganya yang memelihara cara pandang dan cara menghadapi masalah-
masalahnya, membinanya dengan cara menelusuri dan meramalkan hari esoknya, mempersiapkan
pendidikan, keterampilan dan bidipekertinya. Akhirnya keluarga menjadi semacam model untuk
mengidentifikasikan sebagai keluarga yang broken home, moderate dan keluarga sukses.
Keluarga sebagai kelompok pertama yang dikenal individu sangat berpengaruh secara langsung
terhadap perkembangan individu sebelum maupun sesudah terjun langsung secara individual di
masyarakat.
a. Pengertian fungsi keluarga
b. Macam-macam fungsi keluarga
Dalam kehidupan keluarga sering kita jumpai adanya pekerjaan-pekerjaan yang harus
dilakukan. Suatu oekerjaan atau tugas yang harus dilakukan itu biasa disebut dengan
fungsi. Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan-pekerjaan atau tugas-tugas yang harus
dilaksanakan didalam atau oleh keluarga itu.
Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh keluarga itu dapat digolongkan
kedalam beberapa fungsi, yaitu:
Fungsi biologis
Fungsi pemeliharaan
Fungsi ekonomi
Fungsi keagamaan
Fungsi sosial
Fungsi biologis
Dengan fungsi ini diharapkan agar keluarga dapat menyelenggarakan persiapan-
persiapan perkawinan bagi anak-anaknya. karena dengan perkawinan akan terjadi proses
kelangsungan keturunan. Dan setiap manusia pada hakikatnya terdapat semaca, tuntutan
biologi bagi kelangsungan hidup keturunannya, melalui perkawinan.
Persiapan perkawinan yang perlu dilakukan oleh orang tua bagi anak-anaknya dapat
berbentuk antara lain pengetahuan tentang kehidupan sex bagi suami isteri, pengetahuan
untuk mengatur rumah tangga bagi isteri, tugas dan kewajiban bagi suami, memelihara
pendidikan bagi anak anak dan lain-lain. Persiapan ini dilakukan sejak anak menginjak
kedewasaan. Sehingga tepat pada waktunya ia sudah matang menerima keadaan baru
dalam mengatungi hidup rumah tangganya.
Dengan persiapan yang cukuo matang ini dapat mewujudkan suatu bentuk kehidupan
rumah tangga yang baik dan harmonis. Kebaikan rumah tangga ini dapat membawa
pengaruh yang baik pula dalam kehidupan bermasyarakat.
Fungsi pemeliharaan
Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya dapat dapat
terlindungi dari gangguan-gangguan sebagai berikut:
1. Gangguan udara dengan berusaha menyediakan rumah
2. Gangguan penyakit dengan berusaha menyediakan obat obatan.
3. Gangguan bahaya dengan berusaha menyediakan pagar tembok dan lainlain
Bila dalam keluarga fungsi ini telah dijalankan dengan sebaik-baiknya sudah
barang tertentu akan membantu terpeliharanya keamanan dalam
masyarakat pula. Sehingga terwujudsuatu masyarakat yang
telepas/terhindar dari segala gangguan apapun yang terjadi.
Keluarga berusaha menyelenggarakan kebutuhan manusia yang pokok yaitu:
1. Kebutuhan makan dan minum
2. Kebutuhan pakaian untuk menutupi tubuhnya
3. Kebutuhan tempat tinggal
Berhubung dengan fungsi penyelenggaraan kebutuhan pokok ini maka orng
tua mewajibkan untuk berusaha keras agar setiap anggota keluarga dapat
cukup makan dan minum, cukup pakaian serta tempat tinggal.
Sehubungan dengan fungsi ini keluarga juga berusaha melengkapi
kebutuhan jasmani dimana keluarga (orang tua) diwajibkan berusaha agar
anggotanya mendapat perlengkapan hidup yang bersifat jasmaniah baik
yang bersfat umum maupun yang bersifat individual. Perlengkapan
jasmaniah keluarga yang sifatnya umum misalnya meja, kursi, tempat tidur,
lampu dan lain-lain. Sedangkan perlengkapan jasmaniah yang bersifat
bersifat individual misalnya alat-alat sekolah, pakaian, perhiasan dan lain-
lain
Juga dapat termasuk kedalam golongan perlengkapan jasmani adalah
permainan anak. Permainan anak ini memiliki nilai bagi anak-anak untuk
mengembangkan daya cipta disamping sebagai alat-alat rekreasi anak.
Fungsi keagamaan
Dinegara indonesia yang berideologi pancasila berkewajiban pada setiap
warganya (rakyat) untuk menghayati, mendalami dan mengamalkan pancasila
didala perilaku dan kehidupan keluarganya sehingga benar-benar dapat
diamalkan P4 ini dalam kehidupan keluarga yang pancasila.
Dengan dasar pedoman ini keluarga diwajibkan untuk menjalani dan mendalami
serta mengamalkan ajaran-ajaran agama dalam pelakunya sebagai manusia yang
taqwa kepada Tuhan yang maha esa. Dengan demikian akan tercermin bentuk
masyarakat yang Pancasila semua keluarga melaksanakan P4 dan fungsi keluarga
ini.
Fungsi sosial
Dengan fungsi ini keluarga berusaha untuk mempersiapkan anak-anaknya bekal
selengkapnya dengan memperkenalkan nilai-nilai dan sikap-sikap yang dianut
oleh masyarakat serta mempelajari peranan-peranan yang diharapkan akan
merek jalnkan kelak bila sudah dewasa. Dengan demikian terjadi apa yang
disebut dengan istilah sosialisasi.
Dengan fungsi ini diharapkan agar didalam keluarga selalu terjadi pewarisan
kebudayaan atau nilai-nilai kebudayaan. Kebudayaan yang diwariskan itu adalah
kebudayaan yang telah dimiliki oleh generasi tua yaitu ayah dan ibu, diwariskan
kepada anak anaknya dalam bentuk antara lain sopan santun, bahasa, cara
bertingkah laku, ukuran tentang baik buruknya perbuatan dan lain-lain.
Dengan melalui nasihat dan larangan, orang tua menyampaikan norma-norma
hidup tertentu dalam bertingkah laku.
Dalam buku ilmu sosial dasar karangan Drs. Soewaryo Wangsanegara dikatakkan
bahwa fungsi-fungsi keluarga meliputi beberapa hal sebagai berikut:
a. Pembentukan kepribadian, dalam lingkungan keluarga, para orang tua
meletakkan dasar-dasar kepribadian kepada anak-anaknya, dengan tujuan
untuk memprduksikan serta melestarikan kepribadian mereka dengan anak
cucu dan dengan keturunannya. Mulai sejak anak-anak bertatih-tatih belajar
berjalan sampai dengan usia sekolah dengan penuh kesadaran dan rasa
tanggung jawab, lingkungan keluarga yang bertitiktitik sentral pada ayah dan
ibu secara intensif membentuk sikap dan kepribadian anak-anaknya.
Contoh : pada keluarga suku jawa atau suku sunda, seoarang anak yang
menerima sesuatu pemberian dari orang tua atau kerabat-kerabat keluarga,
harus menerima dengan tangan kanan. Bila anak menerima dengan tangan
kiri, pemberian itu ditarik surut dan baru setelah anak menerima dengan
tangan kanan pemberian itu benar-benar diberikan. Tindakan semacam ini
merupakan suatu proses mendidik dan membentuk kepribadian dengan
penuh kesadaran dan berencana. Secara bertahap anak-anak juga diajari dan
diberi pengertian mendasar, bagaimana harus bersopan santun, bertingkah
laku serta bertutur kata yang baik dan tept terhadap teman-teman sebaya,
orang tua,dan kepada mereka yang patut dihormati. Apa bila terjadi
penyimpangan-penyimpangan yang telah digariskan, orang tua akan
langsung menegur dan spontan memberitahu anaknya bahwa hal-hal yang
menyimpang dari tata cara yang telah digariskan adalah tidak benar, tidak
sopan.
Demikianlah lingkungan keluarga, khususnya orang tua membentuk
kepribadian anak-anaknya secara sadar dan terencana sesuai dengan
kepribadian suku jawa atau suku sunda khususnya. Dan sesuai dengan
kepribadian bangsa indonesia pada umumnya. Pengalaman-pengalaman
dalam interaksi sosial dalam lingkungan keluarga adalah suatu modal dasar
dalam membentuk kepribadian seseorang, dan turut menentukan pula
tingkah laku seseorang terhadap orang lain, dalam pergaulan di luar
lingkungan keluarganya.
b) Erat kaitannya dengan butir a, keluarga juga berfungsi sebagai
alat reproduksi kepribadian-kepribadian yang berakar dari etika, estetika,
moral keagamaan, dan kebudayaan yang berkorelasi fungsional dengan
struktur masyarakat tertentu.
Contoh : Dari keluarga seniman tari Bali, diwariskan ketrampilan seni patung
atau seni tari Bali kepada anak keturunannya, trampil pula sebagai seniman
patung atau sebagai seniman tari Bali, sebagai hasil reproduksi seni patung
dan seni tari dalam lingkup keluarga tersebut.
Akan berlaku serupa proses reproduksi dari materi-materi
kebudayaan dari keluarga lain dari berbagai suku bangsa di Republik
Indonesia khususnya, dan masyarakat dunia pada umumnya.
c) Keluarga merupakan eksponen dari kebudayaan masyarakat,
karena menempati posisi kunsi. Keluarga adalah sebagai jenjang dan
perantara pertama dalam transmisi kebudayaan.
Pada kelompok masyarakat primitif, peranan keluarga adalah maha
penting sebagai tranmisi kebudayaan, sekalipun pada masyarakat primitif,
peranan keluarga sebagai penyaluran (transmisi) kebudayaan sudah tidak
memadai lagi. Lembaga-lembaga nonformal ataupun formal seperti sekolah-
sekolah adalah perantara-perantara dalam bentuk lain dalam transmisi
kebudayaan. Semakin maju dan dinamis suatu kelompok masyarakat makin
banyak memerlukan sekolah-sekolah. Sejalan dengan itu tranmisi
kebudayaan. Sebaliknya fungsi keluarga sebagai lembaga transmisi
kebudayaan secara relatif semakin mundur.
Contoh : Televisi sebagai produk teknolgi modern udah sedemikian besar
berperan sebagai transmisi kebudayaan. Bahkan menurut Margaret Mead
(antroplog dari Amerka Serikat) menyatakan bahwa peranan televisi sebagai
transmisi kebudayaan sudah melebihi peranan transmisi kebudayaan
lainnya. (Mayor Polak, 1979: 108).
d) Keluarga berfungsi sebagai lembaga perkumpulan perekonomian.
Dalam masyarakat primitif biasanya terdapat sistem kekeluargaan yang
sangat luas. Akan tetapi kehidupan perekonomian masih belum
berkembang. Pada kelompok-kelompok masyarakat yang lebih kompleks
tetapi belum masuk pada era masyarakat industri, perekonomian mereka
sudah mulai berkembang. Namun begitu ikatan-ikatan kekeluargaan masih
terjalin kuat dan sering mempengaruhi atau menguasai bidang
perekonomian mereka. Contoh : Dalam lingkungan “keluarga besar” suku
Batak Karo maupun Simalungun di Sumatera Utara, hutan atau kuta yang
memegang hak ulayat atas penguasaan tanah pertanian yang dikuasai huta
atau kuta dapat diolah anggota-anggota keluarga laki-laki. Mereka dapat
menggarap tanah pertanian itu seperti tanah milik sendiri. Akan tetapi tidak
dapat menjual tanpa persetujuan dari huta yang diputuskan dengan
musyawarah adat. Dalam lingkungan suku Batak Karo dan Simalungun, ada
perbedaan antara golongan keturunan dari para pendiri huta atau kuta
disebut marga tanah memiliki tanah paling luas. Sedanngkan golongan yang
memiliki tanah hanya cukup untuk hidup (Koetjaraningrat, 1979 101).
Kendatipun demikian, tanah pertanian yang dimiliki setiap individu juga ada.
Pada keluarga dimiliki seorang laki-laki atas pemberian orang tuanya, seera
sesudah berumah tangga. Sebaliknya dalam masyarakat yang
berindustrialisasi, perekonomiannya berkembang pesat. Perkembangan
perekonomian itupun tidak mutlak sepenuhnya didukung oleh para
pengelola dari sanak keluarga, namun cenderung dari ikatan-ikatan
kekluargaan.
e) Keluarga berfungsi sebagai pust pengasuhan dan pendidikan
anak-anak (baik anak laki-laki ataupun perempuan) dibangun balai
pendidikan. Balai pendidikan akan dimiliki oleh “keluarga besar” (terdiri dari
beberapa keuarga baih) atau juga dimiliki oleh keluarga batih. Dalam masa
pendidikan, anak laki-laki atau perempuan mempunyai tempat sendiri-
sendiri, namun harus tetap tinggal di balai pendidikan yang terpisah.
Pelaksanaan pendidikan anak laki-laki ditangani oleh ayah atau paman dari
pihak ayah. Untuk anak perempuan biasanya ditangani oleh bibi dari pihak
ibu. Materi-materi pendidikan harus diketahui dan harus di kuasai oleh
seorang anak laki-laki dalam masa pendidikan dan seterusnya hingga
dewasa, misalnya : mambuat api, mene
bang pohon, membuat kapak, memperbaiki peralatan, termasut alat-alat
berburu, menangkap ikan , berdagang bahkan pengetahuan mengenai seks
juga harus diketahui dan dikuasai. (koentjaraningrat,et.al., 1963 : 228 ).
Pada umumnya, pendidikan diawali dengan pengetahuan
kerohanian, antara lain tentang mitologi nenek moyang yang keramat. Lebih
lanjut diajarkan pengetahuan ilmu-ilmu gaib berupa mantera-matera
penolak bala, penolak sihir, dan mantera-mantera untuk melemahan musuh
(Koentjraningrat,et.al., 1963 : 187).
Pengasuhan dan pendidikan anak-anak perempuan lebih
dititikberakan kepada penguasaan tata cara kehidupan dalam rumah tangga.
Selain iu diajarkan pula bagaimana bekerja mencari bekerja diladang.
Sistem pendidikan semacem ini berlaku dala lingkungan masyarakat
suku pedalaman atau pesisir di Irian jaya, sebelum tahun 1960-an. Dalam
peradaban modern dewas ini, sistem pendidikan yang berlangsung dibalai
pendidikan(laki-laki atau perempuan) seperti itu sudah jarang didapat.
Secara merata sistem pendidikan serupa itu telah diganti oleh sekolah-
sekolah.
C. INDIVIDU, KELUARGA dan MASYARAKAT
1) Pengertian Individu
Individu berasal dari kata latin, “individumm” yang artinya yang tak terbagi. Kata individu
merupakan sebutan yang dapat untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas.
Kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi
melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai anusia perseorangan, demikian pendapat
Dr.A.Lysen.
2) Pengertian Keluarga
Ada beberapa pandangan atau anggapan mengenai keluarga. Menurut Sigmun Freud
keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan wanita. Bahwa perkawinan itu menurut
belia adalah berdasarkan libido sesksualis.dengan demikian keluarga merupakan manifestasi
daripada dorongan seksual sehingga landasan keluarga itu adalah kehidupan seksual suami istri.
Perlu kita ketahui bahwa kasus seksual memang harus dijuruskan dengan cara-cara yang
ditrima oleh norma hidup. Namun hidup seksual itu tidak langgeng sebab seksuaitas manusia akan
mati sebelum manusi aitu sendiri mati. Kehidupan seksual manusia itu berubah ubah dari masa ke
masa, dari umur ke umur dari keadaan satu ke adaan yang lainya.
Oleh karena itu apabila keluarga ini benar-benar dibangun atas dasar hidup seksual,maka
keluarga itu kana lebih goyah terus dan akan segeara pecah setelah kehidupan seksual suami itu
berkurang. Hal ini kurang realistis. Lain halnya dengan Adler perpendapat bahwa maligai keluarga
dibangun berdasarkan hasrat atau nafsu berkuasa. Tetapi inipun tidak realistis sebab menurut nalar
keluarga yang dibangun di atas dasar nafsu menguasai itu tidak pernah sejahtera. Padahal yang
dicita-citakan adalah keluarga bahagia sejahtera.
Durkheim berpendapat bahwa keluarga adalah lembaga sosial sebagai hasil faktor-faktor
politik, ekonomi dan lingkungan.
Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan berpendapat bahwa keluarga adalah
kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri
sendiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan berkehendak bersama-sama
memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya.
3) Pengertian Masyarakat
Drs. JBAF Mayor Polak menyebut masyarakat (Society) adalah wadah segenap antar
hubungan sosial terdiri atas banyak sekali kolektiva-kolektiva serta kelompok dan tiap-tiap kelompok
terdiri atas kelompok-kelompok lebih baik atau sub kelompok.
Kemudian pendapat dari Prof. M.M.Djojodiguno tentang masyarakat adalah suatu kebulatan
daripada segala perkembangan dalam hidup bersama antara manusia dengan manusia. Akhirnya
Hasan Sadily berpendapat bahwa masyarakat adalah suatu keadaan badan atau kumpulan manusia
yang hidup bersama.
Jelasnya: Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan
kehiduapn, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya.
Tatanan kehidupan, norma-norma yang mereka memiliki itulah yang menjadi dasar
kehidupan sosial dalam lingkungan mereka, sehingga dapat membentuk suatu kelompok manusia
yang memiliki ciri-ciri kehidupan yang khas. Dalam lingkungan itu, antara orang tua dan anak, antara
ibu dan ayah, antara kakek dan cucu, antara kaum laki-laki atau sesama kaum wanita, atau antara
kaum laki-laki dan kaum wanita, larut dalam suatu kehidupan manusia, yang disebut masyarakat.
Menilik kenyataan dilapangan, suatu kelompok masyarakat dapat berupa suatu suku bangsa.
Bisa juga berlatar belakang dari berbagai suku.
Contoh : yang disebut masyarakat jakarta atau orang betawi, pada hakikatnya berakar dan
bernenek moyang dari berbagai suku. Salah satu diantaranya adalah suku sunda, jawa barat. Erat
kaitannya dengan itu tatanan kehidupan, norma-norma dan adat istiadat yang memberi warna
kepribadian orang betawi, salah satu diantaranya berakar dan berasal dari kebudayaan dan
kepribadian suku sunda dan jawa barat. Dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu masyarakat,
dapat digolongkan menjadi masyarakat sederhana dan masyarakat maju (masyarakat modern).
a.) Masyarakat sederhana. Dalam lingkungan masyarakat sederhana (primitif) pola
pembagian kerja cenderung dibedakan menurut jenis kelamin. Pembagian kerja dalam
bentuk lain tidak terungkap dengan jelas, sejalan dengan pola kehidupan dan pola
perekonomian masyarakat primitif atau belum sedemikian rupa seperti pada masyarakat
maju.
Pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin, nampaknya berpangkal tolak dari latar belakang
adanya kelemahan dan kemampuan fisik antara seorang wanita dan pria dalam menghadapi
tantangan-tantangan alam yang buas pada saat itu. Berburu atau menangkap ikan di laut misalnya,
merupakan pekerjaan berat yang menuntut keberanian, keterampilan, serta kemampuan daya tahan
fisik yang kuat. Oleh karena itu, kedua bidang pekerjaan ini tercatat sebagai monopoli pekerjaan
kaum lelaki, di samping pekerjaan-pekerjaanlain, misalnya menebang pohon, mempersiapkan serta
membersihkan lahan pertanian untuk berladang, dan memelihara ternak besar. Mengurus rumah
tangga, menyusui, dan mengasuh anak-anak, merajut, membuat pakaian, dan bercocok tanam
adalah pekerjaan orang perempuan. Demikian maka kaum wanita tidak bisa mengurus anak-anak
tetapi juga membuat barang-barang anyaman, seperti keranjang, dan mengumpulkan sayuran liar,
buah-buahan, dan binatang-binatang kerang(M. Amir Sutaarga, 1960 : 41-42).
Kalaulah pada saat mengolah tanah pertanian (ladang atau kebun) dikerjakan bersama-
sama, maka pekerjaan yang berat seperti : membuka lahan, menyingkirkan pohon-pohon yang
tumbang, dikerjakan oleh laki-laki. Kaum wanita mengerjakan yang ringan-ringan, misalnya.
Menyebar benih, menyiangi rumput (Raymond Firth, et. Al.,1961 ; 107). Karena dirasakan perlu
menambahkan tenaga kerja , ada kalanya pada beberapa masyarakat primitif, seorang istri maminta
kepada suaminya supaya mengambil seorang isteri lain untuk meringankan pekerjaan rumah
tangganya (Raymond Firth, 1961 : 120). Pada suku Nehe, jika seorang laki-laki mempunyai lebih
banyak isteri, dia terhindar dari pekerjaan pertanian yang berat.
Dengan latar belakang seperti itu, jelas bahwa antara sang suami dan sang isteri, dan antara
sang sesama isteri, terjadi pembagian kerja dengan kesepakatan yang dapat diterima satu sama lain.
b.) Masyarakat maju. Masyarakat maju memiliki aneka ragam kelompok sosial, atau lebih
akrab dengan sebutan kelompok organisasi kemasyarakatan yang tumbuh dan
berkembang berdasarkan kebutuhan serta tujuan tertentu yang akan dicapai organisasi
kemasyarakatan itu dapat tumbuh dan berkembang dalam lingkungan terbatas sampai
pada cangkupan nasional, regional maupun internasional. Dalam lingkungan masyarakat
maju, dapat dibedakan sebagai kelompok masyarakat non industri dan masyarakat
industri.
(1) Masyarakat Non Industri
Secara garis besar, kelompok nasional atau organisasi kemasyarakatan non industri dapat
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu kelompok primer (primary group) dan kelompok
sekunder (secondary group).
(a) Kelompok primer
Dalam kelompok primer, interaksi antar anggota terjalin lebih intensif, lebih erat, lebih
akrab. Kelompok primer ini disebut juga kelompok “face to face group”, sebab anggota
kelompok sering berdialog, bertatap muka, karena itu saling mengenal lebih dekat, lebih
akrab. Sifat interaksi dalam kelompok-kelompok priimer bercorak kekeluargaan dan lebih
berdasarkan simpati. Pembagian kerja atau pembagian tugas pada kelompok menerima
serta menjalankan tugas tidak secara paksa, lebih dititik beratkan pada kesadaran, tanggung
jawab para anggota dan berlangsung atas dasar rasa simpati dan secara sukarela.
Contoh-contoh kelompok primer, antara lain : keluarga, rukun tetangga, kelompok
kerja, kelompok agama, dan lain sebagainya.
(b) Kelompok Sekunder
Antara anggota kelompok sekunder, terpaut saling hubungan tak langsung, formal, juga
kurang bersifat kekeluargaan. Oleh karena itu, sifat interaksi, pembagian kerja, pembagian
kerja antar anggota kelompok diatur atas dasar pertimbangan-pertimbangan rasional,
obyektif.
Para anggota menerima pembagian kerja/pembagian tugas atas dasar kemampuan,
keahlian tertentu, disamping dituntut dedikasi. Hal-hal semacam itu diperlukan untuk
mencapai target dan tujuan tertentu yang telah di flot dalam program-program yang telah
sama-sama disepakati. Contoh-contoh kelompok sekunder, misalnya : partai politik,
perhimpunan serikat kerja/serikat buruh, organisasi profesi dan sebagainya. Berlatar
belakang dari pengertian resmi dan tak resmi, maka tumbuh dan berkembang kelompok
formal (formal group) atau lebih akrab dengan sebutan kelompok resmi, dan kelompok tidak
resmi (informal group). Inti perbedaan yang terjadi adalah : kelompok tidak resmi (informal
group) tidak berstatus resmi dan tidak didukung oleh Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran
Ruah Tangga (ART) seperti yang lazim berlaku pada kelompok resmi.
Namun demikian, kelompok tidak resmi juga mempunyai pembagian kerja, peranan-
peranan serta hirarki tertentu, norma-norma tertentu sebagai pedoman tingkah laku para
anggota beserta konvensi-konvensinya. Tetapi hal ini tidak dirumuskan secara tegas dan
tertulis seperti para kelompok resmi (W.A. Gerungan, 1980 : 91).
Contoh : Semua kelompok sosial, perkumpulan-perkumpulan, atau organisasi-organisasi
kemasyarakatan yang memiliki anggota kelompok tidak resmi.
Seringkali dalam tubuh kelompok resmi juga terbentuk kelompok tak resmi. Anggota-
anggota terdiri atas beberapa individu atau keluarga saja. Sifat interaksinya berlangsung
saling mengerti yang lebih mendalam, karena latar belakang pengalaman-pengalaman,
senasib sepenanggungan dan pandangan-pandangan yang sama.
(2) Masyarakat Industri
Durkheim mempergunakan variasi pembagian kerja sebagai dasar untuk
mendeklasifikasikan dasar masyarakat, sesuai dengan taraf perkembangannya. Akan tetapi ia
lebih cenderung mempergunakan dua taraf klasifikasi, yaitu yang sederhana dan kompleks.
Masyarakat-masyarakat yang berada di tengah kedua ekstrim tadi diabaikannya (Soerjono
Soekanto, 1982 : 190).
Jika pembagian kerja bertambah kompleks, suatu tanda bahwa kapasitas masyarakat
semakin tinggi. Solidaritas didasarkan pada hubungan saling ketergantungan antara kelompok-
kelompok masyarakat yang telah mengenal pengkhususan. Otonomi sejenis, juga menjadi ciri
dari bagian/kelompok-kelompok masyarakat. Otonomi sejenis dapat diartikan dengan
kepandaian/keahlian khusus yang dimiliki seseorang secara mandiri, sampai pada batas-batas
tertentu.
Contoh-contoh : tukang roti, tukang sepatu, tukang bubut, tukang las, ahli mesin, ahli listrik
dan ahli dinamo, mereka dapat bekerja secara mandiri. Dengan timbulnya spesialisasi
fungsional, makin berkurang pula ide-ide kolektif untuk diekpresiasikan dan dikerjakan
bersama. Dengan demikian semakin kompleks pembagian kerja, semakin banyak timbul
kepribadian individu. Sudah barang tentu masyarakat sebagai keseluruhan memerlukan derajat
integrasi yang serasi. Akan tetapi hanya akan sampai pada batas tertentu, sesuai dengan
bertambahnya individualisme.
Abad ke-15 sebagai pangkal tolak dari berkembang pesatnya industrialisasi, terutama
didaratan eropa. Hal tersebut telah melahirkan bentuk pembagian kerja antara majikan dan
buruh. Semula pembagian kerja antara majjikan dan buruh atau mereka yang magang bekerja
berjalan serasi, sehingga konflik jarang terjadi.
Laju pertumbuhan industri-industri membawa konsekuensi memisahkan pekerja dengan
majikan lebih nyata. Majikan sebagai pemilik modal monopoli posisi-posisi tertentu, sehingga
menimbulkan konflik. Sejalan dengan kompleksitas pembagian kerja, pekerjaan menjadi
tambah rumit dan terlalu khusus. Akibat terjadi konflik-konflik yang tak dapat dihindari, kaum
pekerja membentuk serikat-serikat kerja/serikat buruh. Awal perjuangan tersebut ditandai
dengan keinginan untuk memperbaiki kondisi kerja dan upah. Perjuangan kaum buruh semakin
meningkat, terutama di persahaan-perusahaan besar. Ketidak puasan kaum buruh terhadap
kondisi kerja dan upah semakin meluas. Akumulasi ketidak puasan buruh menjadi bertambah,
karena kaum industrialis mengganti tenaga manusia dengan mesin-mesin. Hal ini berakibat
membawa stagnasi mental para buruh, lambat laun menjadi luntur, kebanggaan memiliki
keterampilan dan spesialisasi semakin meningkat. Dengan demikian, pembagian kerja semakin
timpang dan tidak adil.
4. HUBUNGAN ANTAR INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT
a. Makna Individu
Manusia adalah makhluk individu. Makhluk individu berarti makhluk yang
tidak dapat dibagi-bagi, tidak dapat dipisah-pisahkan antara jiwa dan raganya.
Para ahli Psikologi modern menegaskan bahwa manusia itu merupakan suatu
kesatuan jiwa raga yang kegiatannya sebagai keseluruhan, sebagai kesatuan.
Kegiatan manusia sehari-hari merupakan kegiatan keseluruhan jiwa raganya.
Bukan hanya kegiatan alat-alat tubuh saja, atau bukan hanya aktivitas dari
kemampuan-kemampuan jiwa satu persatu terlepas daripada yang lain.
Contoh : Manusia sebagai makhluk individu mengalami kegembiraan atau
kecewa akan terpaut dengan jiwa raganya. Tidak hanya dengan mata, telinga,
tangan, kemauan, dan perasaan saja. Dalam kegembiraannya manusia dapat
mengagumi dan merasakan suatu keindahan, karena ia mempunyai rasa
keindahan, rasa estetis dalam individunya. Suatu rasa keindahan, rasa estetis
dalam individunya. Suatu keindahan ia kagumi dan ia nikmati melalui indera
mata dan indera mata dan indera perasaan yang berbaut menjadi satu kesatuan.
Tegasnya, apabila kita mengamati sesuatu, maka kita bukan hanya melihat
sesuatu dengan alat mata kita saja, melainkan juga seluruh minat, dan perhatian
yang kita curahkan kepada objek yang kita amati itu. Minat dan perhatian ini
sangat dipengaruhi oleh niat dan kebutuhan kita pada waktu itu. Dalam
pengamatan suatu objek tersebut keseluruhan jiwa raga kita terlibat dalam
proses pengamatan itu, dan tidak hanya indera mata saja.
Pendapat lain bahwa manusia sebagai makhluk individu, tidak hanya dalam
arti makhluk keseluruhan jiwa raga, melainkan juga dalam arti bahwa tiap-tiap
orang itu merupakan pribadi (individu) yang khas menurut corak kepribadiannya,
termasuk kecakapan-kecakapan serta kelemahan-kelemahannya. Sehubungan
dengan itu, Fallport merumuskan kepribadian manusia sebagai makhluk individu
adalah sebagai berikut : kepribadian adalah organisasi dinamis daripada sistem-
sistem psy-cho-physik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang
unik (khas) dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan (W.A. Gerungan,
1980 : 28).
Kenyataan-kenyataan yang kita dapati dalam kehidupan sehari-hari setiap
individu berkembang sejalan dengan ciri-ciri khasnya, walaupun dalam
kehidupan lingkungan yang sama. Contohnya yang sangat tepat adalah anak
kembar. Dua individu manusia yang berasal dari satu keturunan yang sama.
Bersumber dari satu indung telur, tetapi toh-tetap memiliki karakter ramah,
tamah, periang, dan mudah bergaul dengan teman-teman sebaya dalasm
lingkungannya. Anak yang satu lagi bersifat tertutup, pemalu, sukar bergaul
dengan teman-teman sebaya dan lingkungannya.
Untuk menjadi suatu individu yang “mandiri” harus melalui proses. Proses
yang dilaluinya adalah proses pemantapan dalam pergaulan di lingkugan
keluarga pada tahan pertama. Karakter yang khas itu terbentuk dalam
lingkungan keluarga secara bertahap dan akan mengedap melalui sentuhan-
sentuhan interaksi : etika, estetika, dan moral agama. Sejak anak manusia
dilahirkan ia membutuhkan proses pergaulan dengan orang-orang lain untuk
memenuhi kebutuhan batiniah dan lahiriah yang membentuk dirinya. Menurut
Sigmund Freud, superego pribadi manusia sudah mulai terbentuk pada saat
manusia berumur 5-6 tahun (W.A Gerungan. 1980 : 29).
b. Makna keluarga
Keluarga adalah merupakan kelompok primer yang paling penting di dalam
masyarakat. Keluarga menurupakan sebuah group yang terbentuk dari
perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan mana sedikit banyak
berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi
keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial ini
mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama, di mana saja dalam satuan
masyarakat manusia.
Di sini kita sebutkan 5 macam sifat yang terpenting yaitu :
1. Hubungan suami – isteri :
2. Bentuk perkawinan di mana suami-isteri itu diadakan dan dipelihara.
3. Susunan nama-nama dan istilah-istilah termasuk cara menghitung
Hubungan ini mungkin berlangsung seumur hidup dan mungkin dalam
waktu yang singkat saja. Ada yang berbentuk monogomi, ada pula yang
poligami. Bahkan masyarakat yang sederhana terdapat “group married”,
yaitu sekelompok wanita kawin dengan sekelompok laki-laki.
Dalam pemilihan jodoh dapat kita lihat, bahwa calon suami-isteri itu
dipilihkan oleh orang-orang tua mereka. Sedang pada masyarakat lainnya
diserahkan pada orang-orang yang bersangkutan. Selanjutnya perkawinan
ini ada yang berbentuk indogami (yakni kawin di dalam golongan sendiri,
ada pula yang berbentuk exogami (yaitu kawin di luar golongan sendiri).
keturunan.
Di dalam beberapa masyarakat keturunan dihitung melalui garis laki-
laki misal : Di batak. Ini disebut patrilineal. Ada yang melalui garis wanita,
4. Milik atau harta benda keluarga
di Minangkabau. Ini disebut : Matrilineal, di mana kekuasaan terletak
pada wanita. Di Minangkabau wanita tidak mempunyai hak apa-apa,
bahkan hartanya pun tidak diurusi oleh wanita itu, melainkan diurus oleh
adik atau saudara perempuannya.
Di manapun keluarga itu pasti mempunyai milik untuk kelangsungan
hidup para anggota-anggotanya.
5. Pada umumnya keluarga itu tempat bersama/rumah bersama.
c. Makna Masyarakat
Seperti halnya dengan definisi sosiologi yang banyak jumlahnya kita dapati
pula definisi-definisi tentang masyarakat yang juga tidak sedikit. Definisi adalah
sekedar alat ringkat untuk memberikan batasan-batasan mengenai sesuatu
persoalan atau pengertian ditinjau daripada analisa. Analisa inilah yang
memberikan arti yang jernih dan kokoh dari sesuatu pengertian.
Mengenai arti masyarakat ini, baiklan di sini kita kemukakan beberapa
definisi mengenai masyarakat itu, seperti misalnya :
1. R. Linton : Seorang ahli antropologi mengemukakan, bahwa masyarakat
2. M.J. Herskovist : menulis bahwa masyarakat adalah kelompok individu
3. J.L. Gillin dan J.P. Gillin : mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok
4. S.R. Steinmets : seorang sosiologi bangsa Belanda, mengatakan bahwa
5. Hasan Shadily : mendefinisikan masyarakat adalah golongan besar atau
adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan
bekerjasama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya
berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas
tertentu.
yang diorganisasikan dan mengikuti suatu cara hidup tertentu.
manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan
perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokan-
pengelompokan yang lebih kecil.
masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar, yang meliputi
pengelompokan-pengelompokan manusia yang lebih kecil, yang
mempunyai perhubungan yang erat dan teratur.
kecil dari beberapa manusia, dengan atau karena sendirinya, bertalian
secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.
Kalau kita mengikuti definisi Linton, maka masyarakat itu timbul dari
setiap kumpulan individu, yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama
dalam waktu lama.
Kelompok manusia yang dimaksud di atas yang belum
terorganisasikan mengalami proses yang fundamental, yaitu :
a. Adaptasi dan organisasi dari tingkah laku para anggota.
b. Timbul perasaan berkelompok secara lambat laun atau lespirit de
corps.
Proses ini biasanya bekerja tanpa disadari dan diikuti oleh semua
anggota kelompok dalam suasana trial dan error. Dari uraian tersebut di
atas dapat kita lihat bahwa masyarakat dapat mempunyai arti yang luas
dan dalam arti yang sempit. Dalam arti yang luas masyarakat dimaksud
keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama tidak dibatasi
oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya. Atau dengan kata lain:
kebetulan dari semua perhubungan dalam hidup bermasyarakat. Dalam
arti smpit masyarakat dimaksud sekelompok manusia yang dibatasi oleh
aspek-aspek tertentu mislanya territorial, bangsa golongan mahasiswa
masyarakan jawa, masyarakat sunda, masyarakat minang, masyarakat
jawa, masyarakat tani dan sebagainya, dipakailah kata masyarakat itu
dalam arti yang sempit.
Mengingat definisi-defisini masyarakat tersebut di atas , maka dapat
ambil kesimpulan, bahwa masyarakat harus mempunyai syarat-syarat
sebagai berikut:
a. Harus ada pengumpulan manusia, dan harus banyak, bukan
pengumpulan manusia binatang.
b. Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama dalam suatu
daerah tertentu.
c. Adanya aturan-aturan atau undang-undang yang mengatur
mereka untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.
Di dalam hubungan antara manusia dengan manusia hubungan
tadii. Reaksi ini yang menyebabkan hubungan-hubungan manusia
bertambah luas. Misalnya seorang yang menyanyi ia memerlukan
reaksi berupa pujian atau celaan guna mendorong tindakan
selanjutnya. Di dalam memberikan reaksi tersebut ada
kecenderungan untuk mensereasikan dengan tindakan orang lain.
Hal ini disebabkan manusia sejak lahir mempunyai 2
hasrat/keinginan, yakni:
- Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain
- Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana sekililingnya.
untuk dapat menyusuaikan diri dengan kedua lingkungan tersebut
manusia menggunakan oikiran untuk dapat menghadapo udara
dingin, alam yang kejam dan sebagainya manusia menciptakan
rumah, pakaian, dan lain-lainnya. Manusia juga harus makan agar
tetap sehat : untuk itu ia mengambil makanan sebagai hasil dari
alam sekitarnya dengan menggunakan akal. Untuk mencari
makanannya manusia di laut mencari ikan sebagai nelayan di
hutan manusia terbaru.
Kesemuanya itu ditimbulkan kelompok-kelompo sosial (Sosial
grups) dalam kehidupan manusia karena tak mungkin hidup
sendiri.
Menurut ellwod, faktor-faktor yang menyebabkan manusia hidup
bersama, adalah:
disekililingnya (yaitu masyarakat), milieu sosial.
a. Dorongan untuk mencari makan : penyelenggaraan untuk
mencari makanan itu lebih mudah di lakukan dengan
bekerjasama.
b. Dorongan untuk mempertahankan diri : terutama pada
keadaan primitif : dorongan ini merupakan cambuk untuk
kerjasama
c. Dorongan untuk melangsunkan jenis.
Manusia sebagai makhluk sosial manapun tersusun dalam
kelompok-kelompok. Fakta ini menunjukan manusa mempunyai
sosial akan pembawaan dalam pergaulan dengan sesamanya)
seperti hasrat bergaul dan sebagainya.
Kecenderungan sosial ini merupakan keanehan, yaitu perasaan yang lain. Misalnya harga diri. Rasa
tetapi juga kelihatan berharga. Orang yang gila hormat misalnya sebetulnya bertindak karena
dorongan penghargaan orang lain. Kadang-kadang rasa harga dri berhubungan juga dengan suatu
keompok sosial tertentu, misalnya seseorang dapet menunjukan prestasi yang baik. Kerapkali rasa
harga diri menjerma menjadi nafsu untuk berkuasa.
Suatu himpunan manusia supaya merupakan kelompok sosial harus memenuhi syarat-syarat, antara
lain:
1. Setiap anggota harus sadar bahwa ia merupakan bagian lain kelompoknya
2. Ada hubungan timbal balik antara anggota-anggotaya.
3. Ada suatu faktor yang di miliki bersama, seperti nasib yang sama, kepentingan yang sama,
tujuan yang sama, ideologi yang sama dan sebagainya,
Jadi masyarakat itu di bentuk oleh individu-indivdu yang beradab dalam ke adaan sadar. Indiivdu
yang fikiran nya rusak, individu individu type pertama tidak dapat menjadi anggota masyarakat yang
permanen,saling mengikatkan dirinya dengan individu-individu lain nya . membentuk sati kesatuan
dapet di sebut individu sebagai anggota masyarakat.
Dapatkah kita membedakan pengertian antara ondividu sebagai perseorangan dan individu sebagai
mahluk sosial. Individu perseorangan berarti individu berbeda dalam keadaan tidak berhubungan
dengan individu lainnya. Atau dengan kata lain : individu
Sesungguhnya telah kita bedakan dua pengertian yang contras, namun kodratnya manusia iyu
adalah “makhluk sosial” bukan makhluk individual. Kenyataan ini sesuai dengan rumus Aristoteles :
man is by nature a political animal, yang artinya : manusia pada kodratnya adalah makhluk yang
berkumpul-kumpul. Atau dengan singkat manusia itu adalah zoon politicon.
Bila rumusan tersebut kita terima dengan sungguh-sungguh sesuai dengan kenyataannya, maka
tak ada jalan lain untuk mengatakan, bahwa manusia sebagai makhluk sosial adalah sudah pada
kodratnya. Auguste Comte tersendiri di dalam ilmu pengetahuan sosiologi berpendapat bahwa :
Kehendak berkumpul itu memang terkandung di dalam sifat manusia. Nyatalah bahwa manusia
pada kodratnya adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang bertindak seirama dengan kehendak
umum yaitu masyarakat.
Pertumbuhan adalah suatu perubahan ke arah yang lebih maju dan lebih dewasa.
Pertumbuhan dapat di tinjau dari tiga aliran yaitu Asosiasi, Psikologi Gestalt, Sosiologi. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dapat di lihat dari tiga pendirian,yaitu: Nativistik, Empiristik dan
environmentalistik, Konvergensi dan interaksionisme.
Fungsi-fungsi keluarga yaitu:
a. Sebagai tempat atau wahana pembentukan kepribadian anak-anak dari anak keturunan
keluarga tersebut.
b. Berfungsi sebagai alat reproduksi kepribadian-kepribadian
c. Sebagai eksponen dan perantara (transmisi) kebudayaan masyarakat, sebab keluarga
menempati posisi kunci.
d. Sebagai lembaga perkumpulan ekonomi dan,
e. Sebagai pusat-pusat pengasuhan dan pendidikan anak-anak sebagai penerus generasi
bangsa.
Pembagian kerja pada kelompok-kelompok masyarakat sederhana lebih di titikberatkan
pada keterbatasan dan kemampuan fisik ( antara orang wanita dan pria). Oleh karena itu
pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan kekuatan fisik di lakukan oleh orang laki-laki.
Sebaliknya perkerjaan yang ringan di kerjakan oleh orang wanita.
Dalam lingkungan kelompok masyarakat maju, yang terbagi menjadi masyarakat non
industri dan masyarakat industri, pembagian kerja menjadi lebih kompleks, lebih rumit dan
lebih khusus. Sejalan dengan perkembagannya industri, lahirlah kelompok masyarakat
pemilik modal (di sebut majikan)dan kelompok pekerja. Berpangkal tolak dari penggolongan
kelas-kelas pekerja, dapat di bedakan : pekerja kasar, pekerja kelas menengah, dan pekerja
kelas tinggi.
Individu, Keluarga dan Masyarakat :
a. Individu di artikan kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan.
b. Mengenai pengertian keluarga ada beberapa pendapat antara lain :
c. Mengenai pengertian masyrakat antara lain menurut :
1. Sigmund Freud berpendapat bahwa keluarga adalah perwujudan dari adanya
perkawinan antara pria dan wanita, sehingga keluarga itu merupakan perwujudan
dorangan seksual.
2. Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa keluarga itu adalah kumpulan beberapa
orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri
sebagai satu gabungan yang hakiki, eksensial enak dan berkehendak bersama-sama
memperteguh golongan itu untuk memuliakan masing-masing angotanya.
1. Drs.JBAF.MAJOR Polak berpendapat bahwa masyarakat adalah wadah segenap antar
hubungan sosial terdiri dari kolektiva-kolektiva serta kelompok-kelompok dan sub-
sub kelompok.
2. Prof.M.M.Djojodiguno berpendapat bahwa masyrakat adalah suatu kebulatan dari
segala perkembangan dalam hidup bersama antara manusia dengan manusia.
3. Hasan Sadily berpendapat bahwa masyrakat adalah suatu keaadan badan atau
kumpulan manusia yang hidup bersama.
Individu mempunyai makna langsung apabila konteks situsional adalah keluarga
atau lembaga sosial, sedangakan individu dalam konteks lingkungan sosial yang lebih
besar, seperti masyarakat atau nasion, posisi dan peranannya semakin abstrak.
BAB IV
PEMUDA DAN SOSIALISASI
1. INTERNALISASI BELAJAR DAN SPESIALISASI
Internalisasi adalah proses norma-norma kemasyarakatan yang tidak berhenti sampai
institusionalisasi saja,akan tetapi mungkin norma-norma tersebut sudah mendarah daging dalam
jiwa anggota-anggota masyarakat.
Norma-norma ini kadang-kadang dibedakan antara norma-norma :
1) Norma-norma yang mengatur pribadi yang mencakup norma-norma kepercayaan yang
betujuan agar manusia beriman,dan norma kesusilaan yang bertujuan agar manusia berhati
nurani yang bersih.
2) Norma-norma yang mengatur hubungan pribadi, mencakup kaidah kesopanan dan kaidah
hokum serta mempunyai tujuan agar manusia bertingkah laku yang baik dalam pergaulan
hidup dan bertijuan untuk mencapai kedamaian hidup.
a. Masalah-masalah kepemudaan
generasi dalam hubungan dengan generasi yang lebih tua. Problema ini disebabkan karena
sebagai akibat dari proses pendewasaan seorang, penyesuaian dirinya dengan situasi yang
baru timbullah harapan setiap pemuda akan mempunyai masa depan yang (kalau bisa) lebih
baik.
Daripada orang tuanya. Proses perubahan terjadi secara lambat dan teratur (evolusi) atau
dengan besar-besaran sehingga orang sukar mengendalikan perubahan yang terjadi,bahkan
seakan-akan tidak diberi kesempatan untuk menyesuaikan dengan situasi (obyektif)
perubahan tadi.
Massalah pemuda merupakan masalah yang abadi dan selalu dialami oleh setiap
Di Negara-negara berkembang anak-anak yang higga beberapa waktu yang lalu
memperoleh pendidikan tradisional yaitu pendidikan berupa penerusan kebiasaan dan nilai-
nilai budaya dari orang tuanya,dewasa Ini mengalami suatu situasi dimana mereka sebanyak
mungkin harus menemukan jalannya untuk dirinya sendiri.
dari orang tuanya hal mana merupakan inti berkurangnya pengertian antara orang tua
dengan anak. Dalam masyakat tradisional maka orang tua dan para sesepuh sebagai peer
group memberikan bimbingan pengarahan kepada anak-anaknya, merupakan norma-norma
masyarakatnya sehingga dapat dipergunakam dalam hidupnya dalam zaman perubahan
Sebagian besar pemuda mengalami/menikamati suatu pendidikan yang lebih tinggi
masyarakat seringkali orang tua sendiri tidak dapat memahami apa yang terjadi disekitarnya.
Banyak masalah tidak terpecahkan oleh mereka karena kejadian yang menimpa mereka
belum pernah dialami oleh siapa pun dalam ligkungan nya dan karena itu dank arena itu
anak-anak juga dapat menikmati bimbingan yang akan memudahkan masa depan mereka
seperti sedia kala.
sudah dewasa akan tetapi secara ekonomis, psikologis masih kurang dewasa. Seringkali
diketemukan pemuda-pemuda telah menikah, mempunyai keluarga menikmati hak
politiknya sebagai warga Negara tetapi dalam segi ekonominya masih tergantung dari orang
tua yang tinggal agak jauh dari tempat belajar/studinya.
dahulu kala. Yang dipermasalahkan adalah nilai-nilai masyarakat. Bagaimana serasi atau
kurang serasi hubungan ini akan tampak dalam saat-saat kritis. Pada umumnya dapatlah
dikatakan bahwa masalah antar generasi mencerminkan kebudayaan masyarakat itu sendiri.
Dengan demikian, bagaimana masalah itu dipecahkan juga mencerminkan kebudayaan
masyarakat itu.
Sehubungan dengan ini , para ahli paedagogi social berpendapat bahwa masalah antar
generasi kurang dan hampir tidak terdapat dimasyarakat yang tertutup tradisional.
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa masalah antar generasi merupakan suatu
masalah modern.
tertutup/tradisional, pembinaan dan proses pendewasaan terjadi secara kontinyu, diawasi
oleh social control masyarakat.
generasi” berjalan dengan baik, sehingga terbentuklah personifikasi, identitas- indentitas
dan solidaritas sebagaimana diharapkan oleh generasi sebelumnya.
b. Hakikat Kepemudaan
Kiranya disadari bahwa ada berbagai tafsiran yang bisa diberikan terhadap pemuda/generasi
muda. Untuk itu kiranya perlu diperjelas bahwa pengertian pemuda disini adalah mereka yang
berumur diantara 15-30 tahun. Hal ini sesuai dengan pengertian pemuda/generasi muda
sebagaimana yang dimaksudkan dengan pembinaan generasi muda dan dilaksanakan dalam repelita
IV.
Pendekatan klasik tentang pemuda melihat bahwa masa muda merupakan masa perkembangan
yang enak dan menarik. Kepemudaan merupakan suatu fase dalam pertumbuhan biologis seseorang
yang bersifat seketika, dan sekali waktu akan hilang dengan sedirinya sejalan dengan hokum biologis
itu sendiri: manusia tidak dapat melawan proses ketuaan. Maka keanehan-keeanehan yang menjadi
ciri khas masa muda akan hilang sejalan dengan berubahnya usia.
Menurut pendekatan yang klasik ini, pemuda dianggap sebagai suatu kelompok yang mempunyai
aspirasi sendiri yang bertentangan dengan aspirasi mayarakat, atau lebih tepat aspirasi orang tua
atau generasi tua. Selanjutnya muncullah persoalan-persoalan frustasi dan kecemasan pemuda
karena keinginan-keinginan mereka tidak sejalan dengan kenyataan (keinginan) generasi tua. Dalam
Dewasa ini umum ditemukan bahwa secara biologi, politis dan fisik seorang pemuda
Masalah antar generasi merupakan masalah suatu masyarakat yang dikenal sejak
Adapun inti pokok adalah bahwa dalam masyarakat dengan system
Suatu masyarakat akan mengalami stabilitas social apabila “proses reproduksi
hubungan ini kemungkinan timbul konflik dalam berbagai bentuk protes, baik yang terbuka maupun
yang terselubung. Di sinilah pemuda bergejolak untuk mencari identitas mereka.
Dalam hal ini hakikat kepemudaan dicari atau ditinjau dari dua asumsi pokok:
Pertama, penghayatan mengenai proses perkembangan manusia bukan sebagai suata kotinum yang
sambung menyambung tetapi fragmentaris, terpecah-pecah, dan setiap fragmen mempunyai artinya
sendiri. Pemuda di bedakan dari anak dan orang tua dan masing-masing fragmen itu mewakili nilai
sendiri.
Oleh sebab itu, arti setiap masa perkembangan hanya dapat dimengerti dan dinilai dari masa itu
sendiri. Masa kanak-kanak hanya dapat diresapi karena keanakannya, masa pemuda karena sifat-
sifatnya yang khas pemuda, dan masa orang tua yang diidentikan dengan stabilias hidup dan
kemapanan.
Tidak mengherankan kalau romantisme akan tumbuh subur dalam pendekatan ini. Karena “mahkota
hidup” adalah masa tua yang disamakan dengan hidup bermasyarakat, maka tingkah laku anak dan
pemuda tidak lebih dari riak-riak kecil yang tidak berartidalam gelombang perjalan hidup manusia.
Dinamika pemuda tidak lebih dari usaha untuk menyesuaikan diri dengan pola-pola kelakuan yang
sudah tersedia, dan setiap bentuk kelakuan yang menyimpang akan dicap sebagai sesuatu yang
anomalis, yang tak sewajarnya. Dan jika itu ditantang oleh kaidah-kaidah sosial yang sudah
melembaga, maka hal itu akan terjelma dalam bentuk adanya jurang pemisah antara generasi muda
dan generasi tua.
Seyogyangalah penilaian bertolak dari suatu asumsi kehidupan yang bersifat kontinum, yang
melihat pemuda dan kepemudaan sebagai suatu tonggak dari “wawasan kehidupan”, yang dengan
sendirinya mempunyai potensi serta romantisme dalam suatu kesatuan untuk mengisi hidupnya.
Pendekatan klasik melihat potensi dan romantisme pemuda sebagai suatu yang berdiri
sendiri, baik pemuda sebagai perorangan maupun pemuda sebagai anggota kelompok da anggota
dari suatu masyarakat. Demikian pula usaha-usaha untuk menyalurkan potensi pemuda kerapkali
bersifat fragmentaris, karena potensi itu dilihat bukan merupakan sebagai dari aktivitas dalam
wawasan kehidupan, tetapi tidak lebih sebagai penyaluran tenaga yang berlebihan dari pemuda itu.
Asumsi pokok yang kedua yang merupakan tambahan dari asumsi wawasan kehidupan ialah
posisi pemuda dalam arah kehidupanitu sendiri. Tafsiran-tafsan klasik didasarkan pada anggapan
bahwa kehidupan mempunyai pola yang banyak sedikitnya sudah tertentu dan ditentukan oleh
mutu pemikiran yang diwakili oleh generasi tua yang bersembunyi dibalik tradisi. Dinamika pemuda
tidak dilihat sebagai sebagian dari dinamika kehidupan atau lebih tepat sebagian dari dinamika
wawasan kehidupan
Hal ini disebabkan oleh suatu anggapan bahwa pemuda tidak mempunyai andil yang berarti
dalam ikut mendukung proses kehidupan bersama dalam masyarakat. Pemuda dianggap sebagai
objek dari penterapan pola-pola kehidupan dan bukan sebagai subjek yang mempunyai nilai sendiri.
2 asumsi yang mendasari pandangan di atas, kiranya tidak akan memberi jawaban terhadap
“kebinalan” pemuda dewasa ini. Baik gagasan mengenai “wawasan kehidupan” maupun konsep
mengenai tata kehidupan yang dinamis, akan menggugurkan pandangan klasik, yang menafsirkan
kelakuan pemuda dan hidup kepemudaan sebagai suatu yang abnormal.
Pemuda sebagai suatu subjek dalam hidup, tentulah mempunyai nilai sendiri dalam
mendukung dan menggerakan hidup bersama itu. Hal ini hanya bias terjadi apabila tingkah laku
pemuda itu sendiri ditinjau sebagai interaksi terhadap lingkunganya dalam arti luas. Penafsiran
menganai identifikasi pemuda seperti ini disebut sebagai sesuatu pendekatan ekosferis.
Ciri utama dari pendekatan ini melingkupi dua unsur pokok yaitu unsur lingkungan atau
ekolagi sebagai keseluruhan dan kedua, unsur tujuan yang menjadi pengarah dinamika dalam
lingkungan itu. Yang dimaksud dengan “lingkungan” dalam konsep ini melingkupi seluruh aspek dari
totalitas lingkungan yang dapat diidentifisir dalam unsur-unsur lingkungan fisik, social dan budaya
termasuk nilai nilai kehidupan. Tingkah laku manusia merupakan interaksi antra manusia dengan
lingkungan pesisir pantai akan bertingkah laku yang berbeda dengan hidup di pegunungan. Yang
hidup di kota metropolitan hingarbingar akan berbeda dengan hidup di dusun-dusun yang penuh
kedamaian.
Hubungan antara manusia sebagai subyek dengan lingkunganya adalah hubungan timbal
balik yang aktif. Artinya, bukan saja manusia itu mengubah, memperbaiki atau merusak
lingkunganya, tetapi juga akan ikut menentukan, mengubah atau merusak manusia sebagai akibat
pengrusakan manusia atas lingkunganya. Keseimbangan antara manusia dengan lingkunganya
adalah suatu keseimbangan yang dinamis, suatu interaksi yang bergerak. Arah gerak itu sendiri
mungkin kea rah perbaikan mungkin pula kea rah kehancuran. Hal itu tergantung pada tingkat
pengelolaan manusia terhadap lingkunganya, serta jawaban yang kreatif terhadap potensi
lingkunganya, baik potensi manusiawi maupun potensi fisik yang ekonomis.
Dua hal yang menonjol dari pendekatan ekosferis ini. Pertama, kepemudaan dan kehidupan
orang dewasa dan anak-anak merupakan totalitas. Dengan demikian tidak ada pertentangan antara
pemuda, orang dewasa (generasi tua) dan anak-anak, secara fundamental. Kalaupun perbedaan
dalam kematangan berfikir, dalam menghayati makna hidup dan kehidupan ini semata-mata
disebabkan oleh tingkat kedewasaannya.
Bertolak dari suatu kenyataan bahwa dalam masyarakat modern dimana perubahan social terjadi
begitu cepat, maka semua kelompok, termasuk generasi tua perlu mencari dan menginternalisasikan
atau menghayati ukuran-ukuran standar yang ternyata bersifat dinamis. Pendekatan ekosferis
mengenai tingkah laku manusia memperkuat dugaan diatas. Lingkungan hidup manuasia dalam arti
yang luas, seperti yang telah dijelasskan, merupakan suatu totalitas yang dinamis. Hal ini berarti,
bahwa bukan saja pemuda, juga generasi tua haruslah sensitive terhadap dinamika lingkungan
dengan ukuran-ukuran standar yang baru.
Dengan pendapat diatas jelas kiranya bahwa pendekatan ekosferis mengenai pemuda,
menempatkan masalah pemuda pada horizon yang lebih luas. Segala jenis “kelainan” yang hingga
kini seolah-olah telah menjadi hak paten pemuda, akan lebih dapat dimengerti sebagai suatu
keresahan dari masyarakat sendiri sebagai keseluruhan. Hal ini juga berarti bahwa keresahan
pemuda adalah juga suatu refleksi dari keresahan masyarakat secara keseluruhan. Secara lebih
spesifik, gejolak hidup pemuda dewasa ini, adalah respons terhadap lingkungan yang kini berubah
dengan cepat. Kerapkali unsur-unsur manusiawi dengan lingkungan social ekonomis ataupun
fisik,tidak berjalan seirama. Secara ideal irama ini hendaknya harmonis, namun kerapkali dalam
kenyataannya hal ini sukar dicapai karena keterbatasan-keterbatasan dalam lingkungan itu sendiri.
2. PEMUDA DAN IDENTITAS
Telah kita ketahui bahwa “pemuda atau generasi muda” merupakan konsep-konsep yang
selalu dikaitkan dengan masalah “nilai”, hal ini sering lebih merupakan pengertian ideologisdan
kultural daripada pengertian ilmiah. Misalnya “pemuda harapan bangsa”, “pemuda pemilik masa
depan” dan lain sebagainya yang kesemuanya merupakan bahwa moral bagi pe-
Hal 122
Muda. Tetapi dilain pihak pemuda menghadapi persoalan-persoalan sepetri kenakalan remaja,
ketidakpatuhan persoalan seperti kenakalan remaja, ketidak pahaman kepada orang tua/guru,
kecanduan narkotika,frustasi, masa depan suram , keterbatasan lapangan kerja dan masalah lainnya,
kesemuanya akibat adanya jurang antara keinginan dan harapan dengan kenyataan yang mereka
hadapi.
Diatas telah dikemukakan bahwa pemuda sering dibuat “generasi muda”, merupakan istilah
demografis dan sosiologis dalam konteks tertentu. Dalam pola dasar pembinaan dan pengembangan
generasi muda bahwa yang dimaksud pemuda adalah :
1). Dilihat dari segi biologis,terdapat istilah :
Bayi : 0 – 1 tahun
Anak : 1 – 12 tahun
Remaja : 12 – 15 tahun
Pemuda : 15 – 30 tahun
Dewasa : 30 tahun keatas
2). Dilihat dari segi budaya atau fungsional dikenal istilah :
Anak : 0 – 12 tahun
Remaja : 13 – 18 tahun – 21 tahun
Dewasa : 18 – 21 tahun keatas
Dimuka pengadilan manusia berumur 18 tahun sudah dianggap dewasa. Untuk tugas- tugas Negara
18 tahun sering diambil sebagai batas dewasa tetapi dalam menuntut hak seperti hak pilih, ada yang
mengambil 18 tahun da nada yang mengambil 21 tahun sebagai permulaan dewasa. Dilihat dari segi
psikologis dan budaya, maka pematangan pribadi ditentukan pada usia 21 tahun.
3). Dilihat dari angkatan kerja, ada istilah tenaga muda dan tenaga tua. Tenaga muda adalah calon-
calon yang dapat diterima sebagai tenaga kerja yang diambil antara 18 – 22 tahun.
4). Dilihat dari perencanaan modern, digunakan istilah sumber- sumber daya manusia muda (young
human resources ) .