Rabu, 12 Oktober 2016

Estetika Pada Suatu Film

Film dalam arti sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar, tetapi dalam pengertian yang lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan di TV. Film merupakan salah satu media massa yang berbentuk audio visual dan sifatnya sangat kompleks. Film menjadi sebuah karya estetika sekaligus sebagai alat informasi yang bisa menjadi alat penghibur, alat propaganda, juga alat politik. Ia juga dapat menjadi sarana rekreasi dan edukasi, di sisi lain dapat pula berperan sebagai penyebarluasan nilai-nilai budaya baru. Film bisa disebut sebagai sinema atau gambar hidup yang mana diartikan sebagai karya seni, bentuk populer dari hiburan, juga produksi industri atau barang bisnis. Film sebagai karya seni lahir dari proses kreatifitas yang menuntut kebebasan berkreativitas. (H. Hafied, 2008:136).
Dalam pembuatan film tidak mudah dan tidak sesingkat yang kita tonton, membutuhkan waktu dan proses yang sangat panjang diperlukan proses pemikiran  dan proses teknik. Proses pemikiran berupa pencarian ide, gagasan, dan cerita yang akan digarap. Proses teknik berupa keterampilan artistik untuk mewujudkan ide, gagasan menjadi sebuah film yang siap ditonton. Pencarian ide atau gagasan ini dapat berasal dari mana saja, seperti, novel, cerpen, puisi, dongeng, sejarah, cerita nyata, bahkan kritik sosial pada pemerintah. Salah satu film yang berisi kritik sosial pada pemerintah adalah film
“Alangkah Lucunya Negeri Ini.  Film ini merupakan film drama komedi satire Indonesia yang dirilis pada tanggal 15 April 2010 yang disutradarai oleh Deddy Mizwar. Film ini dibintangi antara lain oleh Reza Rahadian dan Dedy Mizwar.
Film ini mencoba mengangkat potret nyata yang ada dalam kehidupan bangsa Indonesia. Film ini juga dipenuhi bintang film Indonesia, tercatat ada sembilan nama peraih piala citra yang berkolaborasi secara sempurna untuk menyajikan tontonan yang berkualitas. Slamet Rahardjo, Deddy Mizwar, Tio Pakusadewo, dan Rina Hasyim. Keseluruhan film dipenuhi satir-satir politik yang cerdas. Jauh dari itu film ini membuka mata kita semua. Tentang pendidikan, tentang pengangguran, tentang kerasnya hidup di jalanan, serta kritik pada penguasa negeri ini. Tanpa pemahaman, film ini hanya akan sekedar menjadi komedi belaka.
Kadang kala, pesan moral pada sebuah film kurang diperhatikan oleh penonton. Banyak di antara mereka hanya menikmati alur cerita, visualisasi, bahkan Humornya saja dari film tersebut. Jika diperhatikan secara seksama dalam suatu film dapat menjadi inspirator bagi penontonnya. Mereka dapat ikut berpikir dan bertindak sebagai masyarakat indonesia yang aktif untuk memajukan Harkat dan Martabat Bangsa, bukan sebaliknya hanya sekedar menikmati humor saja dari film ini. Dalam Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) banyak Kritik Sosial pada Masyarakat dan Pemerintah, Fakta Fenomena Sosial Bangsa Kita, Harapan Anak Bangsa, Serta pesan moral baik Politik maupun Pendidikan bagi Indonesia yang ingin disampaikan kepada penonton. Dengan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai makna simbolis mengenai pesan moral yang ingin disampaikan pada film Alangkah Lucunya (Negeri Ini). Sangat penting untuk mengetahui Semiotika Film Alangkah Lucunya Negeri Ini agar masyarakat bisa mengetahui film-film yang mendidik dan memberikan inspirasi bagi generasi penerus bangsa tentang pentingnya pendidikan untuk membangun bangsa negara yang lebih baik.

TINJAUAN PUSTAKA
Analisis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itusendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Menurut Anne Gregory, Analisis adalah langkah pertama dari proses perencanaan.
Menurut Dwi Prastowo Darminto & Rifka Julianty, Analisis merupakan penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri, serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.

Semiotika
  Istilah semeiotics (dilafalkan demikian) diperkenalkan oleh Hippocrates (460-337 SM), penemu ilmu medis Barat, seperti ilmu gejala-gejala. Gejala, menurut Hippocrates, merupakan semeion, bahasa Yunani untuk penunjuk (mark) atau tanda (sign) fisik.
  Dari dua istilah Yunani tersebut, maka semiotik secara umum didefinisikan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta tactile dan olfactory (semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita miliki) ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia.
Film
Menurut UU 8/1992, Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan salah-satu media komunikasi massa audio visual yang dibuat berdasarkan asas sinematografi yang direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan sistem lainnya. Film berupa media sejenis plastik yang dilapisi emulsi dan sangat peka terhadap cahaya yang telah diproses sehingga menghasilkan gambar (bergerak) pada layar yang dibuat dengan tujuan tertentu untuk ditonton. Pada generasi berikutnya fotografi bergeser pada penggunaan media digital elektronik sebagai penyimpan gambar. Sebuah film, juga disebut gambar bergerak, adalah serangkaian gambar diam atau bergerak. Hal ini dihasilkan oleh rekaman gambar fotografi dengan kamera, atau dengan menggunakan teknik animasi atau efek visual.

Teori Semiotika Roland Barthez
Teori Roland Barthes (1915-1980), dalam teorinya Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu denotasi dan konotasi. Kata konotasi berasal dari bahasa Latin connotare, “menjadi makna” dan mengarah pada tanda-tanda kultural yang terpisah/bebeda dengan kata (dan bentuk-bentuk lain dari komunikasi). Kata melibatkan simbol-simbol, historis dan yang berhubungan dengan emosional.
Roland Barthes, semiotikus terkemuka dari Prancis dalam bukunya Mythologies (1972) memaparkan konotasi kultural dari berbagai aspek kehidupan keseharian orang Prancis, seperti steak dan frites, deterjen, mobil ciotron dan gulat. Menurutnya, tujuannya untuk membawakan dunia tentang “apa-yang terjadi-tanpa-mengatakan“ dan menunjukan konotasi dunia tersebut dan secara lebih luas basis idiologinya.
Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat. “Mitos” menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos.

METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah Content Analysis (Analisis Isi).  Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi. 
Kemudian penelitian ini menggunakan model Roland Barthes, yang berfokus pada gagasan tentang gagasan signifikasi dua tahap (two order of signification). Yang mana signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifer (penanda) dan signified (petanda) di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukan signifikasi tahap kedua. Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. 


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Untuk menjelaskan identifikasi masalah di atas, maka diambil enam scene serta waktu dan durasinya yang memiliki pesan terkait dengan Bidang Pendidikan di Indonesia yang telah dianalisis dengan menggunakan Teori Semiotika Roland Barthes, sebagai berikut:

Makna Denotasi 
  Pada gambar pertama terlihat Muluk berjalan melintasi jembatan pinggiran Kota Jakarta, Lalu melewati Pasar Tradisional di bawah jembatan itu. Di Gambar Berikutnya ditunjukkan Penjual Batu Kebal Bacok, Penjual Undur-Undur, Penjual yang menawarkan Ramalan Hidup, dan Penjual Ayat-Ayat Pelindung dari Malapetaka. Dan setiap Gambar tadi, terlihat betapa antusiasnya pembeli dengan tawaran-tawaran tadi.


Makna Konotasi 
        Konotasi yang ingin disampaikan oleh gambar ini adalah adanya kontradiksi antara dua paham atau kepercayaan dalam Masyarakat Indonesia. Di Abad 21 ini, meskipun Logika dan Pemikiran Modern sudah muncul di bidang akademik, Masih begitu banyak Masyarakat di Indonesia masih menganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme, pemujaan terhadap roh (sesuatu yang tidak tampak mata). Mereka percaya bahwa roh nenek moyang yang telah meninggal menetap di tempat-tempat tertentu, seperti pohonpohon besar. Arwah nenek moyang itu sering dimintai tolong untuk urusan mereka.
Caranya adalah dengan memasukkan arwah-arwah mereka ke dalam benda-benda pusaka seperti batu hitam atau batu merah delima. Ada juga yang menyebutkan bahwa dinamisme adalah kepercayaan yang mempercayai terhadap kekuatan yang abstrak yang berdiam pada suatu benda. 
  Di Scene ini Muluk dikonotasikan Pihak yang menganut pemikiran modern (Logika/Masuk Akal), Sedangkan Penjual dan Pembeli di Pasar menggambarkan Pihak yang masih percaya animisme (Dinamisme).
       
Makna Mitos 
        Dunia mengenal Indonesia adalah Negara yang beraneka ragam agama dan sangat memegang kepercayaan Kepada Tuhan yang Maha Esa. 
         Kepercayaan Agama Kristen, dalam Kitab Imamat 19:31, ”Janganlah kamu berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal; janganlah kamu mencari mereka dan dengan demikian menjadi najis karena mereka; Akulah TUHAN, Allahmu.”. Dalam Agama Islam, “Janganlah kamu sujud bersembah kepada matahari dan jangan pula kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakan matahari dan bulan, jika kamu benar-benar ingin menyembah kepada-Nya”(QS. Fush-shilat : 37)”.
         Artinya, setiap Agama sangat menentang Animisme dan Dinamisme di Indonesia. Bahkan Dalam Pendidikan Sekolah, Sangat diwajibkan untuk mengikuti Pendidikan Agama. Indonesia di lain sisi dijuluki Negara yang Berpendidikan dan Beragama, tapi di lain sisi negara masih permisif terhadap masyarakat yang menganut Animisme dan Dinamisme. 



KESIMPULAN 
1.      Makna Denotasi
Makna denotasi dalam penelitian ini adalah gambaran tentang potret kehidupan Anakanak terlantar di Indonesia yang dahulunya pencopet menjadi pengasong, khususnya di Jakarta, Sehingga, ada beberapa lokasi yang diwakilkan, serta Lingkungan kehidupan rakyat Indonesia di Jakarta.
2.      Makna Konotasi
Makna konotasi yang terlihat dalam film ini adalah perjuangan yang dilakukan Muluk terkait dengan Penerapan  dan pengimplementasian Pendidikan yang sesungguhnya dalam kehidupan. Lebih khusus lagi, Muluk berjuang dengan cara merubah kehidupan sekelompok pencopet cilik kepada profesi yang ‘halal’ yaitu menjadi pengasong cilik.
3.      Mitos 
Ada beberapa mitos yang terlihat dalam film ini, yaitu tentang apakah pendidikan itu penting di Negara Kita, Masih banyak Orang yang ‘salah’ dalam berpendidikan sukses menjadi  Koruptor, dan UUD 1945 Pasal 34 (1) yang katanya melindungi anak-anak terlantar yang justru malah menangkap mereka layaknya seorang ‘penjahat’. Secara singkat, mitos yang ada dalam film ini adalah Negara Indonesia yang masih perlu dibangun dari segi ilmu pengetahuan yaitu pendidikan secara teori dan penerapan, khususnya pendidikan moral dan spiritual.
        
Saran
1.      Sebelum menonton sebuah film, kita harus siap dihadapkan dengan stereotype - streotype yang akan dibuat oleh sutradaranya sebagai penggambaran realitas yang diinginkan. Karena, film bukan semata-mata pemindahan realitas di hadapan kita yang begitu saja dipindahkan ke dalam layar, tetapi ada nilai-nilai yang dimiliki oleh pembuatnya yang ingin ia masukkan. Sehingga realitas itu menjadi sebuah representasi saja, sebuah gambaran yang sudah dimediasi.
2.      Bagi penulis, film ini sudah memenuhi kriteria yang baik untuk sebuah film. Ada unsur hiburan, edukasi, dan juga informasi. Tanpa harus menyudutkan satu pihak, film ini bisa dijadikan contoh bagi mereka yang ingin membuat film idealis tanpa harus melupakan fungsi film sebagai hiburan.
3.      Tidak semua film komedi semata-mata untuk melucu dan membuat tertawa, Film ini bukan bertujuan utama untuk membuat Penonton Tertawa terbahak-bahak, melainkan mmembuat kita berfikir bahwa sebenarnya Negara Kita benar-benar tidak lucu dan tidak layak ditertawakan, karena semakin banyak kita merasa lucu dan tertawa saat menonton film ini, tentunya semakin kita menertawakan keburukan dan sedihnya Negara Kita ini.



Senin, 10 Oktober 2016

Produksi, Distribusi dan Penerimaan TV

Pada dasarnya, sistem penerima televisi terbagi menjadi 2 yaitu:

1.    Televisi hitam putih
Pada televisi hitam putih gambar tidak dapat dilihat  sesuai dengan warna aslinya. Apapun yang terlihat dilayar kaca hanya tampak warna hitam dan putih. Hal ini sangat berbeda dengan televisi warna, yakni warna gambar yang tampil di layar akan terlihat menyerupai aslinya.
2.    Televisi warna
Gambar yang kita lihat di layar televisi adalah hasil produksi dari sebuah kamera. Objek gambar yang ditangkap lensa kamera akan dipisahkan menjadi tiga warna dasar, yaitu merah (R= red), hijau (G=green), dan biru (B=blue). Hasil pemisahan ini akan dipancarkan oleh pemancar televisi. Pemancar TV warna memancarkan sinyal-sinyal:
       Audio (suara)
       Luminansi (kecerahan gambar)
       Krominansi (warna)
       Sinkronisasi (vertikal / horizontal)
       Burst
Pada pesawat penerima televisi warna, semua warna alamiah yang telah dipisah ke dalam warna dasar R (red), G (green), dan B (blue) akan dicampur kembali pada rangkaian matriks warna untuk menghasilkan sinyal luminasi Y dan dua sinyal krominansi, yaitu V dan U menurut persamaan berikut :

Y = +0.30R +0.59G+0.11B
V = 0,877 ( R - Y )
U = 0,493 ( B- Y )
Selain gambar, pemancar televisi juga membawa sinyal suara yang ditransmisikan bersama sinyal gambar dalam modulasi frekuensi (FM) untuk menghindari derau (noise) dan interferensi. Untuk memancarkan sinyal ini, pada pemancar dan penerima harus memiliki sistem warna dan suara yang sama. Sistem tersebut tentunya harus mengikuti standar dan berlaku secara global. Dalam pengiriman gambar terdapat beberapa sistem, diantaranya: NTSC, PAL dan SECAM. Untuk lebih jelasnya akan di bahas dalam bakuan sistem.
Bakuan Sistem

1.      PAL (Phase  Alternating  Line)
Adalah sebuah encoding warna yang digunakan dalam sistem televisi broadcast, digunakan di seluruh dunia kecuali di kebanyakan Amerika, beberapa di Asia Timur menggunakan NTSC, sebagian Timur Tengah dan Eropa Timur, dan Prancis (menggunakan  SECAM, walaupun kebanyakan dari mereka telah memulai proses menggunakan PAL). PAL dikembangkan di Jerman oleh Walter Bruch, yang bekerja di Telefunken, dan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967. Catatan bahwa Thomson Prancis, di mana Henri de France mengembangkan SECAM, kemudian membeli Telefunken. Thomson juga  berada  di  belakang  merk  RCA  untuk  produk  elektronik  konsumen,  dan  RCA menciptakan standar TV warna NTSC (sebelum Thomson terlibat).
2.      NTSC (National  Television  System  Committee)
NTSC dengan format terdiri dari 30 frame video per detik,   dimana   setiap   frame   terbentuk dari   525   scanning   garis.   486   scanning membentuk  visible  raster  dan  sisanya  (vertical  blanking  interval)  digunakan  untuk sinkronisasi  dan  penyapuan  vertikal  serta  informasi  lain  seperti  teks  penutup  dan vertical interval timecode.
Pada raster yang lengkap, scanning genap (lower scanlines) yaitu garis 21-263 membentuk bidang gambar yang pertama dan scanning ganjil (upper scanlines) yaitu garis 283-525 membentuk bidang gambar yang kedua. Sebagai perbandingan, system PAL  menggunakan  625  garis  (576  visible  raster),  atau  dengan  kata  lain  memiliki resolusi vertikal yang cukup tinggi, tetapi memiliki resolusi frame yang rendah yaitu 25 frame atau 50 bidang gambar per detik.
3.      SECAM (Sequential Color with Memory)
Pada tahun 1957, Henri de France memperkenalkan sistem warna SECAM. Dalam sistem SECAM, resolusi warna gambar dan ukuran secara vertikal dikurangi. Sinyal Q dan I dari sistem NTSC tidak digunakan, sebagai gantinya sinyal R-Y Dan B-Y digunakan sebagai sinyal modulasi, dan dipancarkan dengan bandwidth yang sama. Keduanya tidak dipancarkan secara serempak seperti halnya di dalam sistem NTSC dan PAL. Tetapi secara bergantian, satu garis berisi sinyal R-Y dan garis yang berikutnya berisi sinyal B-Y. Suatu penundaan garis (delay line) di dalam penerima TV membuat kedua  sinyal ini bergabung ditampilkan tabel pembagian sistem warna beserta pembagian frame dan bandwidth,  IF frekuensi untuk system NTSC, PAL, Pembagian jalur frekuensi berdasarkan besarnya frekuensi, dan pembagian bandwidth untuk masing-masing kanal.
Tabel 6-1. pembagian sistem warna beserta pembagian frame dan bandwidth sinyal untuk masing-masing sistem warna.


NTSC M
PAL B, G, H
PAL I
PAL D
Garis/Field
525/60
625/50
625/50
625/50
Frekuensi horisontal
15.734 Hz
15.625 Hz
15.625 Hz
15.625 Hz
 Frekuensi vertikal
59,94 Hz
50 Hz
50 Hz
50 Hz
Sub pembawa warna
3,579545 MHz
4,433618 Mhz
4,433618 MHz
4,433618 MHz
Lebar band video
4,2 MHz
5,0 MHz
5,5 MHz
6,0 MHz
Pemisah
visual/aural
4,5 MHz
5,5 MHz
6,0 MHz
6,5 MHz


Tabel 6-2.  IF frekuensi untuk system NTSC, PAL
System
Audio (MHz)
Video (MHz)
 Pengguna
NTSC
41,25
45,75

PAL B,G
33,4
38,9

PAL B
31,375
36,875
Australia
PAL D
30,5
37
China
PAL D
32,4
38,9

PAL I
32,9
38,9

PAL I
33,5
39,5
U.K
PAL M, N
41,25
45,75


Tabel 6-3.  Pembagian jalur frekuensi berdasarkan besarnya frekuensi

Band
Kanal
Frekuensi
Low-band VHF
2 through 6
(54-72 Mhz and 76-88 Mhz)
High-band VHF
7 through 13
(174-216 Mhz)
UHF
14 through 69
(470-806 Mhz)
UHF
70-83
(806-890 Mhz) untuk mobile radio services

Tabel 6-4.  Pembagian bandwidth untuk masing-masing kanal

Kanal
Bandwidth

            Kanal
Bandwidth

            Kanal
Bandwidth
2
54-60
30
566-572
58
734-740
3
60-66
31
572-578
59
740-746
4
66-72
32
578-584
60
746-752
5
76-82
33
584-590
61
752-758
6
82-88
34
590-596
62
758-764
7
174-80
35
596-602
63
764-770
8
180-186
36
602-608
64
770-776

Sedangkan pembagian bandwidth tiap kanal lebar 6 MHz, untuk kanal 2 dengan frekuensi 54-60 MHz.

Prinsip Kerja Televisi
            Pesawat televisi akan mengubah sinyal listrik yang di terima menjadi objek gambar utuh sesuai dengan objek yang ditranmisikan. Pada televisi hitam putih (monochrome), gambar yang di produksi akan membentuk warna gambar hitam dan putih dengan bayangan abu-abu. Pada pesawat televisi warna, semua warna alamiah yang telah dipisah ke dalam warna dasar R (red), G (green), dan B (blue) akan dicampur kembali pada rangkaian matriks warna untuk menghasilkan sinyal luminasi.
            Selain gambar, pemancar televisi juga membawa sinyal suara yang di tranmisikan bersama sinyal gambar. Penyiaran televisi sebenarnya menyerupai suara sistem radio tetapi mencakup gambar dan suara. Sinyal suara di pancarkan dengan modulasi frekuensi (FM) pada suatu gelombang terpisah dalam satu saluran pemancar yang sama dengan sinyal gambar. Sinyal gambar termodulasi mirip dengan sistem pemancaran radio yang telah dikenal sebelumnya. Dalam kedua kasus ini, amplitudo sebuah gelombang pembawa frekuensi radio (RF) dibuat bervariasi terhadap tegangan pemodulasi. Modulasi adalah sinyal bidang frekuensi dasar (base band).
       Modulasi frekuensi (FM) digunakan pada sinyal suara untuk meminimalisasi atau menghindari derau (noise) dan interferensi. Sinyal suara FM dalam televisi pada dasarnya sama seperti pada penyiaran radio FM, tetapi ayunan frekuensi maksimumnya bukan 75 Khz melainkan 25 Khz. Saluran dan standar pemancar televisi kelompok frekuensi telah di tetapkan bagi sebuah stasiun pemancar untuk tranmisi sinyalnya disebut saluran (kanal). Masing-masing mempunyai lebar saluran 6 Mhz, dalam salah satu bidang frekuensi  yang dialokasikan untuk penyiaran televisi komersial. VHF bidang frekuensi rendah saluran 2 sampai 6 dari 54 MHZ sampai 88 MHZ. VHF bidang frekuensi tinggi saluran 7 sampai 13 dari 174 MHZ sampai 216 MHZ. UHF saluran 14 sampai 83 dari 470 MHZ sampai 890 MHZ. Sebagai contoh, saluran 3 disiarkan pada 60 MHZ sampai 66 MHZ. Sinyal pembawa RF untuk gambar dan suara keduanya termasuk di dalam tiap saluran tersebut.
            Sebelum mengetahui prinsip kerja pesawat televisi, ada baiknya  mengetahui sedikit tentang perjalanan objek gambar yang akan ditangkap lensa kamera akan dipisahkan berdasarkan tiga warna dasar, yaitu merah (R = red), hijau (B = blue). Hasil tersebut akan dipancarkan oleh pemancar televisi. Pada sestem pemancar televisi, informasi visual yang kita lihat pada layar kaca pada awalnya di ubah dari objek gambar menjadi sinyal listrik. Sinyal listrik tersebut akan ditransmisikan oleh pemancar ke pesawat televisi penerima.
Bagian-bagian dan Fungsi Sistem Penerima Televisi Warna
TV Warna harus kompatibel dengan TV monochrome, maksudnya siaran TV warna harus bisa ditangkap pada penerima hitam putih, dan sebaliknya siaran TV warna harus dapat ditangkap penerima TV hitamputih. Sinyal video dari kamera monochrome dinyatakan dengan gelap dan terang, aras kegelapan yang berbeda beda (grey-level). Sinyal video yang menyatakan gelap-terang ini disebut sebagai sinyal luminansi (Y). Sinyal video dilengkapi dengan sinyal pemadaman (blanking) dan sinkronisasi yang menghasilkan Sinyal video  komposit (Ycomp). 
Sinyal video  komposit berupa memodulasi AM terhadap sinyal pembawa gambar (fp) dan sinyal audio memodulasi FM terhadap sinyal pembawa suara (fa). Spektrum bidang dasar (baseband) TV hitam putih mempunyai BW 6 MHz seperti yang digunakan di Indonesia dan
Sebagian besar Eropa, seperti terlihat pada gambar 6-4 di bawah ini.
Sinyal gambar sudah menempati sekitar 5 MHz, berbeda dengan sinyal audio Hifi yang bidang dasarnya hanya menempati sekitar 15 kHz. Jika untuk sinyal gambar digunakan modulasi FM, tentu bidang frekuensinya. Spektrum sinyal video sangat lebar. Oleh karena itu digunakan modulasi AM tanpa menggunakan DSB karena akan menyebabkan pemborosan frekuensi, yaitu sekitar 10 MHz. Sinyal gambar mengandung frekuensi yang sangat mendekati nol. Maka jika memakai SSB, kesulitan akan muncul dalam hal membuat pemotongan yang tajam didekat frekuensi nol. Digunakan AM VSB (Vestigial Side Band), yaitu dengan memancarkan USB dan sedikit LSB-nya. Untuk menghindari cross-talk dan agar suaranya HiFi, maka untuk suara digunakan modulasi FM dengan BW yang cukup (0,5 MHz).

Perkembangan Penerima TV
1.    TV Satelit
Satelit digunakan pada transmisi sinyal televisi, yang berbentuk elliptical (lonjong, dengan kemiringan +/- 63.4 derajat dengan periode orbit sekitar 12 jam) atau orbit geostationary 37,000 km di atas katulistiwa.
2.    TV Kabel
Merupakan  sebuah sistem jaringan yang terhubung langsung dari pusat penyedia jasa layanan Audio dan Video. TV Kabel ini biasanya digunakan untuk kebutuhan layanan hotel ataupun masyarakat umum.
Peralatan yang perlu dipersiapkan :
1. Receiver,Video Beta,VCD,DVD player tergantung kebutuhan berapa chanel  yang akan anda luncurkan. 
2.    Disecq switch/ spliter 1 : 4 dan 1 : 2  3. Coaxial cable RG 6 U 75 ohm. 
4.    Conector RF/Arial. 
5.    Booster Amplifier VS-80 atau yang equivalent. 
6.    Nippon Booster V-5000 
7.    Antena Parabola sesuaikan dengan kebutuhan receiver yang tersedia.
Kunci utama yang perlu diketahui adalah Booster, fungsi sebenarnya  menerima dan menyaring noise sinyal Audio dan Video yang berasal dari sinyal RF (radio frekuency) Receiver,Video Beta,VCD,DVD player dll kemudian mentransfer kembali hasil olahanya ke sebuah Tuner TV. Biasanya sebuah booster mampu menerima frekuency VHF,UHF 21-69 dan FM. Misal  Booster VS-80 bisa digunakan oleh 30 buah TV dan 20 Chanel, semua sudah sering saya praktekkan saat installasi disebuah penginapan, dan tempat rekreasi yang berkapasitas kurang lebih 100 kamar.dengan radius 500 meter dari central Broadcasting hasilnya 20 chanel cukup jernih, jadi booster itu sangat cocok jika digunakan dalam lingkup tetangga atau komplek Perumahan dimana anda tinggal.
Fungsi Booster Nippon sendiri pada kenyataanya untuk mendapatkan TV lokal kita harus menggunakan UHF/VHF Antena dan booster. tanpa booster hasilnya kurang jernih. Pada TV Kabel fungsinya sama juga setelah pengaturan frekuency RF dari sumber utamanya selesai proses selanjutnya pilah - pilah frekuensi UHF dan VHF kemudian sambungkan sesuai port nya ke input booster tadi.
Spliter pada TV Kabel berfungsi mengatur lalu lintas frekuency yang dihasilkan oleh VS 80 dan meluruskan ke jalur input Tuner Tv, selain itu menetralkan tegangan yang berasal dari Tuner sendiri agar tidak terjadi tumpang tindih. 
           
          TV  Digital
Pengembangan sistem penerima televisi bergerak digital terestrial citra berdefinisi tinggi tanpa gangguan bahkan dalam kendaraan yang bergerak. Menggunakan sistem Televisi analog konvensional, gangguan dan distorsi mengakibatkan sulitnya menikmati siaran Televisi ketika kendaraan sedang bergerak. Siaran Televisi digital terestrial yang mulai beroperasi pada bulan Desember 2003 menawarkan citra gambar HiVision (standar definisi tinggi dari Jepang) yang dapat dinikmati pemirsanya di dalam lingkungan yang bergerak. Clarion berencana untuk mulai memasarkan produk yang kompatibel pada saat cakupan siaran digital broadcast mulai mengudara secara nasional pada tahun 2006.
Televisi digital atau penyiaran digital adalah jenis televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal video, audio, dan data ke pesawat televisi. Pengembangan televisi digital antara lain dikarenakan:
a.                   Perubahan lingkungan eksternal
b.                   Pasar TV analog yang sudah jenuh
c.                    Kompetisi dengan sistem penyiaran satelit dan          kabel
d.                   Perkembangan teknologi
e.                    Teknologi pemrosesan sinyal digital
f.                    Teknologi transmisi digital
g.                    Teknologi semikonduktor
h.                   Teknologi peralatan yang beresolusi tingggi

Sistem penyiaran TV Digital adalah penggunaan apliksi teknologi digital pada sistem penyiaran TV yang dikembangkan di pertengahan tahun 90 an dan diujicobakan pada tahun 2000. Pada awal pengoperasian sistem digital ini umumnya dilakukan siaran TV secara bersama dengan siaran analog sebagai masa transisi. Sekaligus ujicoba sistem tersebut sampai mendapatkan hasil penerapan siaran TV Digital yang paling ekonomis sesuai dengan kebutuhan dari negara yang mengoperasikan.

Frekuensi TV Digital
Secara teknik pita spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk televisi analog dapat digunakan untuk penyiaran televisi digital. Lebar pita frekuensi yang digunakan untuk analog dan digital berbanding 1 : 6 artinya bila pada teknologi analog memerlukan pita selebar 8 MHz untuk satu kanal transmisi, maka pada teknologi digital dengan lebar pita frekuensi yang sama dengan teknik multiplek dapat digunakan untuk memancarkan sebanyak 6 hingga 8 kanal transmisi sekaligus dengan program yang berbeda.
Selain ditunjang oleh teknologi penerima yang mampu beradaptasi dengan lingkungan yang berubah, TV digital ditunjang oleh sejumlah pemancar yang membentuk jaringan berfrekuensi sama sehingga daerah cakupan dapat diperluas. Produksi peralatan pengolah gambar yang baru adalah dengan menggunakan format digital.
Teknologi digital efisien dalam pemanfaatan spektrum. Satu penyelenggara televisi digital meminta spektrum dalam jumlah yang cukup besar. Artinya tidak hanya 1 (satu) kanal pembawa melainkan lebih. Penyelenggara berfungsi sebagai operator penyelenggara jaringan yaitu untuk mentransfer program dari stasiun televisi lain yang ada di dunia menjadi satu paket layanan sebagaimana penyelenggaraan televisi kabel berlangganan yang ada saat ini.
Kelebihan Frekuensi TV Digital
Meningkatnya penyelenggaraan televisi dimasa depan dapat diantisipasi dengan suatu terobosan kebijakan dalam pemanfaatan spektrum frekuensi, misalkan penyelenggara televisi digital berfungsi sebagai operator penyelenggara jaringan televisi digital. Program dapat diselenggarakan oleh operator yang khusus menyelenggarakan jasa program televisi digital (operator lain). Dari aspek regulasi terdapat ijin penyelenggara jaringan dan ijin penyelenggara jasa sehingga dapat menampung sekian banyak perusahaan baru yang akan bergerak dibidang penyelenggaraan televisi digital.
Perspektif bentuk penyelenggaraan sistem penyiaran di era digital mengalami perubahan baik dari pemanfaatan kanal maupun teknologi jasa pelayanannya. Pada pemanfaatan kanal frekuensi terjadi efisiensi penggunaan kanal. Satu kanal frekuensi yang saat ini hanya bisa diisi oleh satu program saja nantinya bisa diisi antara empat sampai enam program sekaligus.
 Karakteristik Sistem Penyiaran TV Digital Terestrial
Sistem Penyiaran TV Digital yang ada di Indonesia dibagi berdasarkan kualitas penyiaran, manfaat dan keunggulan TV Digital tersebut. TV Digital dalam perkembangannya memiliki karakteristik yang berbeda di tiap wilayah(area) penyiaran. Karakteristik sistem penyiaran TV Digital sama di radius yang sama.

Kualitas Penyiaran TV Digital
Desain dan implementasi sistem siaran TV digital terutama ditujukan pada peningkatan
kualitas gambar. TV digital memungkinkan pengiriman gambar dengan akurasi dan resolusi tinggi. TV digital memerlukan tersedianya kanal dengan laju tinggi. Sistem TV digital mampu menghasilkan penerimaan gambar yang jernih, stabil, dan tanpa efek bayangan atau gambar ganda, walaupun pesawat penerima berada dalam keadaan bergerak dengan kecepatan tinggi.
Manfaat Penyiaran TV Digital
1.         TV Digital digunakan untuk melihat simpanan program, (siaran interaktif).
2.         Aplikasi teknologi siaran digital menawarkan integrasi dengan layanan interaktif seperti layanan komunikasi dua arah. Televisi digital dapat digunakan seperti [[internet]
3.         Penyiaran TV Digital Terrestrial bisa diterima oleh sistem penerimaan TV tidak bergerak dan penerimaan TV Bergerak. Kebutuhan daya pancar TV digital juga lebih kecil dan kondisi lintasan radio yang berubah-ubah terhadap waktu (seperti yang terjadi jika penerima TV berada di atas mobil yang berjalan cepat).