Jumat, 22 April 2016

Etika, Estetika dan Peradaban

Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Dan “Ethos” adalah bentuk tunggal dari kata ‘etika’ sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti "ta etha" yaitu adat kebiasaan. Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.

Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000).

Pengertian etika secara umum adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Dan etika profesi terdapat suatu kesadaran yang kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukan.
Jenis Etika

A.  Etika Filosofis

Etika filosofis secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika sebenarnya adalah bagian dari filsafat; etika lahir dari filsafat.

Etika termasuk dalam filsafat, karena itu berbicara etika tidak dapat dilepaskan dari filsafat. Karena itu, bila ingin mengetahui unsur-unsur etika maka kita harus bertanya juga mengenai unsur-unsur filsafat. Berikut akan dijelaskan dua sifat etika:
1.                  Non-empiris Filsafat digolongkan sebagai ilmu non-empiris. Ilmu empiris adalah ilmu yang didasarkan pada fakta atau yang konkret. Namun filsafat tidaklah demikian, filsafat berusaha melampaui yang konkret dengan seolah-olah menanyakan apa di balik gejala-gejala konkret. Demikian pula dengan etika. Etika tidak hanya berhenti pada apa yang konkret yang secara faktual dilakukan, tetapi bertanya tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
2.                  Praktis Cabang-cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu “yang ada”. Misalnya filsafat hukum mempelajari apa itu hukum. Akan tetapi etika tidak terbatas pada itu, melainkan bertanya tentang “apa yang harus dilakukan”. Dengan demikian etika sebagai cabang filsafat bersifat praktis karena langsung berhubungan dengan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan manusia. Tetapi ingat bahwa etika bukan praktis dalam arti menyajikan resep-resep siap pakai. Etika tidak bersifat teknis melainkan reflektif. Maksudnya etika hanya menganalisis tema-tema pokok seperti hati nurani, kebebasan, hak dan kewajiban, dsb, sambil melihat teori-teori etika masa lalu untuk menyelidiki kekuatan dan kelemahannya. Diharapakan kita mampu menyusun sendiri argumentasi yang tahan uji.

B.  Etika Teologis

Ada dua hal yang perlu diingat berkaitan dengan etika teologis. Pertama, etika teologis bukan hanya milik agama tertentu, melainkan setiap agama dapat memiliki etika teologisnya masing-masing. Kedua, etika teologis merupakan bagian dari etika secara umum, karena itu banyak unsur-unsur di dalamnya yang terdapat dalam etika secara umum, dan dapat dimengerti setelah memahami etika secara umum.

Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi teologis. Definisi tersebut menjadi kriteria pembeda antara etika filosofis dan etika teologis. Di dalam etika Kristen, misalnya, etika teologis adalah etika yang bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi tentang Allah atau Yang Ilahi, serta memandang kesusilaan bersumber dari dalam kepercayaan terhadap Allah atau Yang Ilahi. Karena itu, etika teologis disebut juga oleh Jongeneel sebagai etika transenden dan etika teosentris. Etika teologis Kristen memiliki objek yang sama dengan etika secara umum, yaitu tingkah laku manusia. Akan tetapi, tujuan yang hendak dicapainya sedikit berbeda, yaitu mencari apa yang seharusnya dilakukan manusia, dalam hal baik atau buruk, sesuai dengan kehendak Allah.

Setiap agama dapat memiliki etika teologisnya yang unik berdasarkan apa yang diyakini dan menjadi sistem nilai-nilai yang dianutnya. Dalam hal ini, antara agama yang satu dengan yang lain dapat memiliki perbedaan di dalam merumuskan etika teologisnya.

TUJUAN MEMPELAJARI ETIKA
Untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik dan buruk bagi semua manusia dalam ruang dan waktu tertentu.
PENGERTIAN BAIK
Sesuatu hal dikatakan baik bila ia mendatangkan rahmat, dan memberikan perasaan senang, atau bahagia (Sesuatu dikatakan baik bila ia dihargai secara positif)
PENGERTIAN BURUK
Segala yang tercela. Perbuatan buruk berarti perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku
CARA PENILAIAN BAIK DAN BURUK
Menurut Ajaran Agama, Adat Kebiasaan, Kebahagiaan, Bisikan Hati (Intuisi), Evolusi, Utilitarisme, Paham Eudaemonisme, Aliran Pragmatisme, Aliran Positivisme, Aliran Naturalisme, Aliran Vitalisme, Aliran Idealisme, Aliran Eksistensialisme, Aliran Marxisme, Aliran Komunism.

Pengertian Estetika
Pengertian estetika menurut asal katanya (etimologis)
Istilah Estetika di dalam Bahasa Indonesia merupakan serapan dari kata Aesthetica, yaitu sebuah istilah yang pertama kali digunakan oleh seorang filosof Jerman bernama Alexander Gottheb Baumgarten (1714-1762) sebagai judul sebuah buku karangannya yang berisi uraian tentang seni dan keindahan. Istilah itu digunakan oleh Baumgarten untuk menunjukkan sebuah cabang filsafat yang membahas seni dan keindahan. Istilah Aesthetica sendiri berasal dari kata Yunani: "aisthetika yang berarti hal-hal yang dapat diserap dengan panca indera; dan aisthesis yang berarti pencerapan indera (sense perception)". Pengertian istilah aisthesisini terdapat beberapa macam. Selain yang disebutkan tadi, ada pula mengartikan perasaan atau sensitivitas; dan ada yang mengartikanpencerapan, persepsi, pengalaman, perasaan, atau pandangan. Istilah Aesthetica yang digunakan Baumgarten di dalam Bahasa Inggris disebut aesthetic atau esthetic yang kemudian menggantikan istilah filsafat, teori, atau ilmu tentang keindahan/cita rasa/ seni.
Pengertian estetika menurut istilah (terminologis)
Pengertian istilah estetika menurut terminologinya terdapat beberapa macam, di antaranya:
1.     Estetika adalah ilmu pengenalan sensitif dan teori seni (Baumgarten).
2.     Estetika adalah ilmu sebagai aktivita ekspresif baik yang representatif maupun yang imajinatif (Benedetto Croce).
3.     Estetika adalah suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan, mempelajari semua aspek dari apa yang kita sebut keindahan (Djelantik).
4.     Estetika adalah filsafat seni yang berisi segala macam pemikiran dan pembahasan mendalam (filosofis) tentang seni dan keindahan.

Lingkup Bahasan Estetika



Beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas menunjukkan dengan jelas bahwa lingkup bahasan estetika meliputi dua pokok bahasan utama, yaitu segala persoalan yang berkaitan dengan keindahan (estetis) dan persoalan yang berkaitan dengan seni. Kadangkala pembahasan kedua persoalan itu saling terkait dan sulit dipisahkan. Beberapa persoalan yang tergolong di dalam kedua lingkup bahasan tersebut di antaranya:

Persoalan Nilai Estetis (esthetic value) menyangkut antara lain: apakah keindahan itu; apakah keindahan bersifat objektif atau subjektif; apakah yang menjadi ukuran baku keindahan, bagaimanakah peranan keindahan dalam kehidupan manusia; dan bagaimanakah hubungan keindahan dengan kebenaran dan kebaikan?
Persoalan Pengalaman Estetis (esthetic eksperience) menyangkut antara lain: apakah yang disebut pengalaman estetis; bagaimanakah sifat dasar atau ciri-ciri suatu pengalaman estetis; apakah yang menyebabkan orang menghargai sesuatu yang indah; apakah yang merupakan rintangan dari pengalaman estetis; dan objek apakah yang dapat menjadi sasaran pengalaman estetis?
Persoalan Perilaku Seniman menyangkut antara lain: apa dan siapakah seniman itu; bedakah seorang seniman dengan perajin; apakah yang mendorong seseorang menciptakan suatu karya seni; bagaimanakah proses penciptaan itu berlangsung dalam diri seseorang; dan bagaimanakah hubungan kepribadian seniman dengan karya seni ciptaannya?
Persoalan Seni menyangkut antara lain: apakah seni itu; bagaimanakah penggolongan seni yang tepat; apakah sifat dasar dan nilai-nilai dari karya seni; manakah yang lebih penting antara bentuk dan isi dari karya seni; dan bagaimanakah hubungan seni dengan agama, filsafat, dan ilmu?

Manfaat Mempelajari Estetika

Estetika sebagai salah satu bidang pengetahuan dipandang penting untuk dipelajari, terutama bagi mereka yang berkecimpung atau menggeluti dunia seni, baik sebagai praktisi maupun sebagai pengamat atau kritikus. Manfaat yang dapat diperoleh setelah mempelajari bidang ini di antaranya:

Memperdalam pengertian tentang rasa indah pada umumnya dan tentang kesenianpada khususnya.
Memperluas pengetahuan dan penyempurnaan pengertian tentang unsur-unsur objektif yang membangkitkan rasa indah pada manusia dan faktor-faktor objektif yang berpengaruh kepada pembangkitan rasa indah tersebut.
Memperluas pengetahuan dan penyempurnaan pengertian tentang unsur-unsur subjektif yang berpengaruh terhadap kemampuan menikmati rasa indah.
Memperkokoh rasa cinta kepada kesenian dan kebudayaan bangsa pada umumnya serta mempertajam kemampuan untuk mengapresiasi (menghargai) kesenian dan kebudayaan bangsa.
Memupuk kehalusan rasa pada umumnya.
Memperdalam pengertian keterkaitan wujud berkesenian dengan tata kehidupan, kebudayaan, dan perekonomian masyarakat yang bersangkutan.

Pada dasarnya , Pengertian Peradaban ialah bagian-bagian dari kebudayaan yang tinggi, halus, indah, dan juga maju. Sedangkan Pengertian peradaban dalam arti lebih luas ialah suatu kumpulan identitas terluas dari keseluruhan hasil budi daya manusia, yang juga mencakup kepada seluruh aspek kehidupan pada manusia baik itu fisik (misalnya bangunan, jalan), ataupun juga secara non-fisik (nilai-nilai, tatanan, seni budaya dll), yang teridentifikasi dengan melalui unsur-unsur obyektif umum, ialah seperti bahasa, sejarah, agama, kebiasaan, institusi, atau juga dengan melalui identifikasi diri yang subjektif.

Peradaban
Istilah “peradaban” tersebut dalam bahasa inggris disebut dengan “civilization” atau juga didalam bahasa asing peradaban disebut dengan “bescahaving” (belanda) serta “die zivilsation” (jerman).
Istilah Peradaban tersebut sering juga dipakai untuk dapat menunjukkan pendapat serta juga suatu penilaian kita kepada perkembangan dari kebudayaan yang mana pada waktu perkembangan
kebudayaan tersebut mencapai puncaknya yang berwujud kepada unsur-unsur budaya yang halus indah, tinggi, sopan, luhur, dan lain-lainya , oleh karena itu masyarakat pemilik kebudayaan ini dikatakan
bahwa telah mempunyai peradaban yang tinggi. Terdapat beberapa pengertian mengenai peradaban yang didefinisikan oleh para pakarnya .

Pengertian Peradaban dan Ciri-Ciri Peradaban
pengertian peradaban antara lain ialah sebagai berikut :
Huntington
Menurutnyapengertian peradaban ialah sebuah identitas terluas dari suatu budaya, yang teridentifikasi dengan melalui dalam unsur-unsur obyektif secara umum, seperti bahasa, sejarah, agama, ataupun
melalui identifikasi diri yang lebih subyektif.
Alfred Weber
Alfred Weber menggemukakan bahwa pengertian peradaban ialah mengacu kepada suatu pengetahuan praktis dan juga intelektual, serta juga suatu kumpulan cara yang bersifat teknis yang difungsikan
untuk mengendalikan alam. Adapun kebudayaan tersebut terdiri atas serangkaian nilai, prinsip, normatif, dan juga ide-ide yang bersifat unik. Aspek dari peradaban tersebut lebih bersifat ke arah kumulatif
dan juga lebih siap untuk disebar,dan lebih rentan kepada suatu penilaian, serta juga lebih berkembang daripada suatu aspek kebudayaan. Peradaban tersebut bersifat impersonal dan juga objektif,
sedangkan kebudayaan tersebut bersifat personal, subjektif serta juga unik.
Prof Dr. Koentjaraningrat
Menurutnya Peradaban ialah bagian-bagian yang halus dan juga indah layaknya seni. Masyarakat yang telah maju didalam kebudayaan tersebut berarti mempunyai peradaban yang tinggi. Istilah
peradaban tersebut sering dipakai untuk dapat menunjukkan pendapat dan juga suatu penilaian kita terhadap suatu perkembangan kebudayaan yang mana pada waktu perkembangan kebudayaan
tersebut mencapai puncaknya berwujud kepada unsur-unsur budaya yang bersifat halus, indah, tinggi, sopan, luhur dan lain-lainnya oleh karena itu masyarakat pemilik kebudayaan ini dikatakan telah
mempunyai peradaban yang tinggi.
Oswald Spengler
Oswald tersebut berpendapat bahwa pengertian peradaban ialah suatu kebudayaan yang telah mencapai kepada taraf tinggi ataupun kompleks. selain itu juga Spengler menggemukakan bahwa
peradaban ialah tingkat kebudayaan pada saat telah mencapai taraf tinggi dan juga kompleks. Lebih lanjutnya lagi, Spengler menggemukan juga bahwa peradaban ialah tingkat kebudayaan pada saat
tidak lagi mempuyai aspek produktif, beku, serta juga mengkristal. Adapun kebudayaan tersebut mengacu kepada sesuatu yang hidup dan juga kreatif.
Arnold Toynbee
Didalam bukunya “The Disintegrations of Civilization” menggemukakan bahwa peradaban ialah kebudayaan yang telah mencapai kepada taraf perkembangan teknologi yang lebih tinggi. Pengertian lain
menyatakan bahwa peradaban ialah suatu kumpulan dari seluruh hasil budi daya manusia, yang mencakup kepada keseluruhan aspek kehidupan manusia, baik itu secara fisik (misalnya bangunan, jalan),
ataupun juga non-fisik (nilai-nilai, tatanan, seni budaya, dll).
Albion Small
Peradaban ialah kemampuan manusia didalam mengendalikan suatu dorongan dasar kemanusiaannya untuk dapat meningkatkan kualitas hidupnya. kebudayaan tersebut mengacu kepada
kemampuan manusia didalam mengendalikan alam dengan melalui ilmu pengetahuan dan juga teknologi. Menurutnya , yang menyatakan pendapatnya bahwa peradaban tersebut berhubungan
dengan suatu perbaikan yang dengan bersifat kualitatif serta juga menyangkut kepada kondisi batin manusia, sedangkan kebudayaan tersebut mengacu kepada sesuatu yang bersifat material, faktual,
relefan, dan juga konkret.
Bierens De Hann
Menurut Bierens De Hann yang menyatakan pendapatnya mengenai pengertian peradabadan yang mempunyai arti bahwa peradaban ialah keseluruhan kehidupan sosial, politik, ekonomi, serta juga
teknik. Jadi, peradaban tersebut mempunyai kegunaan praktis didalam hubungan kemasyarakatan.
Ciri-Ciri Umum Peradaban
Peradaban tersebut mempunyai ciri-ciri atau juga karakteristik yang berguna dalam memperjelas suatu peradaban serta juga berfungsi didalam membedakan suatu peradaban dan kebudayaan.
Berikut ini adalah Ciri-ciri umum sebuah peradaban antara lain ialah sebagai berikut :
1.     Pembangunan suatu kota-kota baru dengan menggunakan tata ruang yang baik, indah, dan juga modern
2.     Menggunakan Sistem pemerintahan yang tertib dikarenakan terdapat hukum dan juga peraturan.
3.     Berkembangnya bermacam macam ilmu pengetahuan dan juga teknologi yang lebih maju ialah seperti astronomi, kesehatan, bentuk tulisan, dan lain-lain.
4.     Masyarakat yang lebih kompleks dalam berbagai jenis pekerjaan, keahlian, dan juga strata sosial.

http://www.pengertian.org/2015/08/pengertian-etika-secara-umum.html
http://kiossahabatbaru.blogspot.co.id/2012/06/estetika.html
http://www.gurupendidikan.com/pengertian-peradaban-dan-ciri-ciri-peradaban-menurut-para-ahli/