METODE
DAN TEKNIK PEMETAAN SOSIAL
PEMETAAN
SOSIAL : DEFINISI DAN CAKUPAN
Dalam
makalah ini pemetaan sosial (social mapping) didefinisikan sebagai proses
penggambaran masyarakat yang sistematik serta melibatkan pengumpulan data dan
informasi mengenai masyarakat termasuk di dalamnya profile dan masalah sosial
yang ada pada masyarakat tersebut. Merujuk pada Netting, Kettner dan McMurtry
(1993), pemetaan sosial dapat disebut juga sebagai social profiling atau
“pembuatan profile suatu masyarakat”.
Pemetaan
sosial dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan dalam Pengembangan Masyarakat
yang oleh Twelvetrees (1991:1) didefinisikan sebagai “the process of assisting
ordinary people to improve their own communities by undertaking collective
actions.” Sebagai sebuah pendekatan, pemetaan sosial sangat dipengaruhi oleh
ilmu penelitian sosial dan geography. Salah satu bentuk atau hasil akhir
pemetaan sosial biasanya berupa suatu peta wilayah yang sudah diformat
sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu image mengenai pemusatan
karakteristik masyarakat atau masalah sosial, misalnya jumlah orang miskin,
rumah kumuh, anak terlantar, yang ditandai dengan warna tertentu sesuai dengan
tingkatan pemusatannya.
Perlu
dicatat bahwa tidak ada aturan dan bahkan metoda tunggal yang secara sistematik
dianggap paling unggul dalam melakukan pemetaan sosial. Prinsip utama bagi para
praktisi pekerjaan sosial dalam melakukan pemetaan sosial adalah bahwa ia dapat
mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dalam suatu wilayah tertentu secara
spesifik yang dapat digunakan sebagai bahan membuat suatu keputusan terbaik
dalam proses pertolongannya. Mengacu pada Netting, Kettner dan McMurtry
(1993:68) ada tiga alasan utama mengapa para praktisi pekerjaan sosial
memerlukan sebuah pendekatan sistematik dalam melakukan pemetaan sosial:
1. Pandangan mengenai “manusia dalam
lingkungannya” (the person-in-environment) merupakan faktor penting dalam
praktek pekerjaan sosial, khususnya dalam praktek tingkat makro atau praktek
pengembangan masyarakat. Masyarakat dimana seseorang tinggal sangat penting
dalam menggambarkan siapa gerangan dia, masalah apa yang dihadapinya, serta
sumber-sumber apa yang tersedia untuk menangani masalah tersebut. Pengembangan
masyarakat tidak akan berjalan baik tanpa pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh
masyarakat tersebut.
2.
Pengembangan masyarakat memerlukan pemahaman mengenai sejarah dan perkembangan
suatu masyarakat serta analisis mengenai status masyarakat saat ini. Tanpa
pengetahuan ini, para praktisi akan mengalami hambatan dalam menerapkan
nilai-nilai, sikap-sikap dan tradisi-tradisi pekerjaan sosial maupun dalam
memelihara kemapanan dan mengupayakan perubahan.
3.
Masyarakat secara konstan berubah. Individu-individu dan kelompok-kelompok
begerak kedalam perubahan kekuasaan, struktur ekonomi, sumber pendanaan dan
peranan penduduk. Pemetaan sosial dapat membantu dalam memahami dan
menginterpretasikan perubahan-perubahan tersebut.
TUJUAN PEMETAAN SOSISAL
Secara
khusus pemetaan sosial bertujuan agar :
1. Tersusunnya indikator bobot masalah dan
jangkauan fasilitas pelayanan sosial dalam
kegiatan penguatan.
2. Diperolehnya peta digitasi sebagai dasar
pengembangan informasi untuk penguatan kelompok-kelompok sosial.
3. Diperolehnya peta-peta fematik dengan
sistem informasi geografis (GIS), sehingga diketahui berbagai pengaruh
budaya-budaya luar.
4. Tersusunnya prioritas rencana program
penguatan berdasarkan jenis masalah dan satuan wilayah komunitas yang ada
pengaruhnya dari budaya-budaya luar.
5. Dapat ditentukan alokasi program prioritas
untuk kegiatan penguatan.
6. Sebagai langkah awal pengenalan lokasi dan
pemahaman terhadap kondisi masyarakat
7. Untuk mengetahui kondisi sosial
masyarakat.
8. Sebagai dasar pendekatan dan metoda
pelaksanaan melalui sosialisasi dan pelatihan.
9. Sebagai dasar penyusunan rencana kerja
yang bersifat taktis terhadap permasalahan yang dihadapi
10.
Sebagai acuan dasar untuk mengetahui terjadinya proses perubahan sikap dan
perilaku pada masyarakat.
MANFAAT PEMETAAN SOSIAL
Dalam
pada itu pemetaan sosial mempunyai manfaat praktis antara lain :
1.
Pemetaan masalah sosial dan potensi/sumber sosial yang merupakan bagian dari
analisis situasi dan analisis kebutuhan untuk kegiatan penguatan.
2.
Gambaran dasar survei disajikan dalam bentuk struktur ruang/daerah lebih
komukatif.
3.
Pemantauan tentang perubahan tata ruang kondisi daerah suatu komunitas
4.
Analisis prioritas masalah dan lokasi untuk perencanaan kegiatan penguatan.
JENIS – JENIS PEMETAAN SOSISAL
Social mapping sebenarnya bisa dilakukan
oleh siapa saja, asalkan tahu data apa yang akan dicari dan bagaimana
mencarinya. Serta kemampuan komunikasi dan menggali data di lapangan. Untuk itu
di pecahkan menjadi dua bentuk :
■ INTERNAL
Social
mapping yang dilakukan oleh pihak bagian dari lembaga itu sendiri. diantaranya
oleh:
a. Person In Charge (PIC)
b. Community Development Officer
c. Petugas Lapangan
■ INDEPENDENT
Social
mapping yang dilakukan oleh pihak diluar dari lembaga itu sendiri . diantaranya
oleh :
a. Akademisi
b. LSM
c. Lembaga penelitian
OUTPUT YANG DIHARAPKAN
1. Data Demografi : jumlah penduduk, komposisi
penduduk menurut usia, gender, mata pencaharian, agama, pendidikan, dll.
2. Data Geografi : topografi, letak lokasi
ditinjau dari aspek geografis, aksesibilitas lokasi, pengaruh lingkungan
geografis terhadap kondisi sosial masyarakat, dll.
3. Data psikografi : nilai-nilai dan
kepercayaan yang dianut, mitos, kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat, karakteristik
masyarakat, pola hubungan sosial yang ada, motif yang menggerakkan tindakan
masyarakat, pengalaman-pengalaman masyarakat terutama terkait dengan mitigasi
bencana, pandangan, sikap, dan perilaku terhadap intervensi luar, kekuatan
sosial yang paling berpengaruh, dll.
4. Pola komunikasi : media yang dikenal dan
digunakan, bahasa, kemampuan baca tulis, orang yang dipercaya, informasi yang
biasa dicari, tempat memperoleh informasi
PERSPEKTIF DASAR PEMETAAN SOSIAL
1. Komponen masyarakat : (individu,
keluarga, komunitas, masyarakat sipil, institusi negara)
2. Dimensi-dimensi masyarakat (struktur
sosial, relasi sosial, proses sosial, nilai sosial), yaitu dimensi struktur
sosial, relasi sosial. Proses kehidupan sosial, dan nilai-nilai sosial didaerah
/ daerah perbatasan dengan komunitas yang lain yang banyak pengaruhnya dari
budaya-budaya luar.
INDIKATOR YANG DIGUNAKAN DALAM
PEMETAAN SOSIAL
1. Untuk memperoleh informasi tentang kemajuan
sosial sangat tergantung pada ketersediaan indikator-indikator sosial.
2. Definisi indikator sosial: definisi
operasional atau bagian dari definisi operasional dari suatu konsep utama yang
memberikan gambaran sistem informasi tentang suatu sistem sosial.
ASUMSI PEMETAAN SOSISAL
1. Ada hubungan antar kondisi spasial (tata
ruang) dengan fungsi-fungsi yang berlaku pada masyarakat.
2. Kondisi sosial merupakan informasi atau
fakta sosial yang dapat menggambarkan pola-pola, keteraturan, perubahan,
dinamika sosial
3. Pemetaan Sosial merupakan cara untuk
mengkaji “Social Inquary”
MEMAHAMI
MASYARAKAT DAN MASALAH SOSIAL
Pemetaan
sosial memerlukan pemahaman mengenai kerangka konseptualisasi masyarakat yang
dapat membantu dalam membandingkan elemen-elemen masyarakat antara wilayah satu
dengan wilayah lainnya. Misalnya, beberapa masyarakat memiliki wilayah
(luas-sempit), komposisi etnik (heterogen-homogen)_dan status sosial-ekonomi
(kaya-miskin atau maju-tertinggal) yang berbeda satu sama lain. Dalam makalah
ini, kerangka untuk memahami masyarakat akan berpijak pada karya klasik Warren
(1978), The Community in America, yang dikembangkan kemudian oleh Netting,
Kettner dan McMurtry (1993:68-92). Sebagaimana digambarkan Tabel 1, kerangka
pemahaman masyarakat dan masalah sosial terdiri dari 4 fokus atau variabel dan
9 tugas.
Focus
A: Pengidentifikasian Populasi Sasaran
Tugas
1: Memahami karakteristik anggota populasi sasaran
· Apa yang diketahui mengenai sejarah
populasi sasaran pada masyarakat ini?
· Berapa orang jumlah populasi sasaran dan
bagaimana karakteristik mereka?
· Bagaimana orang-orang dalam populasi
sasaran memandang kebutuhan-kebutuhannya?
· Bagaimana orang-orang dalam populasi
sasaran memandang masyarakat dan kepekaannya dalam merespon kebutuhan-kebutuhan
mereka?
Focus
B: Penentuan Karakteristik Masyarakat
Tugas
2: Mengidentifikasi batas-batas masyarakat.
· Apa batas wilayah geografis dimana
intervensi terhadap populasi sasaran akan dilaksanakan?
· Dimana anggota-anggota populasi sasaran
berlokasi dalam batas wilayah geografis?
· Apa hambatan fisik yang ada dalam populasi
sasaran?
· Bagaimana kesesuaian batas-batas
kewenangan program-program kesehatan dan pelayanan kemanusiaan yang melayani
populasi sasaran?
Tugas
3: Menggambarkan masalah-masalah sosial
· Apa
permasalahan sosial utama yang mempengaruhi populasi sasaran pada masyarakat
ini?
· Adakah sub-sub kelompok dari populasi
sasaran yang mengalami permasalahan sosial utama?
· Data apa yang tersedia mengenai
permasalahan sosial yang teridentifikasi dan bagaimana data tersebut digunakan
di dalam masyarakat?
· Siapa yang mengumpulkan data, dan apakah
ini merupakan proses yang berkelanjutan?
Tugas
4: Memahami nilai-nilai dominan
· Apa nilai-nilai budaya, tradisi, atau
keyakinan-keyakinan yang penting bagi populasi sasaran?
· Apa nilai-nilai dominan yang mempengaruhi
populasi sasaran dalam masyarakat?
· Kelompok-kelompok dan individu-individu
manakah yang menganut nilai-nilai tersebut dan siapa yang menentangnya?
· Apa konflik-konflik nilai yang terjadi
pada populasi sasaran?
Focus
C: Pengakuan Perbedaan-Perbedaan
Tugas
5. Mengidentifikasi mekanisme-mekanisme penindasan yang tampak dan formal.
· Apa perbedaan-perbedaan yang terlihat
diantara anggota-amggota populasi sasaran?
· Apa perbedaan-perbedaan yang terlihat
antara anggota populasi sasaran dengan kelompok-kelompok lain dalam masyarakat?
· Bagaimana perbedaan-perbedaan populasi
sasaran dipandang oleh masyarakat yang lebih besar?
· Dalam cara apa populasi sasaran tertindas
berkenaan dengan perbedaan-perbedaan tersebut?
· Apa kekuatan-kekuatan populasi sasaran
yang dapat diidentifikasi dan bagaimana agar kekuatan-kekuatan tersebut
mendukung pemberdayaan?
Tugas
6. Mengidentifikasi bukti-bukti diskriminasi
· Adakah hambatan-hambatan yang merintangi
populasi sasaran dalam berintegrasi dengan masyarakat secara penuh?
· Apa bentuk-bentuk diskriminasi yang
dialami oleh populasi sasaran dalam masyarakat?
Focus
D: Pengidentifikasian Struktur
Tugas
7. Memahami lokasi-lokasi kekuasaan.
· Apa sumber-sumber utama pendanaan (baik
lokal maupun dari luar masyarakat) bagi pelayanan kesehatan dan kemanusiaan
yang dirancang bagi populasi sasaran dalam masyarakat?
· Adakah pemimpin-pemimpin kuat dalam segmen
pelayanan kesehatan dan kemanusiaan yang melayani populasi sasaran?
· Apa tipe struktur kekuasaan yang
mempengaruhi jaringan pemberian pelayanan yang dirancang bagi populasi sasaran?
Tugas
8. Menentukan ketersediaan sumber.
· Apa lembaga-lembaga dan kelompok-kelompok
masyarakat yang ada pada saat ini yang dipandang sebagai pemberi pelayanan bagi
populasi sasaran?
· Apa sumber utama pendanaan
pelayanan-pelayanan bagi populasi sasaran?
· Apa sumber-sumber non-finansial yang
diperlukan dan tersedia?
Tugas
9. Mengidentifikasi pola-pola pengawasan sumber dan pemberian pelayanan.
· Apa kelompok-kelompok dan
asosiasi-asosiasi yang mendukung dan memberikan bantuan terhadap populasi sasaran?
· Bagaimana distribusi sumber bagi populasi
sasaran dipengaruhi oleh interaksi di dalam masyarakat?
· Bagaimana distribusi sumber bagi populasi
sasaran dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan masyarakat ekstra?
PENDEKATAN PEMETAAN SOSIAL
Metode
dan teknik pemetaan sosial yang akan dibahas pada makalah ini meliputi survey
formal, pemantauan cepat (rapid appraisal) dan metode partisipatoris
(participatory method) (LCC, 1977; Suharto, 1997; World Bank, 2002). Dalam
wacana penelitian sosial, metode survey formal termasuk dalam pendekatan
penelitian makro-kuantitatif, sedangkan metode pemantauan cepat dan
partisipatoris termasuk dalam penelitian mikro-kualitatif (Suharto, 1997).
A.
Survey
Formal
Survey
formal dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi standar dari sampel orang
atau rumahtangga yang diseleksi secara hati-hati. Survey biasanya mengumpulkan
informasi yang dapat dibandingkan mengenai sejumlah orang yang relatif banyak pada
kelompok sasaran tertentu.
Beberapa
metode survey formal antara-lain:
1. Survey
Rumahtangga Beragam-Topik (Multi-Topic Household Survey). Metode ini sering
disebut sebagai Survey Pengukuran Standar Hidup atau Living Standards
Measurement Survey (LSMS). Survey ini merupakan suatu cara pengumpulan data
mengenai berbagai aspek standar hidup secara terintegrasi, seperti pengeluaran,
komposisi rumah tangga, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, fertilitas, gizi,
tabungan, kegiatan pertanian dan sumber-sumber pendapatan lainnya.
2.
Kuesioner Indikator Kesejahteraan Inti (Core Welfare Indicators
Questionnaire atau CWIQ). Metode ini merupakan sebuah
survey rumah tangga yang meneliti perubahan-perubahan indikator sosial, seperti
akses, penggunaan, dan kepuasan terhadap pelayanan sosial dan ekonomi. Metode
ini meupakan alat yang cepat dan effektif untuk mengetahui rancangan kegiatan
pelayanan bagi orang-orang miskin. Jika alat ini diulang setiap tahun, maka ia
dapat digunakan untuk memonitor keberhasilan suatu kegiatan. Sebuah hasil awal
dari survey ini umumnya dapat diperoleh dalam waktu 30 hari.
3.
Survey Kepuasan Klien (Client Satisfaction Survey).
Survey ini digunakan untuk meneliti efektifitas atau keberhasilan pelayanan
pemerintah berdasarkan pengalaman atau aspirasi klien (penerima pelayanan).
Metode yang sering disebut sebagai service delivery survey ini mencakup
penelitian mengenai hambatan-hambatan yang dihadapi penerima pelayanan dalam
memperoleh pelayanan publik, pandangan mereka mengenai kualitas pelayanan,
serta kepekaan petugas-petugas pemerintah.
4.
Kartu Laporan Penduduk (Citizen Report Cards).
Teknik ini sering digunakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Mirip dengan
Survey Kepuasan Klien, penelitian difokuskan pada tingkat korupsi yang
ditemukan oleh penduduk biasa. Penemuan ini kemudian dipublikasikan secara luas
dan dipetakan sesuai dengan tingkat dan wilayah geografis.
5.
Laporan Statistik. Pekerja sosial dapat pula
melakukan pemetaan sosial berdasarkan laporan statistik yang sudah ada. Laporan
statistik mengenai permasalahan sosial seperti jumlah orang miskin, desa
tertinggal, status gizi, tingkat buta huruf, dll. biasanya dilakukan dan
dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan data sensus.
B.
Pemantauan
Cepat (Rapid Appraisal Methods)
Metode
ini merupakan cara yang cepat dan murah untuk mengumpulkan informasi mengenai
pandangan dan masukan dari populasi sasaran dan stakeholders lainnya mengenai
kondisi geografis dan sosial-ekonomi.
Metode
Pemantauan Cepat meliputi:
1. Wawancara Informan Kunci (Key
Informant Interview). Wawancara ini terdiri serangkaian
pertanyaan terbuka yang dilakukan terhadap individu-individu tertentu yang
sudah diseleksi karena dianggap memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai
topik atau keadaan di wilayahnya. Wawancara bersifat kualitatif, mendalam dan
semi-terstruktur.
2. Diskusi Kelompok Fokus (Focus
Group Discussion). Disikusi kelompok dapat melibatkan 8-12
anggota yang telah dipilih berdasarkan kesamaan latarbelakang. Perserta diskusi
bisa para penerima pelayanan, penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS),
atau para ketua Rukun Tetangga. Fasilitator menggunakan petunjuk diskusi,
mencatat proses diskusi dan kemudian memberikan komentar mengenai hasil
pengamatannya.
3. Wawancara Kelompok Masyarakat
(Community Group Interview). Wawancara difasilitasi
oleh serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada semua anggota masyarakat dalam
suatu pertemuan terbuka. Pewawancara melakukan wawancara secara hati-hati
berdasarkan pedoman wawancara yang sudah disiapkan sebelumnya.
4. Pengamatan Langsung (Direct
Observation). Melakukan kunjungan lapangan atau
pengamatan langsung terhadap masyarakat setempat. Data yang dikumpulkan dapat
berupa informasi mengenai kondisi geografis, sosial-ekonomi, sumber-sumber yang
tersedia, kegiatan program yang sedang berlangsung, interaksi sosial, dll.
5. Survey Kecil (Mini-Survey).
Penerapan kuesioner terstruktur (daftar pertanyaan tertutup) terhadap sejumlah
kecil sample (antara 50-75 orang). Pemilihan responden dapat menggunakan teknik
acak (random sampling) ataupun sampel bertujuan (purposive sampling). Wawancara
dilakukan pada lokasi-lokasi survey yang terbatas seperti sekitar klinik,
sekolah, balai desa.
C.
Metode
Partisipatoris
Metode
partisipatoris merupakan proses pengumpulan data yang melibatkan kerjasama
aktif antara pengumpul data dan responden. Pertanyaan-pertanyaan umumnya tidak
dirancang secara baku, melainkan hanya garis-garis besarnya saja. Topik-topik
pertanyaan bahkan dapat muncul dan berkembang berdasarkan proses tanya-jawab
dengan responden. Terdapat banyak teknik pengumpulan data partisipatoris. Empat
di bawah ini cukup penting diketahui:
1.
Penelitian dan Aksi Partisipatoris (Participatory Research and Action).
Metode yang terkenal dengan istilah PRA (dulu disebut Participatory Rural
Appraisal) ini merupakan alat pengumpulan data yang sangat berkembang dewasa
ini. PRA terfokus pada proses pertukaran informasi dan pembelajaran antara
pengumpul data dan responden. Metode ini biasanya menggunakan teknik-teknik
visual (penggunaan tanaman, biji-bijian, tongkat) sebagai alat penunjuk
pendataan sehingga memudahkan masyarakat biasa (bahkan yang buta huruf)
berpartisipasi. PRA memiliki banyak sekali teknik, antara lain Lintas Kawasan,
Jenjang Pilihan dan Penilaian, Jenjang Matrik Langsung, Diagram Venn, Jenjang
Perbandingan Pasangan (Suharto, 1997; 2002; Hikmat, 2001).
2.
Stakeholder Analysis. Analisis terhadap para
peserta atau pengurus dan anggota suatu program, proyek pembangunan atau
organisasi sosial tertentu mengenai isu-isu yang terjadi di lingkungannya,
seperti relasi kekuasaan, pengaruh, dan kepentingan-kepentingan berbagai pihak
yang terlibat dalam suatu kegiatan. Metode ini digunakan terutama untuk
menentukan apa masalah dan kebutuhan suatau organisasi, kelompok, atau
masyarakat setempat.
3.
Beneficiary Assessment. Pengidentifikasian
masalah sosial yang melibatkan konsultasi secara sistematis dengan para
penerima pelayanan sosial. Tujuan utama pendekatan ini adalah untuk
mengidentifikasi hambatan-hambatan partisipasi, merancang inisiatif-inisiatif
pembangunan, dan menerima masukan-masukan guna memperbaharui sistem dan
kualitas pelayanan dan kegiatan pembangunan.
4.
Monitoring dan Evaluasi Partisipatoris (Participatory Monitoring and
Evaluation). Metode ini melibatkan anggota masyarakat
dari berbagai tingkatan yang bekerjasama mengumpulkan informasi,
mengidentifikasi dan menganalisis masalah, serta melahirkan
rekomendasi-rekomendasi.
LANGKAH STRATEGIS DALAM PEMETAAN
SOSIAL
1. Membuat batasan wilayah, klasifikasi atau
stratifikasi untuk memahami keseluruhan situasi dan posisi relatif dalam
konteks yang lebih luas.
2. Membuat profil dari setiap wilayah dan
kelompok sosial masyarakat dari pengaruh budaya-budaya luar untuk menjelaskan
karakteristik dari populasi dan identifikasi faktor sosial ekonomi yang dapat
memepengaruhi perkembangan fungsi sosial masyarakat.
3. Identifikasi masalah, potensi dan indikator
dasar yg memberikan gambaran tentang bobot masalah dan strategi alokasi sumber
pada setiap wilayah/ kelompok.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PEMETAAN
SOSIAL
A.
Kelebihan pemetaan sosial :
1. Mengidentifikasi dan mengukur kondisi
modal sosial di daerah yang diteliti
2. Menganalisis keterkaitan antara modal sosial
dengan penanggulangan kemiskinan di suatu daerah yang diteliti
3. Merumuskan desain pemanfaatan modal sosial
untuk penanggulangan kemiskinan di suatu daerah yang diteliti
B.
Kelemahan Pemetaan Sosial :
1. Lembaga harus mempunyai aturan
Kajian
dipahami oleh masyarakat pada lembaga lembaga yang ada di desa yang sudah mapan
atau yang mempunyai aturan yang jelas . adapun paguyuban atau perkumpulan yang
ada di masyarakat kadang tidak bisa dibaca secara jelas . di samping itu
koordinasi antar anggota lembaga juga dirasa masih sangat kurang , bahkan
terkesan tidak ada kompetisi dalam memajukan masyarakat desa .
2. Tidak bisa merubah lembaga
Mereka menyadari , jika hanya kajian saja
yang dilakukan , maka tidak bisa merubah lembaga yang ada di lingkungan mereka.
Masyarakat hanya mengetahui peran dan fungsi lembaga secara keseluruhan yang
ada di tingkat desa. Namun kajian ini tidak sekaligus bisa atau mampu memperbaiki
lembaga lembaga yang ada. Artinya tidak semua lembaga dapat diaktifkan namun
pengembangan kelembagaan harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat lokal .
3. Modal Sosial Lemah
Dalam
lembaga lembaga yang ada di tingkat desa dianggap oleh masyarakat memiliki modal sosial yang lemah , sehingga
rentan akan ketidak aktifan .
DAFTAR PUSTAKA
Hikmat,
Harry (2001), Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Bandung: Humaniora Utama.
LCC
(League of California Cities) (1977), “Problem Analysis: Data Collection Technique”,
dalam Gilbert, Neil dan Harry Specht, Planning for Social Welfare: Issues,
Models and Tasks, New Jersey: Prentice-Hall, hal. 311-323.
Netting,
F. Ellen, Peter M. Kettner dan Steven L. McMurtry (1993), Social Work Macro
Practice, New York: Longman.
Suharto,
Edi (1997), Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial: Spektrum
Pemikiran, Bandung: Lembaga Studi Pembangunan STKS (LSP-STKS).
--------
(2002), Profiles and Dynamics of the Urban Informal Sector in Bandung: A Study
of Pedagang Kakilima, unpublished PhD thesis, Palmerston North: Massey
University
Twelvetrees,
A. (1991), Community Work, London: McMillan.
Warren,
R. L. (1978), The Community in America, Chicago: Rand McNally.
World
Bank (2002), Monitoring and Evaluation: Some Tools, Methods and Approaches,
Washington D.C.: The World Bank
Tidak ada komentar:
Posting Komentar